BAGIAN 19

73 4 0
                                    

Dia, HAWAku

BAGIAN 19

Adam POV
Dikantor Hawa.
"Hawaaa."
Panggil gue setelah gue ngeliat Hawa diparkiran.

"Tunggu aku Wa." Pinta gue setelah dengan napas tersenggal.

"Mau apa lagi?" Tanya dia datar, tapi dari matanya gue tau kalo dia masih kesel sama gue.

"Aku mau jelasin semuanya Wa." Ucap gue.

"Semuanya udah jelas." Ucapnya datar dan berbalik meninggalkan gue tapi gue langsung cepat menahan tangannya.

"Lepasin dia." Ucap lakilaki itu, yang gue tau namanya Danu.

"Gue nggak bicara dengan lo." Ucap gue.

"Ini masih wilayah kantor, lo nggak bisa macem macem." Balasnya.

"Udah Dan, kita pulang aja." Ajak Hawa.

"Wa, tunggu. Kamu nggak pake pita itu?" Tanya gue.

"Kamu nggak ingat kata kataku kemarin?" Tanyanya dan mereka pergi ninggalin gue.

"Yah berarti dia berubah pikiran dan nggak bersedia buat gue kenalin sama orangtua gue. Gue ceroboh banget." Sesal gue dalam hati.

Dijalan pulang.
"Ek ho gaye hum aur tum, humma humma humma, toh udd gayi neende re, hey humma"
Hape gue bunyi, nyokap gue manggil.

"Hallo mih." Sapa gue.

"Sayang kamu gapapa?" Tanya mamih gue.

"Gapapa mih, kenapa mamih khawatir?" Tanya gue.

"Maaf sayang, mamih nggak bisa bantu rencana Papih buat mindahin kamu keluar jawa nak." Ucap nyokap gue.

"Gapapa mih, Abi berangkat lusa." Ucap gue.

"Nak, coba kamu pikirin baik baik. Papih mamih nggak bakal milihin gadis yang asal buat kamu. Keluarga mereka itu temen mamih dan papih dulu waktu SMA, dan yah saat itu kita semua maen game dare or dare nak, saat itu papih yang kena. Dan hukumannya itu, anaknya mamih papih dan temen kita harus dijodohin sayang." Jelas nyokap gue.

"Jadi sebelum Abi adapun, Abi udah dijodohin?" Tanya gue.

"Maaf sayang, tapi mereka dari keluarga baik baik. Anak gadisnya pun sama, meskipun sekarang mereka tinggal didesa, mereka tetap ngontrol perusahaannya dikota. Mereka pindah karna Om Faizal nggak mau rumah itu kosong sayang." Jelas nyokap gue lagi.

"Abi pikirin dulu ya mih." Pinta gue.

"Mamih yakin dan percaya kamu nak." Jawabnya menutup obrolan dan gue cuma bisa menghela napas.

Dikost-an.
"Lo tenang aja, gue coba minta tolong Rhea ya." Ucap Candra.

"Thanks Cand, gue pengen nemuin dia dan ngejelasin semuanya setelah itu dia mau atau nggak gue kenalin ke orangtua gue, gue tetep bakal pulang." Jelas gue.

"Pulang? Lo yakin? Itu artinya kalo Hawa nggak mau, lo bakal dijodohin Dam." Ucap Candra.

"Iya, gue udah pikirin itu Cand." Jawab gue.

Hawa POV
Dikantor.
"Iya mah, secepetnya Hawa pulang. Nanti Hawa ceritain lebih jelasnya dirumah aja mah, kalo emang ini semua bener, apapun keputusan Hawa, mamah papah terima kan?" Ucap gue ditelpon. "Yaudah, bye Mah."

"Nyokap?" Tanya Rhea.

"Iya Rhe." Jawab gue.

"Wa, lo bener nggak mau dengerin penjelasannya Adam dulu?" Saran Rhe.

"Cewek itu nelpon gue Rhe, mereka pacaran Rhe. Gue nggak mau gangguin hubungan orang." Ucap gue.

"Terus lo percaya?" Tanyanya lagi.

"Percaya atau nggak, gue juga baru kenal beberapa hari sama Adam Rhe. Gue kangen rumah, kayaknya gue mau pulang aja deh." Ucap gue.

"Lah, lo yakin? Nanti gue kerja sendirian dong? Lo nggak sayang sama kerjaan lo?" Bujuk Rhea.

"Gue mau ke Pak Danu dulu, ada yang mau gue obrolin bentar Rhe." Pamit gue.

Diruangan Danu.
"Permisi Pak, boleh saya masuk?" Tanya gue.

"Ekh, Hawa. Sini Wa." Jawab Danu.

"Kamu udah nggak sedih lagi?" Tanyanya.

"Saya baik baik aja Pak, eemm saya mau ngasih berkas ini Pak." Ucap gue sambil menyodorkan berkas pengunduran diri gue, beberapa detik dia memeriksa dan menghela napas.

"Kenapa Wa? Saya nggak acc." Ucapnya.

"Tok tok tok"

"Ya." Jawab Danu.

"Pak, ada yang ingin bertemu Bapak dilobby." Ucap Nora, sekretarisnya.

"Wa, kamu tunggu disini sebentar ya." Pintanya dan gue mengangguk.

Beberapa menit.

"Tringtringtring."
Ternyata hape Danu ketinggalan dan gue lihat tertera nama "Disya Memanggil." dan gue tetap duduk nungguin Danu.

Beberapa menit kemudian.

"Sorry Wa, lama. Jadi alasan kamu apa tadi?" Tanyanya lagi.

"Orangtua saya Pak, saya nggak bisa nolak keinginan orangtua saya." Jelas gue.

"Biar saya yang bilang ke orangtuamu Wa." Pintanya.

"Pak, saya selesain dulu urusan saya nanti saya pasti hubungin Bapak." Pinta gue.

"Siapa lakilaki itu?" Tanyanya lagi.

"Nanti saya kabarin Pak." Jawab gue.

"Oke, kamu hanya boleh ijin bukan resign dan nanti saya bakal kerumahmu buat jemput." Ucapnya.

"Baik Pak." Ucap gue sambil menghela napas.

"Yaudah saya permisi Pak." Ucap gue pamit.

"Hatihati Wa." Jawabnya tersenyum.

Saat gue nutup pintu tiba tiba gue denger obrolan Danu ditelpon. "Lo selidikin sekarang."

"Mba Hawa, lagi apa?" Ucap Nora ngagetin gue.

Dia, HAW'Aku (the end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang