Dont be Shy! - 1

637 51 3
                                    

***

Malam telah larut. Sudah hampir jam 12 malam. Di kamarnya, Hanbin baru saja selesai mengerjakan tugas kuliahnya. Hanbin sudah bersiap-siap mau tidur.

Drrt.. Drrrttt... 'Woooohhhh.. Mian.. Mian.. Mian, Mianhee... Wooohhh... Mian.. Mian.. Mian.. Mian..he..'

Suara ponselnya berbunyi, sontak membuat Hanbin heran, ternyata masih ada mahluk bernama manusia yang  sempat-sempatnya menelpon jam segini. Apa kurang kerjaan kali yah? Batin Hanbin, dia agak malas meraih ponselnya yang sudah bobok cantik diatas meja belajarnya.

Akhirnya dia segera beranjak dari tidurnya, dia tidak mau suara merdu Haebin membuat berisik orang rumah.

"Hah, siapa sih?" dia merasa terganggu, karena matanya benar-benar sekarat. Kucing manisnya saja sudah sejak dua jam yang lalu mendengkur dekat sudut dapur. Dan sepertinya saat ini dia merasa iri pada kucingnya.

Setelah diraih ponselnya, ternyata dia melihat nama sahabatnya Si Jenong. Coba kalau bukan dia, pasti Hanbin sudah mengeluarkan jurus seribu omelannya. Tapi Sejeong... Jangankan nelpon jam segini, jam 3 dinihari saja dia pernah nelpon, cuma mau mengatakan kalau dia tidak bisa tidur karena banyak vampir, ehh nyamuk. Gila nggak tuh! Mungkin bagi orang lain iya, tapi bagi Sejeong maupun Hanbin, itu hal yang biasa.

"Hallo, Apa Je? Genteng kamarmu bocor lagi yah? Atau nyamuk-nyamuk itu tidak mau pergi?" seperti biasa, kalau sudah berbicara dengan Sejeong, yang ada hanya candaan.

"Hanbin.. ada yang mau kubicarakan." Omo, ya jelas ada dong? Kalau nggak ada ngapain dia nelpon? Wait.. Kok autor ngegas yah?

Tapi... Suara Sejeong kedengaran lain, tidak seperti biasanya. Sejeong tidak pernah serius, maksudnya Sejeong tidak pernah seserius ini. Hanbin heran, Sejeong salah makan apa? Nggak mungkin kan kalau dia makan lotion anti nyamuk?

"Ada apa, Je?" tanya Hanbin kemudian. Selera humornya langsung hilang, jadi ketularan seriusnya Sejeong. Padahal dia sangat tahu kalau serius itu bukanlah penyakit menular.

"Besok, jumpai aku di Kafe Blankon, ya? Jam 12 siang."

"Memangnya ada apa?" Hanbin semakin heran, tak seperti biasanya. Sejeong seperti ini. Kalau ada apa-apa dia pasti langsung ngomong. Tapi ini... Pakai mau jumpa di Kafe segala.

"Besok saja aku kasih tahu. Udah ya, Bin, Maaf kalau mengganggu!?"

Apa Sejeong tengah bermimpi? Sejeong yang kalau menelpon selalu dengan suara riang, selalu tertawa, cekikikan, hampir tak pernah serius. Apakah masalah yang dihadapinya benar-benar berat? Tak sabar Hanbin menunggu esok Tiba.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hanbin dan Sejeong sudah saling kenal sejak mereka balita. Mamanya dan mama Sejeong bersahabat. Jadi sejak kecil mereka selalu bersama-sama. Masuk TK sama-sama, pulang sama-sama, main sama-sama.

Kalau ada teman lain yang mengganggu Sejeong, otomatis Hanbin akan langsung melabrak anak itu. Kalau Sejeong sampai dibuatnya menangis, maka namanya bukan Hanbin jika tak membuat anak itu menangis juga.

Dari kelas 1 sampai 6 SD mereka sekelas, walau tidak satu bangku (karena 1 bangku hanya untuk 1 anak, hehehe) tapi mereka selalu duduk berdekatan. Banyak yang mengira mereka saudara kandung, apalagi marga mereka sama. Orangtua Sejeong sudah dianggap Hanbin orangtuanya, demikian sebaliknya. Rumah Sejeong adalah rumah Hanbin juga, demikian juga Sejeong menganggap rumah Hanbin.

Pokoknya Hanbin dan Sejeong bagaikan bunga dengan tangkainya, bagaikan tinta dengan pena, atau yang lebih romantis lagi, bagaikan rembulan dengan malamnya, ciiiieeee..... Atau lebih tepatnya lagi bagaikan maling dengan barang curiannya. Lho.. Kok jadi ngelantur...

Waktu masuk SMP mereka tidak sekelas. Sejeong protes, Hanbin juga. Berdua mereka mengadakan aksi unjuk rasa kekantor kepala sekolah, memohon agar SPP diturunkan, eh..... Maksudnya agar mereka dijadikan satu kelas, dan usaha mereka berhasil, karena yang menjadi kepala sekolah papanya Sejeong. Hehehehe....

Waktu SMP inilah kehidupan Hanbin dan Sejeong berjalan seru. Soalnya banyak siswa -siswi SMA yang memang sekolah mereka berdekatan, menggoda Sejeong, memanggil-manggil namanya, mengeluarkan suitannya.

Tentu saja Hanbin menjadi marah. Walupun tubuhnya lebih kecil dari mereka, tapi Hanbin tak takut. Bukan sekali atau dua kali Hanbin berkelahi dengan anak SMA itu, hasilnya... Tentu saja Hanbin, kalah. Tapi dia senang, dia bangga karena dia sudah melindungi Sejeong.

Kehidupan di SMA rupanya tidak kalah seru dengan kehidupan di SMP. Yang namanya manusia tentunya mengalami perubahan, dari anak-anak menjadi remaja. Dari bocah polos dan lugu menuju anak yang mulai memperhatikan lawan jenisnya.

Ya... Hanbin dan Sejeong juga merasakan hal itu. Suatu hari Hanbin menanyakan pada Sejeong, apakah dia tak ingin pacaran? Sejeong menjawab kalau dia memang tidak ingin pacaran. Dia takut kalau nanti dia pacaran, dia tak lagi ada waktu untuk Hanbin. Dia takut persahabatan yang mereka bina sejak kecil akan hancur karena orang ketiga. Dia bilang baginya persahabatan mereka jauh lebih agung daripada pacaran.

Hanbin tersenyum, bangga dengan keputusan yang dibuat Sejeong.

Ketika Sejeong balik bertanya pada Hanbin, diapun menjawab dengan tegas, tak ada gunanya pacaran, kalau memang jodoh pasti tak akan lari kemana.

Sebenarnya Hanbin mau mengatakan kalau dia mau saja pacaran, tapi harus dengan Sejeong, tapi dia malu mengatakannya. Dia juga takut Sejeong tidak mempunyai perasaan yang sama. Tapi biarlah, toh Sejeong juga tidak pacaran, jadi bersama dengannya saja Hanbin sudah senang.

Berdua mereka lalui hari-hari di SMA dengan keriangan. Banyak yang mengira mereka berdua pacaran, karena mereka selalu sama-sama, pulang sama-sama, ke kantin sama-sama, ke perpustakaan sama-sama, tapi untuk pergi ke toilet, mereka tidak sama-sama.

Tapi mereka tidak ambil pusing dengan semua gosip itu. Biarlah apa kata dunia, yang penting mereka masih seperti dulu, begitu prinsip mereka.

Dan kini mereka sudah sama-sama duduk di tingkat akhir perguruan tinggi swasta. Sama-sama di fakultas ekonomi. Bedanya Sejeong dijurusan sekertaris sedangkan Hanbin di manajemen. Mungkin mereka punya rencana, kalau nanti sudah bekerja, Hanbin yang jadi manajernya dan Sejeong jadi sekertarisnya, hehehehe...

Kehidupan mereka masih seperti dulu, walaupun sudah tidak sebebas dulu lagi, karena sudah sama-sama dewasa. Kalau dulu Hanbin bebas keluar masuk ke kamar Sejeong, sekarang tidak lagi.

Tapi tadi, baru saja Sejeong menelpon, ingin mengatakan sesuatu, serius sekali, dan Sepertinya inilah pertama kali dia bicara sangat serius. Mangkannya Hanbin sangat heran.

***

TBC

***

Haii..
Bagaimana ceritanya?
Ini Cerpen ke-dua yah. Dari 'kumpulan cerpen Sejeong and boys.'

Terimakasih sudah mampir..
Semoga suka..
Walaupun banyak kekurangan.
Harap maklum.

Terimakasih juga buat yg kasih 🌟
Semoga sehat selalu..
🤗

Kumpulan CERPEN - Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang