2.esoknya

101 13 1
                                    


                         "Yang diam belum tentu benci"

Keesokan paginya dia bangun dengan keadaan mata yang sedikit sembab. Mirissa bersegera mandi dan solat subuh.

Jam-jamnya segini biasanya ayahnya masih di masjid dan ibunya masih terlelap tidur.

Dia segera menyiapkan bekal untuk dia bawa ke sekolah, dan bergegas menyiapkan barang apa saja yang perlu dia bawa ke sekolah hari ini, termasuk perlengkapan MOS pada hari ini, untung saja kemarin dia sempat membuat papan itu sebelum dia ketiduran.

"Oh yah uang lebih", Mirissa tidak lupa untuk membawa uang lebih,hanya untuk berjaga-jaga saja siapa tahu kakaknya tidak menjemputnya.

Setelah semua siap dia menunggu kakaknya yang sedang mandi, kakaknya ini sangat lelet lebih parah dari cewek.

Sekitar 30 menit kakaknya dan dia pun siap untuk pergi ke sekolah, tepat jam 06.30 dia berangkat, tidak lupa dia dan kakaknya pamitan ke ayah dan ibunya.

"Nanti pulang mampir jemputin adenya jangan lupa!, ayah gk bisa jemput dia", kata ayah yang mengingatkan kepada Rama kakak Mirissa.

"Iya, tunggu aja nanti Ris", kata kakaknya mengingatkan.

"Iya", jawab Mirissa seadanya.

                             *******

Di perjalanan tidak ada yang saling membuka suara diantara keduanya, hanya derus angin jalan yang terdengar, kakaknya mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang.

Sampai di depan gerbang sekolahnya yang bertuliskan "SMA SINAR BAKTI" dia diturunkan oleh kakaknya, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka,  kakaknya bergegas meninggalkannya untuk pergi ke sekolah.

Dengan langkah yang hampa dia masuk ke dalam sekolahnya. Di dalam sekolah sudah banyak siswa yang berlalu lalang sibuk mencari kelas untuk masa MOS.

Mirissa juga dengan sigap mencari kelas MOS nya, dan akhirnya dia menemukan kelasnya yang bernama kelas "Kartini", kelas ini dominan dengan siswa yang masuk dengan nilai yang tinggi, terlihat dari nilai UN mereka untuk masuk ke sekolah ini. OSIS yang membina pun ketua dan wakil ketua OSIS.

Dia masuk ke kelasnya dan menemukan tempat duduk pojok belakang, tempat yang sangat dia sukai, tempat yang aman dan bebas untuk melakukan apa yang dia inginkan.

Mirissa berjalan-jalan keluar kelas sendirian menuju kantin, dan sesampainya di kantin terlihat banyak siswa yang dia ketahui itu bukan anak OSIS, ataupun siswa baru, melainkan kakak kelasnya yang kemungkinan besar kelas 12 dua angkatan dari Mirissa, terlihat dari mereka yang berbaur dengan ketua OSIS tanpa segan dan terlihat akrab, serta seragam yang menunjukkan jelas mereka kelas berapa.

"Eh lo siapa nama lo, ke sini!", ada seorang cowok dari sekumpulan siswa yang dia ketahui bukan anggota OSIS  yang menatap dan memanggilnya dan Mirissa melihat nametag siswa yang memanggilnya  yang memaparkan nama Dito.

Mirissa menoleh ke kiri dan kanan tidak ada orang selain dirinya yang berada di situ, Mirissa menunjuk pada dirinya. 

"Iya, elo!", ulang siswa tersebut.

Mirissa pun datang menghampiri cowok yang bernama Dito itu.

"Lo kelas apa?", tanya Dito to the poin langsung tanpa basa basi.

"Kelas Kartini kak", jawab Mirissa sopan.

"Oh berarti lo sekelas sama ade gue, gue boleh titip sesuatu gak? Tolong kasih kan ke dia, boleh yah?", ucap cowok tersebut dengan sedikit bisa dikatakan memaksa.

Senjanya RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang