.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh sore. Namun baik keluarga Park maupun Jimin belum juga datang. Berkali-kali kuhubungi Jimin namun nomornya tidak bisa tersambung.
Setelah lebih dari 10 kali kuhubungi, ternyata yang menjawab adalah suara perempuan "Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif"Aku mulai dongkol dan khawatir, tiba-tiba eomma datang ke kamarku dan mengabari sesuatu.
"Sepertinya, keluarga Park tidak jadi datang hari ini. Soalnya tuan Park tiba-tiba jatuh sakit." Ucap eomma sedikit kecewa.
"Ahh.. nde...." Jawabku lemah.
Setelah itu, eomma langsung menutup kembali pintu kamarku dan berlalu pergi.
"Yeaaachhhh.....!!" Teriakku senang, Akupun meloncat kegirangan diatas tempat tidur. Akhirnya selamat juga walaupun Jimin tidak jadi datang.
Kriiieeekkkkk.....
Tiba-tiba eomma membuka lagi pintu kamarku seraya menatapku penuh amarah. Akupun jadi salah tingkah.
"Yaa...! Seharusnya kamu tidak bersikap seperti itu. Ada orang sakit, kamu malah jingkrak-jingkrak. Aigooh..."
"An..aniiiyoo....! Sejeong hanya...." Aku tak sempat membuat alasan, eomma langsung menutup pintu kamar dengan berang.
.
.
.
🚓🚓🚓
Aku berangkat ke kampus lebih pagi dengan harapan bisa bertemu dengan Jimin. Aku harus mendapat penjelasan yang masuk akal untuk semua ini.
Setelah merencanakan hal-hal penting selama beberapa hari dengannya, kenapa pada hari yang telah ditentukan tiba-tiba dia menghilang tanpa pesan.
Plak...!!
Tiba-tiba tamparan pedas bersarang dipipiku.
"Kamu kan.. perempuan murahan yang berfoto mesra dengan kekasihku!?" Seorang perempuan berkulit putih dan bermata elang menegurku dengan lantang.
"Memangnya, kamu siapa?" Tanyaku emosi.
"Jangan pura-pura bodoh! Semua orang juga tau kalau aku itu kekasihnya Jimin. Sekali lagi kamu mendekatinya, kubikin hidupmu menderita, eoh! Arraasooo!!" Dia membalikkan badan seraya pergi meninggalkanku.
Sial....! Sebenarnya dekat sama Jimin saja aku sudah menderita, apalagi ditambah Jimin mempunyai kekasih seperti monster.
Berarti, hari ini banyak perhitungan yang harus aku selesaikan dengan Jimin. Pertama untuk ingkar janji, kedua untuk ketidak terus terangnya dan ketiga untuk tamparan yang baru saja aku terima.
Aku menunggu Jimin, tetapi masih belum juga kelihatan batang hidungnya. Jangan-jangan dia tidak berani berangkat ke kampus.
"Yaa.. kamu kenapa dari tadi berdiri disitu, seperti penjaga kampus saja." Tiba-tiba terdengar suara Jihyo dari belakang.
"Aku sedang menunggu Jimin!"
"Oh.. jadi benar gosip kamu jalan sama Jimin?"
"Mwo..? Kamu tahu juga soal itu, Jihyo?" Tanyaku heran.
"Keoree.. pertama aku adalah temanmu, kedua siapa sih yang tidak mengenal Jimin. Makannya kamu itu yang gaul dong.. jangan hanya memikirkan pelajaran dan organisasi kampus saja."
"Ahh.. jadi menurutmu aku ini tidak gaul, eoh?" Tanyaku pada Jihyo yang sedikit penasaran akan jawabannya.
"Kalau orang yang tidak tahu info dan gosip di kampus itu namanya tidak gaul." Jawabnya sekenanya.
Dasar Jihyo. Seenaknya bilang kalau aku ini tidak gaul. Siapa sih yang tidak mengenal Kim Sejeong, yang kini menjabat sebagai ketua organisasi kampus di universitas ini.
Memang sih, waktu istirahat sering kugunakan di perpustakaan atau mengurus organisasi. Aku memang tidak punya waktu banyak untuk mengobrol dengan teman-teman seperti halnya Jihyo. Tapi kalau aku dibilang tidak gaul karena tidak tahu gosip tentang Jimin, itu sangat tidak adil.
Itu hanya gosip tidak penting. Kenapa juga masih memenuhi memori kepalaku. Tapi... Karena tamparan itu, rasanya sekarang menjadi penting! Ini perbuatan yang tidak senonoh dan tidak benar.
.
.
.
🚓🚓🚓
Setelah kemarin penantian ku sia-sia, aku berharap ini hari yang bisa memberi jawaban. Aku sudah mulai kehilangan kesabaran, apalagi Jimin tidak pernah mau mengangkat telepon dariku.
"Masih menunggu, eoh." Suara Jihyo sedikit menggoda.
"Nunggu sarapan pagi!"
"Ternyata benar ya, kata teman-teman kamu itu perempuan yang galak...." Jihyo tak meneruskan.
"Yaaa!! Aku ada perlu sama kamu!" Hardikku kasar sambil menarik baju Jimin yang tiba-tiba melintas disampingku.
"Mian...mianhe..., Jeong." Jimin berusaha menghindar.
Plak....!
"Tamparan itu untuk ingkar janji, tidak terus terang dan balasan atas tamparan kekasihmu." Jimin hanya diam sambil memegangi pipinya yang memerah.
"Mana ponselmu!" Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung merebut ponsel ditangannya.
"Ja... Jangan, Jeong!" Bujuknya, Akupun tidak peduli, jariku langsung menjelajah ke galeri picture untuk menghapus foto yang kemarin sempat diambil. Foto demi foto aku amati lalu kuhapus, kemudian aku beralih ke contact nya untuk menghapus nomorku, tapi..... Omonaa... Ternyata namaku tidak ada. Yang ada justru... Monster! What's wrong!!
.
.
.
Bersambung....
🚓🚓🚓
Haiii.. aku update lagi.
Ehh.. mana nih Chanyeol kenapa belum muncul...? Hihihihi sabar yah, emang belum saatnya muncul.
Mianheyo, jika tidak sesuai harapan nantinya. Huhuhuhu..
Ditunggu updetan selanjutnya yah..
😬😬😬😬Terimakasih banyak yang masih setia dan mampir di lapak cerita disini.
Semoga kalian suka. #ngarep.comYang kasih Bintang ⭐
Rijkinya banyak.
Amin.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan CERPEN - Kim Sejeong
Novela Juvenil[ONGOING Rabu] Kumpulan Cerpen tentang Sejeong dan idol lainnya.. Di kumpulin jadi 1 buku yah.. 😚 01✔ Say Love me (& boys) - End 02✔ Dont be Shy! (& Kim Hanbin) - End 03✔ Regret ( & Lee Taeyong) - End 04✔ I Hate the Policeman ( & Park Chanyeol) - E...