I Hate the Policeman - 4

244 31 6
                                    

🚓🚓🚓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚓🚓🚓

Ini hari kelima aku mendekam di rumah sakit. Hari-hari membosankan yang harus aku lalui selama sakit. Namun semenjak kemarin lusa, aku berharap Gyeongchal itu kembali menanyakan sesuatu.

Menanyakan apa saja dan aku akan memberi keterangan yang lebih baik dari kemarin. Ige mwoya...?Aneh? Ini pasti bukan diriku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Jam berkunjung bagi para pembesuk. Diantara mereka tampak wajah-wajah yang sudah sangat aku kenal. Jihyo, Sungjae dan teman-teman.

"Bagaimana keadaanmu? Mian, kami baru bisa berkunjung menjengukmu." Kata Jihyo.

"Gwenchana.., yang penting kalian tidak melupakanku dan tetap berkunjung sambil membawa buah-buahan." Ucapku sambil meringis kegirangan.

"Ya... Kapan lagi bisa berbuat baik sama kamu, Jeong." Timpal Sungjae.

"Ya...! Memangnya aku sudah mau mati? Aku masih hidup, dan kalian punya banyak kesempatan berbuat baik kepadaku."

"Kakimu dibalut perban semua. Apakah itu serius..?" Tanya Sungjae.

"Nde, ada sedikit retak dan luka-luka gores dikakiku, tidak terlalu parah. Tapi tetap saja sakit..."

"Uwaahhh... Aku kira ini bohongan. Heheheh.." Suara canda tawa teman-teman menjauhkan ku dari rasa sakit dan bosan untuk sementara. Namun perasaan itu muncul, ketika mereka pergi.

"Cepat sembuh, eoh. Sejeong-ah..." Aku rasakan air mata Jihyo mengalir. Itulah air mata persahabatan. Lalu mereka pergi.

Namun tak berselang lama dari kepergian mereka, eomma dan teman-temannya datang menjenguk. Diantaranya nyonya Park, ibu Chanyeol.

"Sejeong-ah, bagaimana keadaanmu sayang?" Kata nyonya Park dengan lembut.

"Sudah lebih baik, Ajumma." Jawabku singkat.

"Aku kaget sekali waktu Chanyeol mengatakan kalau kamu kecelakaan."

Mendengarnya, aku bingung dan tidak mengerti, apa maksudnya. Memangnya Chanyeol tau darimana tentang kejadian ini? Aku melihat kearah eomma, yang kemudian dibalas dengan tatapan tajam. Tatapan yang mengisyaratkan agar aku bersikap manis.

"Ma... Maksud, ajumma?"

"Memangnya kamu tidak ingat waktu Chanyeol membawamu kemari?" Nyonya Park balik bertanya.

"Oohh... Mungkin dia masih pusing, nyonya Park. Sejeong sering mengeluh kepalanya pusing dan susah mengingat." Sahut eomma berbohong.

Aku tidak mengerti kenapa eomma harus berbohong. Aku juga baru tahu, ternyata Gyeongchal yang mau dijodohkan denganku adalah dia.

Aku memang tidak pernah membaca nametag- nya, karena dia saat itu memakai jaket. Aku terus menerka-nerka maksud kebohongan itu. Jangan-jangan ini semua rekayasa eomma supaya aku bisa dekat dengan Chanyeol tanpa paksaan.

Kumpulan CERPEN - Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang