2.

503 119 395
                                    

"Apakah ini hanya kebetulan semata?"

#AdeliaFaranisaAgnii.

.

.

.

"Aduh!" Suara tersebut mengagetkan ruangan yang diciptakan sunyi. Gumpalan kertas mengenai badannya, sedangkan penghuni kelas berusaha menahan tawa agar tidak keluar dari sarang. Lantas guru yang sedang berdiri itu menoleh.

Dengan alis bertaut, guru tersebut melonggarkan kacamata yang terasa sesak. Badannya membungkuk, mengambil gumpalan kertas tadi yang jatuh di lantai, lalu bangkit sambil melihat seisi kelas dari atas lensa kacamata. Bibirnya mengerucut dengan tangan yang diangkat ke atas. Hidungnya kembang kempis bersamaan dengan matanya yang melotot.

"PERBUATAN SIAPA INI?" teriak Sarah dengan emosi yang meledak-ledak. Wanita itu merasa dipermalukan oleh anak didiknya.

Semua murid tak tahu menahu, memilih menutupi telinga mereka dengan kedua tangan atau memilih untuk menunduk. Saling berhadapan seakan berbicara, "Siapa?" Atau saling memberi jawaban, "Bukan gue." Tanpa bersuara.

"Diam! Perbuatan siapa ini?"

Mendengar nada suaranya yang tidak main-main, membuat peserta didik tambah menciut saat kondisi kelas semakin bungkam, sedangkan Arkhan mengabaikan kondisi kelas yang horror. Dengan santainya lelaki itu memilih merapikan ulang tulisan agar mudah dipahami. Ia menulikan pendengaran, menyibukkan diri seakan tidak ada kejadian apa-apa di kelas.

"Arkhan, Bu!"

Sontak sang pemilik nama terbelalak, mendengar namanya disebut dengan ekspresi terkejut. Kini ia menjadi pusat perhatian, semua penghuni kelas melihat ke arahnya.

"ARKHAN, KELUAR DARI KELAS IBU!"

"Ta-tapi, Bu-"

"Diam! Jangan bantah, cepat keluar!"

Dengan pasrah Arkhan menuruti perintah tersebut, menatap Abe yang menjadikan dirinya sebagai pelaku, lalu ia berjalan pelan keluar kelas.

**

"Orang itu terlambat, Pak!"

Mendadak bola mata Adel melebar dengan mulut yang menganga tak percaya. Merasa rencananya tidak semulus pemikiran, perempuan itu mengumpat dalam hati.

"Jam berapa ini?"

Adel menoleh bertepatan dengan jeweran di telinga. "Ma-maaf, Pak. Auw, sakit!"

Di lain sisi Adel mendengar suara cekikikan yang amat kentara, seakan ini adalah lelucon yang harus diabadikan. Ia menoleh, suara itu bersumber dari dua orang lelaki yang berdiri di belakang Adel. Ternyata itu adalah Arkhan dan Abe.

Abe memang sengaja menuduh Arkhan yang melemparkan kertas tadi agar bisa menemaninya keluar dari kelas, dengan begitu ia tanpa rasa bersalahnya izin ke toilet dan berjalan menyusul Arkhan. Saat perjalanannya menuju kantin, Abe melihat ada seseorang yang datang terlambat. Dengan segera Abe langsung melaporkannya kepada Pak Ojak.

Tawa puas tercetak jelas dalam mulut Abe, sedangkan Arkhan yang melihat kejahilan temannya itu hanya bisa diam sambil melihat Adel yang sedang diseret pasrah oleh Pak Ojak berjalan melewatinya, hingga tatapan mereka bertemu. Dengan segera Adel membuang tatapan ke arah lain sambil sesekali mengaduh kesakitan akibat jeweran tangan itu yang terasa sakit sambil terus melangkah menjauhi mereka.

"Dasar, lo, Be. Keterlaluan!"

"Eta terangkanlah. Lucu tau, Ar," ujar Abe sambil menirukan gaya tarian yang sempat viral di tahun ini. Lagu parodi 'Eta Terangkanlah' lengkap dengan video orang gila yang menari di samping panggung di depan salon atau tempat pengeras suara yang menghebohkan warganet di tahun 2017.

Mocca (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang