Bab Empat (2)

17.9K 2K 209
                                        

BAB EMPAT (2)

Jangan lupa voment

Follow ig Bellazmr untuk lihat vote cover novel Break Out
____

cinta bisa bertahan selamanya
meskipun kita tak pernah bersama.

-Break Out-

"Kak, kamu kenapa sih bisa kayak gini?" Tanya perempuan dengan rambut  keriting terurai yang kini duduk di hadapan Wildan. Tangannya cekatan membersihkan beberapa luka yang melebam di wajah Wildan, pacarnya.

Wildan meringis ketika kapas yang sudah dibasahi oleh alkohol menempel di sudut dahinya tepat pada bekas pukulan, yang sebenarnya tidak terlalu Wildan ingat lagi siapa pembuat luka di dahinya itu antara pengeroyoknya tadi.

"Siapa yang berani-beraninya ngeroyok kakak sih?" Merasa diabaikan perempuan itu tidak mengendorkan semangatnya untuk bertanya lagi.

"Bukan siapa-siapa," jawab Wildan singkat.

"Bukan siapa-siapa kayak gimana Kak, ini lukanya parah banget loh Kak. Aku sudah bilang bahwa yang kayak gini perlu ke rumah sakit, takutnya ada apa-apa."

Wildan mengangkat kepalanya, matanya langsung menangkap sosok perempuan berparas blasteran yang sedang menatapnya dengan raut wajah khawatir. Lantas, Wildan menghela napas panjang sebelum berkata, "Kay, jangan lebay deh."

Satu hal yang paling tidak disukain dari perempuan adalah terlalu ingin tahu urusannya. Wildan sadar perempuan bernama Kayla—perempuan yang digadang-gadang menjadi siswi tercantik di angkatan kelas 10, sekolahnya. Juga yang katanya, paling banyak dimodusin oleh kakak kelas adalah perempuan itu berhasil Wildan pikat hanya dalam waktu kurang dari satu bulan pendekatan. Ya, Kayla sendiri adalah pacar Wildan. Hubungan mereka sudah berjalan hampir tiga bulan.

Merasa Wildan baru saja mencampahkannya, Kayla bicara lagi kali ini ekspresinya dibuat setengah memelas, "Kak..." rajuknya.

Urusan cewek itu ribet ribet dan nggak ada ujungnya, sama kayak game flappy bird. Wildan jelas mengingat ucapan yang pernah dikatakan Darel, sahabatnya. Laki-laki itu meskipun otaknya rada kurang segayung, untuk urusan perasaan ucapan Darel kadang ada benarnya juga.

"Sini, biar gue bersihin sendiri aja," sambar Wildan seraya menarik kapas yang tadi dipegang oleh Kayla. Ia lalu membersihkan luka di wajahnya sendiri,beberapa kali ia meringis, dan beberapa kali pula Kayla membantah.

Sampai akhirnya, Kayla jengah sendiri melihat tingkah laki-laki berstatus pacar yang berada di sebelahnya ini. "Kak, selama ini aku itu kamu anggap apa sih?"

"Pacar."
"Pacar apanya. Kakak nggak pernah sekalipun nganggep aku pacar. Aku tuh cuma kayak boneka bagi kakak," sungut Kayla. Sebenarnya sudah beberapa hari ini, Kayla menahan keinginannya untuk meluapkan semua emosinya kepada Wildan. Kakak kelas yang berhasil meluluhkan hatinya itu selalu saja bersikap tertutup kepadanya, padahal hampir semua cerita hidup Kayla sudah diceritakannya kepada laki-laki itu.

"Kayla..."

"Nyadar nggak sih kalau kakak egois?" tukas Kayla.

Wildan yang tadinya tidak terlalu memedulikan emosi Kayla, kini tertengun mendengar penuturan yang baru saja dikatakan oleh Kayla. Tangan Wildan yang tadi terangkat untuk membersihkan luka pada wajahnya mendadak tertahan dan turun, kepala laki-laki itu menoleh menatap Kayla.

Wildan belum berkata-kata dan Kayla mengambil kesempatan itu untuk berkata, "Teman-temanku bilang, bahwa selama ini kakak nggak benar-benar suka sama aku. Mereka bilang bahwa kakak jadiin aku pacar untuk buktin bahwa kakaklah yang paling hebat di antara semua orang yang dekatin aku. Mereka bilang bahwa aku itu cuma dijadiin pelarian aja kalau kakak bosen. Mereka bilang bahwa aku... nggak lebih dari mainan." Terengah-engah Kayla meluapkan semua isi hatinya. Ia sudah cukup bersabar selama ini untuk selalu menahan hal ini agar terjadi. "Selama ini, Aku aja yang nutup telinga selama ini karena aku rasa, kakak benar-benar suka sama aku."

Break OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang