15. Pulang

44 3 0
                                    

Dito bersama Mirissa sedang berdiri di depan sebuah sebuah makam dengan batu nisan yang bertuliskan nama mending ayah Mirissa.

Mirissa berjongkok di depan makam ayahnya dengan senyuman getir. Diikuti oleh Dito yang berjongkok di sebelah Mirissa.

"Assalamualaikum ayah, maaf yah ica baru datang ke sini,"  ucap Mirissa sambil mengusap batu nisan yang bertuliskan nama ayahnya itu.

"Waalaikumsalam," jawab Dito yang mendengar salam Mirissa.

"Oh iya, ini kak Dito yah. Dia baik banget loh yah. Dia nolongin ica terus," ucap Mirissa yang langsung menatap Dito.

Dito tersenyum mendengar ucapan Mirissa. Dito juga menatap manik indah mata Mirissa. Mata gadis yang selalu membuatnya ingin menatap lama-lama.

Dito beralih mengusap rambut panjang Mirissa yang sengaja dibiarkan tergerai oleh sang empunya.
Dito beralih menatap makam yang ada di depannya ini.

"Assalamualaikum om maaf saya baru bisa kemari, saya Dito om, kakak kelasnya Ica. Saya mohon izin mau menjalin hubungan dengan Ica. Saya harap om setuju dan mengijinkan," ucap Dito panjang lebar membuat Mirissa menganga tak percaya dengan ucapan Dito yang bermaksud mengajak dirinya berpacaran.

"M-maksud kakak apa?" tanya Mirissa dengan terbata bata sambil menatap mata Dito.

"Aku mau kita pacaran ca," ucap Dito dengan santai. Dito juga menatap manik mata gadis di depannya ini.

"Tap-"

"Iya aku tau kita masih baru kenal, aku tau kamu masih canggung sama aku. Tapi aku yakin ca kamu pilihan aku. Aku serius sama kamu ca. Aku tau kamu ga bakal bisa nerima secepat ini, tapi aku serius ca," ucapan Dito mampu membuat Mirissa terdiam. Dia menatap manik mata Dito dengan sungguh-sungguh, benar tidak ada kebohongan di dalam mata Dito, yang hanya ada keriusan di matanya.

Mereka sama-sama terdiam dan hanyut dalam suasana.

"Aku juga siap kalau saat ini nikahin kamu ca," ucap Dito yang masih menatap mata Mirissa.

Mirissa tersenyum hangat menatap mata Dito.

Mirissa mengalihkan pandangannya dan terkekeh kecil.

Dito mengerutkan dahinya. "Kak aku baru masuk SMA loh, masa mau nikah?" ucap Mirissa disela kekehannya.

Dito tersenyum menanggapi ucapan Mirissa. "Kalau pacar mau dong?" ucap Dito dengan sedikit menggoda.

"Hmm," dehem Mirissa menganggukkan kepalanya dan mengalihkan mukanya dari Dito.

Dito tersenyum dan mengalihkan tatapannya ke makam ayah Mirissa
"Om makasih ya om, saya harap om terima saya dengan baik. Om beruntung punya bidadari di sebelah saya ini. Makasih sudah membesarkannya dan membuat saya bertemu dengan bidadari om," ucap Dito sambil mengelus batu nisan ayah Mirissa.

Mirissa yang mendengarkan ucapan Dito seketika pipinya langsung memerah.

Dito kembali menatap Mirissa yang pipinya sangat memerah. Dito terkekeh pelan melihatnya.

"Hmmm pulang," ucap Mirissa gugup.

Dito mendongakkan kepala Mirissa agar dapat melihatnya, dan mengangguk singkat sebagai jawaban Mirissa.

"Yah, kita pulang dulu ya. Nanti kalau sempat kita ke sini lagi." ucap Mirissa dengan tangan kanannya yang mengusap batu nisan ayahnya itu.

"Ayo," Dito menggenggam tangan kiri Mirissa. Keduanya berdiri dan beranjak pergi ke rumah Mirissa.

Di perjalanan keduanya sama-sama diam tak bersuara.
"Besok tunggu aku, aku yang antar jemput kamu sekolah,," ucap Dito memecah keheningan di antara keduanya.

Senjanya RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang