So Eun dan Jin akhirnya pulang naik bis malam setelah So Eun agak membentak pegawai loket gara-gara bilang tiketnya sudah habis. Jelas-jelas si pegawai loket sengaja menyisakan bangku untuk dijual calo.
So Eun menoleh kesebelahnya. Jin duduk di pojok dekat jendela. Ia memejamkan matanya, tapi tidak bisa nyenyak. Terus saja merintih dan memegangi dadannya. Rasa super khawatir membuncah di dadanya. Ia takut ada sesuatu pada kekasihnya itu. Di usapnya kepala hingga pipi Jin dengan lembut sambil terus memandanginya. Ia pernah tanya pada dokter yang menangani Jin sebelum diperbolehkan pulang. Katanya kecelakaan itu tidak melukai bagian apapun. Tapi bagian dadanya sakit karena shock benturan dari stir. Jadi dokter menyuruhnya untuk tidak khawatir. Hanya dalam beberapa hari, rasa nyerinya akan mereda dan hilang.
-oOo-
Sekitar pukul 1 malam, So Eun dan Jin sampai dirumah menggunakan taksi. Saat masuk rumah, gadis berambut panjang ikal itu langsung berlari menghampiri mereka. "Kalian pulang naik apa?"
"Naik bis dan taksi," jawab So Eun.
"Terus mobilnya?"
"Masih di bengkel," Jin berucap dan ia hendak pergi ke kamarnya dengan So Eun.
"Mau aku buatin sesuatu?" tawar Ye Jin. Kelihatan sekali jika ia khawatir dengan kondisi kakaknya.
"Aniyo. Aku mau istirahat aja," tolak Jin. Ia langsung memasuki kamarnya dan menaruh ranselnya sembarangan. Lalu ia membaringkan tubuhnya di kasurnya. Sementara So Eun sedang sibuk mencari alat mandinya di koper menggunakan sebelah tangannya. "So Eun-ah, tidurlah denganku."
So Eun terkejut mendengarnya. Ia menoleh, menatap Jin yang terlihat sangat memohon padanya. Awalnya ia pikir maksud 'tidur' adalah 'seks'. Tapi tidak mungkin sama sekali. Keadaannya lagi seperti ini. Ditambah lagi tangan sebelah kanannya tidak bisa bergerak. Akhirnya ia mengambil kesimpulan, maksudnya adalah ya tidur bareng aja. "Nggak apa-apa?"
"Aku nggak mau jauh-jauh dari kamu," ujarnya.
So Eun tersenyum. Ia berjalan menghampiri ranjang dan merebahkan dirinya disebelah Jin dengan menghadap kearah kekasihnya.
Jin merasa tenang. Walaupun badannya masih kotor dari udara luar, tapi ia sungguh lelah. Ia memejamkan matanya, mencoba tidur.
-oOo-
Orangtua Jin sudah pulang. Ibu Jin mengetuk pintu kamar Jin beberapa kali. Namun karena tidak ada yang menyahut, ia membukanya dan melihat anak laki-lakinya tidur dengan pacarnya. Ia merasa sudah tidak peduli soal itu. Yang ia pikirkan adalah keadaan keduanya. Bagaimanapun sejak So Eun tinggal dirumahnya, ia menganggap dia seperti putrinya.
"Bangun... udah siang," ujar ibu Jin sambil berjalan kearah nakas ranjang Jin dan menaruh nampan dua mangkok bubur disana. Lalu membuka tirai kamar, membiarkan sinar matahari dan angin pagi masuk ke ruangan.
Jin dan So Eun terbangun. Merekapun melihat ibu Jin disana. Mereka sama sekali tidak berpikir bagaimana posisi tidur tadi dan dilihat ibu Jin. Yah, mereka yakin kalau dia akan memaklumi.
"So Eun-ah, gimana tangan kamu? Kata Ye Jin tangan kananmu nggak bisa digerakin?"
So Eun duduk di tepi ranjang dan memegangi tangan kanannya yang masih di gips. Ia mengangguk. "Rasanya juga masih sakit. Dokter menyuruhku lepas gips 3 minggu lagi."
Lalu ayah Jin kini yang muncul diambang pintu yang tidak tertutup. "Gimana kok bisa kecelakaan?"
Jin yang masih setengah sadar itu duduk di ranjang dan menatap ayahnya dengan mata yang sayu. "Waktu itu lagi ujan. Terus dari arah berlawanan ada truk yang make lampu sorot. Jujur aku nggak bisa lihat jalanan, makanya aku nyerempet pagar pembatas dan mobilnya guling."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You [Complete]
Teen FictionKisah nyata pribadi, semua ku tuangkan dalam tulisan ini. Berkisah tentang cinta dan persahabatan. Kim So Eun yang sedang mencari cinta sejati, mendapatkan kebimbangan dari beberapa laki-laki yang mendekatinya. Berbagai kisah di lewatinya. Suka, duk...