3.

403 99 334
                                    

"Gue paling benci kalau ada pem-bully-an di sekolah ini."

#Aldiano Arkhan Mahendra.

.

.

.

Suasana kantin sekolah sangat ramai. Jajaran penjual dengan sigap melayani pembeli dengan suka cita. Keriuhan itu tiba-tiba menjadi sunyi saat munculnya tiga orang yang merasa menjadi senior.

"Heh, minggir! Ini tempat gue." Belum apa-apa salah satu di antara ketiga perempuan itu maju, menggebrak meja hingga membuat penghuni sebelumnya merasa ketakutan.

Tak mau mengambil risiko yang tinggi, dengan segera penghuni meja tersebut mengalah. Mereka pergi dengan membawa makanan dan minuman masing-masing, lalu mencari tempat kosong lainnya.

Adel yang melihat kejadian itu langsung tersedak, terbatuk-batuk saat meminum moccachino. Perempuan ini sangat menyukai hal yang berbau mocca.

"Ada apa, Del?" tanya Atta saat melihat Adel tampak aneh.

"Lihat, deh!" Adel menunjuk ketiga perempuan tadi menggunakan dagu. Atta menoleh, menuruti ke mana arah itu melaju. Sedangkan Ifa bersikap apatis, ia memilih menghabiskan makanannya dengan santai.

Sontak mata Atta berhasil membulat sempurna. "Gila!" Ia segera memalingkan wajah.

Kebetulan Atta duduk membelakangi ketiga perempuan itu dengan Adel yang duduk di depannya.

"Kenapa, Ta? Kok takut gitu?"

"Lo nggak tau dia, Del?"

Adel hanya menggeleng polos. Karena ia dan Ifa termasuk murid tipe belang-belajar-pulang-berbeda hal dengan Atta yang aktif mengikuti organisasi dan kegiatan sekolah.

"Itu, tuh ...." Sambil menunjuk menggunakan telunjuk jarinya. "Yang di tengah namanya Kak Alessa. Cewek yang paling kaya dan hits di sekolah ini, Del. Seriusan lo nggak tau?" lanjut Atta si pembuat gosip nomor satu.

Tanpa suara yang dikeluarkan dari bibir Adel, ia tetap menggeleng. Atta selalu mengetahui perkembangan informasi terbaru di lingkungan sekolah.

"Itu yang di sebelah kanan namanya Kak Rawni," titah Atta dengan bersemangatnya. "Dan yang berada di sebelah kiri namanya Kak Rien."

Adel hanya manggut-manggut mendapatkan penjelasan dari Atta. Suatu informasi yang baru saja ia dengar.

"Lo, Fa, dan lo terutama, Del. Jangan pernah berurusan dengan dia."

Atta memajukan badannya agar terlihat lebih dekat dan berbisik, "Berurusan dengan mereka. Sama aja kalian cari mati!"

***

Setelah Arkhan membantu Adel menyelesaikan hukuman tersebut, ia berjalan ke arah kantin untuk mencari keberadaan Abe. Di kantin Ibuk terlihat ramai penghuni tidak seperti biasanya. Hal tersebut membuat Arkhan ingin kembali ke kelas atau pergi ke kantin sekolah, tetapi suara seseorang menghentikan niatnya.

"Ampun, Bang. Nggak sengaja."

Arkhan menoleh, menatap gerombolan orang-orang yang berada di kantin tersebut, suara itu sangat femiliar di benak Arkhan.

"Udah, Ris. Hajar aja! Masih anak baru juga, nyari gara-gara." Di susul suara tersebut yang membuat Arkhan semakin penasaran.

"Haduh, Bang. Ampun, sakit!"

Tepat, dugaan Arkhan benar bahwa suara itu adalah suara milik Abe. Dengan segera Arkhan menerobos di antara gerombolan itu. Matanya memanas saat melihat Abe sudah lemas tak berdaya di lantai.

Tentu saja hal itu membuat Arkhan murka dan memilih untuk tidak tinggal diam. Ia maju, lalu mendorong tubuh Haris yang hampir terjatuh. Bagaimana mungkin banyaknya orang di sana hanya menjadikan Abe sebagai tontonan tanpa ada yang berani menolong?

"Ada pahlawan kesiangan, nih!" ucap Harris santai, sedangkan tangannya mencoba menghentikan niat kedua temannya yang ingin membalas perbuatan Arkhan.

"Lo siapa?" tanya Harris sambil menampilkan tawa mengejek. Ia berjalan santai memutari tubuh Arkhan saat terlihat sedang menahan emosi yang bergejolak di dalam dada.

"Gue temen Abe! Dan asal lo tahu, gue paling benci ada pem-bully-an di sekolah ini!"

"Meskipun temen lo salah?" Harris tersenyum, nada suaranya berganti keras. "Dia ... temen lo udah numpahin kopi di seragam gue!" teriak Harris berada di depan gendang telinga Arkhan. Beberapa menit setelah itu sebuah pukulan mendarat tepat mengenai ulu hati cowok tersebut.

Suasana menjadi heboh dan kacau. Nyomen dan Bobby selaku teman dekat Harris maju, memegangi kedua tangan Arkhan hingga cowok itu tidak bisa berkutik.

Harris tersenyum puas. Ia menampilkan tatapan tajam kepada Arkhan yang terus berusaha melepaskan diri dari pegangan temannya.

Arkhan mencari cara agar bisa terbebas dari suasana ini. Ia terus berontak. Tanpa berpikir panjang ia langsung menginjak kaki Nyomen dan Bobby sekeras mungkin.

Tangan Arkhan menyikut ke belakang yang menyebabkan Nyomen dan Bobby merasakan kesakitan dua kali lipat di bagian perut dan kaki. Tak mau memberi ampun, Arkhan berbalik lalu menjegal kedua kaki mereka hingga terjatuh dan memberi pukulan tambahan di bagian punggung, membuat mereka langsung terkapar di lantai.

Melihat suasana terbalik, Arkhan tak mau membuang kesempatan. Ia langsung berlari menyerang Harris yang belum siap mendapat perlawanan.

Sebuah tendangan berhasil mendarat di selangkangannya dan membuat Haris meringis karena kesakitan. "Auw! Titit gue! Sialan! Sakit!" teriaknya sambil memegangi bekas tendangan dari Arkhan.

Melihat kondisi mereka yang terjepit. Membuat Nyomen dan Bobby terburu-buru bangun, lalu memapah Haris meninggalkan kantin Ibuk.

***

Berita tentang kekalahan Harris yang melawan Arkhan di kantin Ibuk menyebar begitu cepat. Sebuah rekor baru di sekolah SMA Pelita Bangsa ada yang berani melawan Harris Cs, apalagi itu adalah murid baru. Iya, hal itu sudah menjadi bahan topik terhangat sekitar semingguan ini di sekolah.

Harris Wijaya Kusuma karena kelakuan dan kenakalannya yang selalu membuat rusuh, sehingga menjadi orang yang paling ditakuti. Penghuni sekolah senior tingkat akhir karena sudah hampir tiga tahun dia tidak naik kelas dan menjadi penyebab ia sekelas dengan Alessa, XII IPS-3. Lengkap sudah penghuni kelas itu adalah kumpulan orang tenar ditambah dengan geng Alessa yang menjadi kesan horror.

"Arkhan?" tanya sekali lagi Alessa kepada Harris. Ia masih penasaran kepada orang yang berani melakukan perbuatan seperti itu.

"Iya, bocah yang waktu itu pernah nyanyi pas penutupan MOS. Dia anak band," geram Harris penuh emosi. Terlihat tangan kanannya mencengkeram kuat, alisnya menyatu. "Lihat, aja! Gue bakal bales!"

Ungkapan kata 'MOS' atau Masa Orientasi Siswa pada tahun 2017 diganti dengan kata 'MPLS' atau singkatan dari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Karena diberlakukan keputusan baru ini, maka MPLS bagi murid baru tidak lagi menekankan pada kegiatan yang berlebihan, seperti aktivitas bersifat fisik dan pemberian tugas. Namun, lebih mengarah pada pengenalan lingkungan sekolah.

"Kenalin gue ke dia."

"What? Lo gila-"

"Well, gue cuman penasaran aja."

"Ogah! Males banget gue ngenalin lo ke orang yang berani nurunin harga diri gue ke semua orang!"

Saat Harris ingin bangkit dan pergi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Alessa sambil berucap, "Tenang aja, gue bakal bayar semau lo!"

"Oke, deal!"

Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Alessa. Ia mengangkat kaki kanannya lalu menaruhnya di atas kaki kiri membentuk simbol silang sambil menopang dagu. "Hello, Arkhan."

***

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟

7920
AlfinNifla

Mocca (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang