Bab Tujuh (2)

25K 1.6K 242
                                    

"Kak Andini, ini untuk kakak." Kepala Andini menoleh kepada sumber suara, ia lantas menemukan salah satu juniornya menyodorkan sebuah kertas buku tulis yang dibentuk hingga menyerupai bentuk bunga.

Andini menatap bunga tersebut bingung. "Dari siapa?"

"Dibuka aja, Kak," jawab juniornya itu, kalem.

Andini mendesah, lalu pada akhirnya ia membuka juga kertas tersebut. Sebuah tulisan yang Andini pikir seharusnya dimasukkan ke museum, karena tulisan tersebut seperti cekar Dinosarus. Tak lagi cakar ayam.

Lunch?
Dari calon pacar. Aamiiin 33kali.

Tanpa perlu ditanya siapa pengirimnya untuk yang kedua kali. Dengan membaca isi kertas itu, Andini sudah tahu siapa pelakunya. Tanpa pikir panjang, ia menatap sosok dalang dari pembuatan ini, siapa lagi kalau bukan Wildan yang sedang tersenyum lebar kepadanya.

Seolah mengakui bahwa itu memang perbuatannya.

Wildan mengerakan mulutnya, seolah sedang mengatakan sesuatu tanpa suara, dan dengan jarak yang cukup memisahkan mereka."Balas."

Andini mengangkat kertas yang tadi disampaikan Wildan lewat juniornya. Awalnya Andini berniat ingin meremas kertas tersebut dan membuangnya begitu saja, tetapi melihat ekspresi Wildan... Andini yakin, laki-laki itu tidak akan menyerah hanya karena penolakan seperti ini. Jadi karena itu, Andini akhirnya meladeni Wildan.

Perempuan itu meminta kertas lembar dari salah satu juniornya yang tadi meminta biodatanya. Lalu Andini tuliskan sesuatu juga di kertas itu, berbeda dengan Wildan yang membentuknya dengan bentuk bunga. Andini malah membentuk kertas tersebut dengan bentuk anjing. Tak lupa, ia menambahkan coretan titik sebagai bentuk mata dari karya seninya.

"Kasih balik ke dia."

Wildan mengambil kertas tersebut, membukanya dengan gerakan antusias. Lalu menemukan tulisan Andini yang membuat dirinya hampir terbatuk.

Lo tuh bernapas pakai lubang pori-pori ya? Makanya tersedat daki semua, jadi otak lo nggak dapat pasokan darah bersih yang berisi oksigen. Kalau gitu wajar. Pantas otak lo nggak bisa mikir jernih. YA NGGAK LAH! LO HALU BANGET.

Dari penabuh gendang di arena kuburmu nanti.

"Minta kertas lagi," ujar Wildan kepada junior yang tadi mengantarkan kertas lipat Andini kepadanya.

Wildan menuliskan sesuatu ke kerts tersebut lalu kali ini, melipat kertas bergaris itu menjadi bentuk perahu.​Setelahnya ia memberikan lagi kertas itu kepada juniornya yang lain, ia tak ingin membuat junior yang tadi kebagian jatah dua kali.

Andini mengambil kertas itu dengan cepat dan membaca tulisan Wildan.

Jangan gitulah. Gini-gini lo pernah naksir sama gue. Pernah manggil gue sayang juga. Pernah nanya, "Sudah makan belom?" Ya... kenangan seperti itu, nggak boleh dilupain dan patutnya dilestarikan.

Maka dari itu. Gue nggak menerima alasan lagi. Makan siang bareng gue atau... Lo tahukan nama tengah gue ada kata nekatnya. Wildan Nekat Triumpetra. Jadi jangan berbuat sesuatu yang malah memancing gue melakukan hal aneh. Oke?

Ps : Jangan terlalu benci, sesuatu yang ke depannya malah akan kamu cintai. Gue.

-Break Out-

Dulu, Andini pernah berharap sekali, bahwa ia bisa makan berdua seperti ini dengan Wildan. Selayaknya sepasang kekasih yang sedang ditaburi bunga-bunga cinta.

Break OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang