Bab Lima (3)

19K 2K 271
                                    

Bagian Lima

Happy Reading
Jangan lupa imbuhkan komentar

___

Kejadian saat olahraga tadi untungnya tidak terlalu berdampak sesuatu yang buruk kepada Andini, ia hanya terkilir biasa dan untungnya setelah diberi pertolongan sederhana, kakinya sudah cukup baikan.

Di hari kamis, pastinya Andini tidak akan melalaikan kewajibannya sebagai ketua umum, meskipun sebenarnya kata petugas piket UKS tadi. Andini perlu istirahat dulu. Tapi, bukan Andini namanya yang lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibandingkan kewajibannya. Ya, alhasil meskipun masih merasa kurang baik, Andini tetap memaksakan diri untuk ikut kumpul umum Sanggar Seni.
Terlebih ia adalah ketua, ia tak akan melalaikan kewajibannya begitu saja.

Semua juniornya yang baru saja melangkah masuk ke dalam ruangan Sanggar Seni memiliki respon yang berbeda ketika melihat Andini sedang berdiri santai di dekat pintu, sebagaian ada yang melayangkan senyuman, beberapa di antara menunduk, dan ada juga yang menyempatkan diri untuk menyapa.

Andini sudah terbiasa menampilkan senyum sekilas sebelum kembali memasang tampang datar, mungkin itu yang menyebabkan dirinya tidak mudah tertebak.

"Sudah lengkap?" tanya Andini, sebelum membuka pertemuan yang biasanya berisi tentang evaluasi satu minggu terakhir serta planning untuk satu minggu ke depan—ya seperti membahas apakah ada perlombaan, masalah yang terjadi di masing-masing sanggar. Selayaknya, ektrakulikuler pada umumnya.

Manik mata Andini sempat tertumpu pada junior band yang semuanya hampir adalah anak cowok, mereka datang di kumpul umum hari ini. Padahal semenjak awal Andini sudah membebaskan sanggar band untuk tidak ikut, karena biasanya anak cowok paling malas mendengar bacotan senior cewek yang kebanyakan membahas permasalahan sepele. Seperti tidak ditegur oleh juniorlah, dikatain dari belakanglah, dan banyak hal lainnya yang membuat Andini maklum dan memberi tiket bebas sanggar Band untuk tidak ikut kumpul umum.

Terlebih lagi, senior Band juga jarang sekali ikut kumpul. Jadi, Andini tak mau ambil pusing untuk mengurusi masalah itu. Asal, sanggar Band terus berkontribusi dengan mengikuti perlombaan saja. Andini sudah cukup puas.

Ya Andini tahu, antara perempuan dan laki-laki itu berbeda dalam banyak hal. Dan Andini tidak mau menyamakan pandangannya dengan anak Band hanya untuk memaksakan mereka mematuhi peraturan untuk ikut kumpul umum. Jadi, wajar sajakan, jika tiba-tiba melihat anak Band ada di lautan juniornya yang kumpul umum Sanggar Seni itu sedikit aneh.

Andini menghela napas panjang, ia mengambil tempat di kursi yang seolah sengaja diperuntukan untuknya. Tak ada rekan seangkatannya yang duduk di sana, padahal hanya ada satu kursi di sana. Tapi mereka seolah enggan duduk di tempat itu dan memilih untuk berdiri saja. Andini sempat tersenyum ketika berjalan dari tempatnya tadi menuju kursi tersebut.

Setelah duduk, Andini membuka kumpul umum hari ini. Seperti biasa, setelah ia membuka maka barulah senior lain, bebas berbicara. Dan Andini biasanya akan diam saja mengikuti kumpul umum hari itu, ia baru akan bicara ketika ada sesuatu yang sudah tidak sesuai ranahnya. Dan mungkin itulah yang membuat teman seangkatannya mempercayakan mandat ini kepada Andini.

Ada satu kutipan yang pernah Andini baca di laman internet dan sampai detik ini yang menjadi pegangan Andini di setiap langkahnya, "Kepemimpinan bukan bagaimana kita mengatur orang lain untuk mengikuti kita, namun bagaimana kita mengatur diri kita sendiri agar diikuti orang lain."

Dan bagi Andini, quotes itu bekerja pada dirinya.

Selama jalannya kegiatan kumpul umum tersebut, Andini memiih diam dan mendengarkan saja.

Break OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang