Sebenarnya, Aneh

7.8K 304 121
                                    

Kamu tak perlu menang dalam segala hal untuk mendapatkan hati seseorang.

•••

Semuanya sudah membaik, kembali ceria, dan dia tetap menjadi milikku. Dan ya aku tak mengingkari janjiku, hari-hariku benar-benar dipenuhi oleh belajar, belajar dan belajar dan sesekali video call dengan Irwan untuk mengajari lelaki itu pelajaran yang tak dia mengerti. Aku tidak tahu, apakah dia memang tidak mengerti atau hanya ingin modus melihat wajahku. Ah, aku terlalu percaya diri.

 •••

Minggu-minggu ujian sudah berlalu, itu artinya waktu classmeeting dimulai. Itulah yang membuat seluruh siswa bersorak gembira karena tak perlu lagi memikirkan bagaimana mengerjakan PR, ulangan harian dan belajar.

Seperti saat ini, siswa kelasku sedang bersiap-siap untuk melawan kelas Arson dalam perlombaan tarik tambang.

"Semangat ya!" kataku sambil menepuk pelan pundak lelaki yang mengenakan sarung di sampingku, Irwan. Bersarung? Iya. Syarat untuk mengikuti perlombaan ini harus mengenakan sarung supaya semakin seru.

"Pasti!" ujar Irwan sambil mengedipkan mata kirinya, kemudian berjalan mengikuti yang lain memasuki area tarik tambang.

"MIA EMPAT! MIA EMPAT! MIA EMPAT!" teriakku bersama teman-teman sekelasku yang tak ikut dalam perlombaan.

“MIA SATU! MIA SATU! MIA SATU PASTI MENANG!” kelas Arson tak mau kalah.

•••

Akhirnya, pertandingan dimenangkan oleh kelas Arson. Irwan dan yang lain tampak begitu capek dan sedih.

"Ir--"

"Gimana? Kerenkan kelas gue?" tanya Arson, setelah ke luar dari tempat pertandingan, ia langsung menghampiriku. Membuatku batal untuk menghampiri Irwan.

"Pede banget lo, kerennan jug--"

"Gue-kan? Kerenan juga gue iya kan?" Lagi-lagi dia memotong ucapanku. Aku mendengus kesal.
 

"Keren pala lo botak!" kataku lalu meninggalkannya. Aku menghampiri Irwan yang sekarang duduk bersama teman-teman yang lain.

Aku duduk di samping kanannya yang kebetulan kosong lalu, mengelap keringatnya dengan tissu bersih yang selalu kubawa.
 
"Makasi, maaf ya kalah," katanya sambil menatapku.

"Gapapa, kalah menang 'kan emang biasa," kataku membuat dia tersenyum. Senyum yang selalu membuatku tenang.
 

Tangan kanannya meletakkan botol minumnya, lalu mengacak-acak rambutku. "Emang kamu doang yang bisa?" kataku, lalu mengacak rambutnya yang basah karena keringat.

Kami berdua tertawa.

"Pindah yok, nyamuk nih," kata Devo sambil berdiri lalu diikuti yang lain. Hingga meninggalkan aku dan Irwan saja yang duduk di bawah pohon yang rindang ini.

Irwan menatapku. Tatapan kami bertemu selama lebih kurang tiga detik karena aku langsung mengalihkannya.
 

"Kamu kok suka banget natapin aku? Kenapa sih?" tanyaku penasaran.

"Karena aku sayang kamu," katanya pelan hampir tak terdengar. Dia sudah kembali, sudah kembali berani mengutarakan rasa sayangnya, walaupun masih malu-malu.

"Aku mau bisikin sesuatu, siniin telinganya," kataku.
 

Dia mendekatkan telinganya, lalu aku dengan cepat berbisik, "Aku sayang kamu juga!" setelah itu aku pergi meninggalkannya.

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang