Bab Tiga (2)

23.7K 2.4K 392
                                        

Bab Tiga (2)

Seneng nggak aku update lagi?

Satu kata untuk Break Out versi ini?

Follow ig aku ya @bellazmr dan @senandirasa

Eum guys, Jangan lupa voment ya. Yang banyak komennya. Semakin banyak voment; besok update lagi wkwk
____

Mengapa garis hidup kita harus bersinggungan, jika pada akhirnya yang harus kita lakukan adalah saling melupakan?

-Break Out-

Pada pukul 5 pagi tanggal 17 Agustus 1945, pata pemimpin dan pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda dengan diliputi kebanggaan. Mereka telah sepakat untuk memprolamasikan kemerdekaan di rumah Soekarno di Jl. Pegagasan Timur No. 56 pada pukul 10 pagi. Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dia.

Perempuan itu memakukan pikiran dan matanya pada lembar 83 buku sejarah yang ada digenggamannya itu. Otaknya berkerja keras untuk menghapal semua tulisan yang ia baca di dalam hati itu. Selama beberapa menit, ia sudah menghabiskan lima lembar.

Syukurlah, otaknya bisa diajak bekerja sama, karena tanpa pengulangan dua kali, ia mampu menghapal semua yang ia baca itu.

Lima menit kemudian, perempuan itu mengubah posisi duduknya untuk lebih bersandar pada dinding. Ia berusaha tidak peduli bila di sekitarnya suasana sedang ramai, bahkan beberapa orang melewatinya.

"Heh Drea! Lo niat nggak sih kerja. Sana bersihin meja enam, lo pikir lo bos di sini, duduk nyantai baca buku. Enak banget hidup lo!" Bentakan itu datang di menit berikutnya, berhasil menyentak Drea yang merupakan sosok tertuju.

Drea menutup bukunya secepat mungkin, berdiri, dan menundukkan kepala. "Maaf ya, Mbak. Saya besok ada ujian."

"Memangnya gue peduli? Lo mau ada ujian, lo mau ada nikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memangnya gue peduli? Lo mau ada ujian, lo mau ada nikahan. Gue nggak peduli. Waktunya kerja ya kerja! Lo di sini untuk kerja bukan buat belajar!" Suara lantangnya menarik semua orang yang berada di ruangan itu untuk menoleh.

"Iya, maaf ya, Mbak." Drea tidak meladeni perdebatan itu, ia segera menganggukan kepala, lantas bergegas keluar dari dapur tersebut setelah sempat meletakan bukunya di loker khusus cleaning service sekaligus waitress restoran bergaya Perancis itu.

Rok selututnya bergerak kesana dan kemari, ketika dirinya berlarian dari dapur restoran itu, menuju meja yang membutuhkan dirinya untuk dibersihkan. Drea bersikap ramah dengan tersenyum kepada pengunjung restoran yang datang malam itu.

Tak banyak yang hadir, karena sebentar lagi sudah sampai pukul sepuluh. Itu tandanya restoran akan segera ditutup.

Satu jam, Drea tidak lagi berkutat dengan bukunya. Ia disibukan dengan kegiatan membersihkan meja, menyapu, dan mengepel lantai restoran. Sampai akhirnya, ia berhasil menuntaskan tugasnya dan menjadi orang yang paling terakhir selesai bertugas.

Break OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang