Dia, HAW'Aku
BAGIAN 23
"Ternyata mudah juga ya buat hancurin kepercayaannya Hawa, sekarang dia nggak bakal percaya lagi sama si Adam itu." Ucap Danu.
"Maksud lo?" Ucap Hawa kaget.
"Hawa?" Ucap Danu lirih dan gue lihat dia terkejut.
Hawa POV
Dicafe.
"Apa maksudnya Dan." Tanya gue."Gu gue." Jawabnya gugup.
"Dia, dia siapa? Bukannya dia cewek yang bareng Adam waktu itu?" Tanya gue.
"Gue bisa jelasin semuanya Wa." Jawabnya.
Guepun menatap tajam Danu dan cewek itu bergantian.
"Oh god, gue nggak nyangka lo kayak gini." Ucap gue pergi meninggalkan mereka.
Diapun berdiri dan ngejar gue sementara gue terus berlari secepet mungkin kearah taxi gue.
"Hawa, Hawa tunggu, gue bisa jelasin semuanya." Ucapnya berteriak.
Gue segera masuk taxi dan gue lihat dia menghampiri dan mengetuk kaca taxi gue.
"Hawa, gue bisa jelasin semuanya." Ucapnya menggebu.
"Jalan Pak." Pinta gue ke bapak sopir.
"Baik Nona." Jawabnya.
"Oh god, gue nggak nyangka Danu bisa kayak gitu" Ucap gue dalam hati.
Beberapa kali hape gue bunyi dan itu panggilan dari Danu.
"Stupid, gue baru sadar kalo Disya yang waktu itu ngehubungin Danu adalah Disya yang waktu itu Adam jelasin. Double stupid." Rutuk gue dalam hati.
"Gue harus cepet hubungin Adam." Ucap gue.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."
"Kenapa nomornya nggak aktif ya?" Tanya gue gusar karna nggak bisa menghubungi Adam.
"Apa gue puter balik lagi aja ya, gapapa meskipun lumayan jauh." Ucap gue dalam hati.
"Tumhe apna banane ka junoon, sar pe hai, kab se hai, mujhe aadat bana lo ik buri, kehna ye tumse hai"
Hape gue bunyi lagi."Adam" Ucap gue tapi ternyata mamah gue yang nelpon.
"Hmm." Gue menarik napas dan menerima panggilan mamah gue.
"Hallo mah." Sapa gue.
"Sayang kamu udah nyampe mana? Mamah papah jemput ya. Ucap mamah gue.
"Nggak usah mah, sebentar lagi nyampe ko mah. Eemm, mah kayaknya Fira mending balik lagi aja deh." Ucap gue ragu.
"Kenapa sayang? Mamah udah masak makanan kesukaan kamu loh." Ucap mamah gue lagi.
"Yaudah, Fira pulang mah." Ucap gue.
Adam POV
Dirumah sakit.
Pelan pulan gue buka mata dan samar terlihat beberapa orang disana, kepala gue mendadak sakit setelah mata gue terbuka. Dan samar terdengar suara nyokap gue."Pih, Abi udah sadar pih." Ucap nyokap gue dan bokap gue berjalan keluar ruangan.
"Sayang, kamu udah sadar? Apa yang kerasa sakit nak?" Tanya nyokap gue tapi gue hanya bisa menatapnya, suara gue pekat.
Mata nyokap gue terlihat khawatir, begitupun dengan Anaya, Candra dan Rhea.
Gue seneng orangtua gue ada disini, temen temen gue juga disini. Gue tatap sekeliling, orang yang gue harepin ada disini nggak ada, Hawa.
Terakhir yang gue inget gue nunggu dihalte dan melihat Hawa ditaxi, gue nyoba ngejar taxi itu. Meskipun Hawa melihat gue tapi taxi itu tetap melaju, gue sadar Hawa masih marah sama gue, dan saat gue berbalik tiba tiba ada mobil mencium kaki gue.
Terakhir yang gue inget adalah plat mobil itu "D 7115 UF" tapi sayangnya gue nggak lihat siapa orangnya dan langsung nggak sadar.
"Ha Hawa?" Ucap gue menatap semua orang.
Gue lihat Candra dan Rhea bertatapan, Nyokap menatap Anaya dan tiba tiba bokap gue masuk bersama dokter dan segera memeriksa gue.
Setelah memeriksa, doter tersenyum kearah gue dan geleng geleng kepala.
"Abinaya gapapa Aditya, Amilie. Tapi selama dua hari diusahakan naik kursi roda dulu biar memulihkan otot otot kakinya." Ucap dokter sambil melihat bokap nyokap gue bergantian.
"Kaki?" Tanya gue dan saat gue gerakin kaki gue ternyata berat.
"Jangan gerak dulu sayang." Pinta nyokap gue.
"Kaki Abi masih ada kan?" Ucap gue sambil memegang kaki gue.
Dan, fyuh. Kaki gue masih ada dua dan utuh.
"Iya sayang, kamu istirahat dulu ya." Ucap nyokap gue dan mereka meninggalkan gue kecuali Candra dan Rhea.
"Cand." Panggil gue.
"Kenapa gue bisa disini?" Tanya gue.
"Karna lo sakit lah." Jawabnya sambil menepuk dahinya.
"Iya maksud gue, siapa yang bawa gue?" Tanya gue.
"Bapak bapak, katanya si lo korban tabrak lari. Ko bisa lo ketabrak?" Ucap Candra.
Guepun menerawang.
"Pas gue nunggu Hawa dihalte, gue lihat Hawa ditaxi. Gue langsung kejar, dia juga ngeliat gue sekilas tapi taxinya tetep jalan menjauh. Dan saat gue berbalik, yah ini yang terjadi." Ucap gue dan menatap kaki gue.
"Gimana lo bisa ngejar Hawa kalo kaki lo kayak gini sekarang?" Tanya Rhea khawatir.
"Ekh, lo udah ngasih tau Hawa tentang gue?" Tanya gue ke Rhea dan diapun menatap Candra.
"Belom, gue nunggu lo sadar dulu, takut Hawa khawatir." Jawabnya.
"Lo nggak lihat orang yang nabrak lo?" Tanya Candra.
"Gue cuma tau platnya aja "D 7115 UF" Cand." Jawab gue sambil geleng geleng kapala.
"Candra, Rhea sayang, biarin Abi istirahat dulu ya." Ucap nyokap gue tiba tiba membuka pintu.
"Gue bakal cari tau, lo tenang aja. Lo istirahat aja nanti gue diamuk bokap lo lagi." Ucap Candra terkekeh, begitupun Rhea.
Candra POV
Masih dirumah sakit.
"Say, nyokapnya Adam pilih kasih ya?" Tanya gue."Ko?" Tanya Rhea.
"Itu tadi manggil kamu sayang sedangkan aku? Hanya nama." Ucap gue sambil terkekeh dan gue dihadiahi sikutan Rhea.
"Cand, kamu tau kejadiannya?" Suara berat bokapnya Adam menghentikan aktifitas ketawa gue.
"Begini om, yang Candra tau Adam itu korban tabrak lari." Jawab gue, gue ragu buat nyeritain tentang Hawa.
"Dia tau siapa orangnya?" Tanyanya lagi.
"Adam bilang si nggak tau, tapi plat mobilnya "D 7115 UF" om." Jawab gue lagi.
"Aldo, kamu cari tau siapa yang nabrak anak saya." Perintahnya pada cowok berbadan besar yang siap mendampingi mereka dari tadi.
"Baik Tuan." Ucap Leonardo, salah satu bodyguardnya keluarga "Lateef" dan segera berlalu pergi.
"Kenapa Abi bisa jadi korban tabrak lari Cand?" Tanyanya nyokapnya Adam.
Gue melirik kearah Rhea, meminta pendapat apa yang harus gue jawab dan Rhea cuma bisa menggelengkan kepalanya pelan sementara Nyokap bokapnya Adam dan Anaya menatap gue penasaran.
"Eemm" Gue meneguk saliva gue secara kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, HAW'Aku (the end)
RomanceHawa Zhafira Aznii. Dia, Hawaku. Dan akan selalu menjadi Hawaku, karna Hawa tercipta memang untuk Adam. Hanya untuk Adam. Adam Abinaya Lateef. Cerita cinta Adam dan Hawa yang ringan dan mengalir hingga pembaca mudah memahami alurnya. Cerita ini meru...