22

3.5K 742 320
                                    

Keitung double update gak? Wkwkwk


Happy reading!^^



~°~°~



Tubuhku terpaku pada kedua bola mata kelabu milik Aron. Lalu, kulirik mata ibuku yang berwarna merah terang. Melihat tatapan keduanya yang penuh kekhawatiran dan setengah memohon membuatku semakin tak nyaman.

Aku berada pada ujung kesengsaraan yang lain.

"Beri aku waktu," ujarku. Aku beranjak dari tempat dudukku, bergerak membungkuk sebelum akhirnya pergi. Namun, belum sempat membuka pintu pergerakanku sudah terhenti.

"Nasib semua orang tergantung padamu. Hanya kau yang bisa menyelesaikan situasi ini."

"Kenapa harus aku?!" Aku setengah berteriak, tak sanggup lagi menahan diri. Aku berbalik dan menatap kedua dewa itu dengan tatapan putus asa. Mati-matian aku menahan tangis.

"Apa yang salah dengan menjadi Half Blood sampai aku punya takdir sepedih ini?" tanyaku frustasi. "Bukan kehendakku untuk menjadi Half Blood! Ini bukan pilihanku dan ini bukan kehidupan yang kuinginkan! Aku berusaha keras menerima semuanya karena aku percaya pada orang-orang yang berada di sekelilingku! Termasuk kalian ...."

Air mataku jatuh lagi. Aku tak sanggup menahannya lebih lama. "Tapi kenapa ... orang-orang yang kupercaya justru yang menjatuhkanku?"

Aron dan ibuku sama sekali tidak marah meski aku bersikap tidak sopan. Mungkin mereka mencoba mengerti posisiku yang sulit. Bayangkan ... aku baru saja lolos dari maut. Aku baru keluar dari dunia bawah! Dan sekarang, aku mendapat kabar buruk lainnya.

Ini tidak lebih baik dari terjebak di dunia bawah. Percayalah ....

"Aku pergi." Aku langsung berbalik pergi. Aku bisa mendengar ibuku mulai menangis, tapi hal itu sama sekali tak menghentikanku.

"(Y/n) ...."

Hoshi adalah orang pertama yang kulihat ketika membuka pintu. Aku mengepalkan tanganku guna menahan tangis kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Hoshi yang berusaha ditahan Aurora agar tak mengejarku.

Aku tidak ingin bertemu siapa pun. Aku tidak ingin mendengar siapa pun.

Aku hanya ingin sendiri ...

Aku ingin-

Pikiran dan juga langkahku terhenti sekaligus ketika mataku menangkap mata biru tua yang menatapku dari jarak lima meter. Kami terlibat aksi saling pandang. Semakin lama kepalan tanganku semakin menguat. Namun, sama sekali tak mencegah air mataku untuk turun.

Dengan langkah cepat, aku bergerak ke arahnya. Bebatuan yang kupijak membeku mengikuti langkahku. Mungkin, karena emosiku tak terkontrol, aku membekukan segala hal di sekelilingku. Tapi aku tak peduli dan terus melangkah. Kemudian, aku menjatuhkan tubuhku pada pelukannya.

"Vernon ...." Aku tak kuasa menahan tangis setelah memanggil namanya. Pelukanku pada lehernya menguat, membuat tubuhku semakin rapat padanya. Aku tak bisa lagi menahan ini. Aku harus bicara padanya.

Bohong kalau kubilang ingin sendirian. Aku memang ingin jauh dari semua orang ... kecuali pria yang tengah kupeluk untuk membalas rindu tak berujung.

Half Blood 2 (Son of the Sky) [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang