I'm back~
Happy reading!^^
~°~°~
"Kau mau ke mana?"
Jun menahan tanganku dan menarikku untuk berbalik. Aku segera menghentikan langkahku dan berbalik menatapnya tanpa mengubah ekspresi wajahku. Aku tak peduli jika saat ini wajahku benar-benar tidak nyaman untuk dilihat, aku terlalu terkejut untuk menutupinya.
Aku takut pada Aurora.
Dia tidak mengatakan apa pun setelah menyapaku. Dia tak tampak jahat. Dia juga tidak melakukan sesuatu yang buruk. Tapi, semua yang ada pada dirinya membuatku takut ... karena kami benar-benar sama. Ada sesuatu dalam dirinya yang entah kenapa membuatku merasa terancam. Padahal ia hanya menyapaku dan berlalu begitu saja dengan senyuman yang ramah. Aku tidak bisa ... tidak, aku ingin pulang.
Tanpa mengatakan apa pun, aku menarik tanganku dan kembali melanjutkan langkah. Jun ingin mengejarku, ia bahkan sempat mendekat beberapa langkah. Tapi, ia kembali diam dan berbalik menuju arah sebaliknya. Mungkin tahu bahwa aku terlalu terkejut.
Bruk!
Aku tersandung kakiku sendiri dan tersungkur karena terlalu cepat mengambil langkah dan tidak berhati-hati. Sebelum aku bereaksi, sepasang tangan terulur ke arahku dan segera kuraih agar bisa berdiri. Ketika mendongak, aku melihat Hoshi berdiri di depanku dengan tatapan terkejut.
"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat, padahal tadi pagi biasa saja. Kau sakit?" tanyanya.
Secara tiba-tiba, tubuhku bergerak sendiri untuk memeluknya. Aku memejamkan mataku, berusaha menormalkan detak jantungku yang tak beraturan. Hoshi yang tiba-tiba kupeluk hanya diam tanpa membalas, mungkin sangat terkejut. Bahkan diriku sendiri terkejut karena memeluknya secara spontan.
"Kenapa?" tanyanya.
"Tolong bawa aku pergi dari sini terlebih dahulu," sahutku.
Ia kemudian mengusap kepalaku, perlahan melepaskan pelukanku. "Kita sudah tidak berada di gedung sekolah," ujarnya yang membuatku begitu terkejut. Aku berbalik untuk memeriksa perkataannya. Benar ... kami berada di sebuah padang pasir. Kurasa sangat jauh dari sekolah.
"Maaf ... aku hanya memikirkan tempat yang aman untukmu jadi aku membawamu ke sini karena kupikir takkan ada yang datang," ujarnya.
Aku kembali berbalik, menatapnya lekat-lekat. Sinar matahari yang terik di atas sana membuat kedua bola matanya tampak bersinar. Aku menelan ludahku lalu kembali memperhatikan sekitar.
"Bagaimana bisa kau membawaku kemari secepat ini? Teleportasi?" tanyaku ragu. Pasalnya, jika kubandingkan dengan kemampuan Mingyu dan Wonwoo ini jauh berbeda. Mingyu dan Wonwoo akan berjalan dan tiba-tiba sudah berada di tempat berbeda. Sedangkan Hoshi, ia sama sekali tak bergerak.
Ia memberikan sebuah gelengan. "Tidak, aku tidak berteleportasi," ujarnya. "Aku bermain ilusi. Itu keahlian khususku."
Mendengar itu, keningku berkerut. Aku ingin bertanya lebih jauh lagi, tetapi alasan kenapa aku kabur tiba-tiba menghantamku. Membuatku ingat kalau aku seharusnya pulang.
"Aku harus pulang," ujarku cepat, terkesan sedikit panik. "Tunggu ... "
Aku maju dua langkah, lebih dekat ke arah Hoshi. Benar-benar dekat sampai aku bisa melihat wajahnya dengan begitu jelas. Hoshi juga memiliki kesamaan dengan Aurora. Warna mata mereka dan binarnya persis sama. Atau jangan-jangan ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood 2 (Son of the Sky) [Seventeen Imagine Series]
FantasíaHighest rank - #77 on fantasy 190114 #3 Halfblood Ketika kebahagiaan berada pada tempat dimana aku hanya perlu menggenggamnya, ketika ujung jemariku telah bersentuhan dengannya, kebahagiaan itu lenyap seperti cahaya terang yang tiba-tiba hilang keti...