Dia, HAW'Aku
BAGIAN 28
Adam POV
Dikamar
"Klek"
Gue denger bunyi pintu terbuka, gue segera menengok.Berharap Fira yang dimaksud adalah Hawa dan berharap bahwa ketika namanya yang gue panggi tiga kali itu beneran Hawa.
"Sayang, kamu udah bangun?" Tanya tante Farah.
"Oh no, gue kirain harapan gue bakal terkabul, nyatanya malah terkubur." Ucap gue dalam hati.
"Iya tante" Jawab gue.
"Kita semua udah sarapan duluan karna kita nggak mau ganggu kamu Bi." Ucap tante Farah.
"Akh iya tante." Ucap gue.
"Kalo kamu mau sarapan, ada Fira yang nemenin dihalaman belakang." Ucap tante Farah memberitahu.
Guepun menelan saliva gue, entah karna gue degdegan ketemu calon istri gue entah keinget obrolan semalem kalo dihalaman belakang itu tragedi masa kecil gue makan dedak.
"Dihalaman belakang udah jadi taman Bi, Fira yang natain. Nggak ada dedak lagi." Ucapnya, mungkin tante Farah paham maksud gue. Dan diapun tertawa ringan, tawa yang terasa familiar buat gue. Tapi gue nggak inget apa.
"Akh iya, mending jalan jalan ketaman deh." Ucap gue setelah tante Fira keluar kamar.
Ditaman.
Gue lihat banyak bunga yang tertata rapih dengan warna ungu gelap yang mendominasi potnya.Ada meja kecil dan dua buah kursi berwarna senada dengan pot bunga serta ayunan didekat pohon yang besar itu, tapi kemana Fira?
Guepun mendekati meja itu.
"Gue tebak pasti gadis yang bernama Fira itu maniak ungu, mungkin juga dia 'jomblo', jomblo kan identik dengan warna ungu." Ucap gue pelan dan menerawang sambil membayangkan "Kalo gue jadi sama dia, gue yakin dari mulai genteng rumah, tembok, teras, pagar, peralatan rumahtangga sampe pakaian pakaiannya pun pasti warna ungu." Membayangkannya aja udah bikin gue ketawa.
"Dimana ya gadis itu?" Ucap gue.
Dan guepun berjalan memutari taman yang nggak terlalu besar itu, tapi tampak indah dan sejuk karna bunga bunga yang rapi dan segar berwarna warni.
Samar terdengar suara nyanyian seorang cewek yang tersembunyi dibalik jajaran pot berwarna ungu dan menutupi bagian wajahnya.
"Aankhen khule toh main dekhu tujhe, Sirf yeh hi farmaish hai, Pehli toh mujhko yaad nahi, Tu meri aakhiri khwahish hai. Seh loon main ab teri kami, Mujhse yeh hoga hi nahi. Tum aise mujhme shaamil ho, Tum jaan meri tum hi dil ho, Shaayad main bhula doon khud ko bhi, Par tumko bhool na paungi. Haa.. Aa.. Main phir bhi tumko chaahungi, Main phir bhi tumko chaahungi, Iss chaahat mein marr jaungi, Main phir bhi tumko chaahungi."
Selain maniak ungu, dia juga sepertinya suka dengan lagu lagu bollywood sama seperti Hawa, orang yang gue sayang. Dan buru buru gue menepis bayangan Hawa sengan perlahan mendekati suara itu agar gue masih bisa dengar suara indahnya yang lagi lagi terasa familiar buat gue.
Sekarang gue ada beberapa langkah dibelakang gadis itu, cewek yang bakal jadi istri gue nantinya.
Tiba tiba gue gugup.
"Gue harus bilang apa ya? Hai? Hallo? Selamat pagi? Morning?" Sebagai mantan playboy gue merasa ilmu gue dulu nggak berguna sama sekali, buktinya gue nggak tau harus apa dan gimana.
Akhirnya karna gue entah tiba tiba gugup dan berdebar, gue cuma bisa berdehem pelan.
"Hheemm."
Diapun berhenti bernyanyi dan menghentikan kegiatannya menyiram bunga.
Darah gue berdesir, saat tiba tiba dia berbalik.
Entah mata gue yang salah atau emang kenyataan yang gue lihat, saat dia berbalik seperti ada angin yang menghembuskan rambut ikal hitamnya yang lebat, dihiasi pita berwarna ungu gelap yang gue kenal.
Mata coklatnya yang mengerjap dengan sentuhan bulu matanya yang lentik alami, bola matanya terlihat membulat karna terkejut. Alisnya yang terlihat sedikit berantakan tanpa polesan pensil alis. Hidung mancung ala Indonesianya, kumis tipisnya dan nggak lupa bibir tipisnya tersenyum, lengkap dengan lesungnya dipipi sebelah kiri. Sangat sempurna.
Dan entah sepertinya telinga gue tiba tiba mendengar lagu lagu cinta dengan hembusan angin halus menerpa wajah gue.
"Hallo. Hey, apa yang kamu lihat?" Tanya wanita itu sambil mencetikan jarinya ke dekat wajah gue, dan lagi lagi bodohnya gue tetap terpesona meskipun gue lagi lagi merasa de javu.
Atau mungkin ini mimpi?
"Hey, tutup mulutmu. Dasar lakilaki aneh." Tegurnya dan membuat gue sadar, gue kalo dia adalah Hawa.
Hawa Zhafira Aznii.
Hawa yang selama ini gue cari. Yang selalu ada dipikiran gue dan sekarang dia nyata didepan mata gue. Seperti mimpi, tapi kalopun ini mimpi, gue rela bermimpi sampe kapanpun.
Dan tanpa sadar, gue mendekatinya dan membawa dia kepelukan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, HAW'Aku (the end)
RomanceHawa Zhafira Aznii. Dia, Hawaku. Dan akan selalu menjadi Hawaku, karna Hawa tercipta memang untuk Adam. Hanya untuk Adam. Adam Abinaya Lateef. Cerita cinta Adam dan Hawa yang ringan dan mengalir hingga pembaca mudah memahami alurnya. Cerita ini meru...