20.

71 10 9
                                    

Arkhan melemparkan jaketnya ke sembarang tempat. Cowok itu memang misterius, susah ditebak dan jarang terbuka ke semua orang bahkan ke teman terdekatnya sekalipun. Anehnya ia selalu menampilkan wajah yang seakan baik-baik saja. Teduh, semua orang mengakui itu. Dengan ketenangannya ia mampu membuat orang yang berada di sekelilingnya merasa nyaman.

Setelah pulang dari rumah Adel, Arkhan tidak langsung ke rumahnya ataupun kembali ke studio musik untuk latihan band bersama yang lain. Ia pergi ke Bandung, di tempat rumah singgah atau rumah produksinya bersama komunitas Punk.

"Ar, kerjaan banyak nih. Kebetulan banget lo dateng!" ujar Badrud sambil memperhatikan Arkhan yang sedang tiduran di sofa.

"Iya!"

Di rumah produksi ini mereka membuat sesuatu yang bisa dijual, seperti baju sablonan, pembuatan tatto, stiker dan masih banyak lagi tentang peralatan kebutuhan anak punk pada umumnya. Arkhan yang memang masih mudah di antara semuanya dan yang paling jago mendesain, sehingga Arkhan-lah yang membuat desain tatto tetapi tidak pernah menggunakan tatto. Berbeda dengan Attak yang sekujur tubuhnya hanya terlihat tatto yang menempel.

"Ar, rokok?" tanya Puput yang tiba-tiba saja datang dari arah dapur. Dialah yang paling perempuan sendiri di komunitas ini. Bajunya yang compang-camping dengan gaya rambut yang long feathered.

"Gue nggak ngerokok."

"Duh, Ar. Jangan muna deh lo!"

"Dih, gue percaya ... Arkhan!" teriak Badrud yang tiba-tiba saja menimpali ucapan Puput. Ia sedang becermin, seolah menirukan gaya potongan rambut milik Kabol dengan gaya  mohawk, sejumput rambut penuh warna berdiri tegak di tengah kepalanya.

Tiba-tiba saja Kabol berlari dari arah pintu masuk dengan napas tersengal. "A-Attak ... dalam masalah besar!"

***

Sekarang Arkhan, Badrud, Puput dan Kabol sudah berada di tempat tersebut. Di jalanan sepi dengan kanan dan kiri yang hanya terlihat persawahan membentang luas.

"Woi! Kalau berani jangan main keroyokan!"

Suara tersebut mampu membuat Budi dan teman-temannya menoleh. Menghentikan aktivitas mereka yang sebelumnya memukuli Attak tanpa ampun.

Arkhan menatap tubuh Attak yang hampir tidak sadarkan diri di jalan saat gerombolan tersebut mulai melepaskan diri ketika mendapat instruksi dari Budi.

Ada rasa tidak enak hati menyelimuti jiwa Arkhan. Bagaimana pun ini pasti upaya balas dendam saat beberapa hari lalu geng Budi kalah dalam perkelahian tersebut saat Arkhan menemani Adel berlari.

Arkhan berniat maju, ia ingin menghampiri Attak yang benar-benar mengenaskan. Namun, Badrud mencegah langkah kakinya. Cowok itu sudah terlihat marah terlebih dahulu. Terlihat dadanya yang naik turun dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

Tanpa aba-aba, Badrud tiba-tiba saja langsung berlari dan menghantam tubuh Budi tanpa ampun. Hal tersebut langsung menimbulkan kekisruhan yang parah, sedangkan Arkhan dengan segera mengamankan Attak dan menyuruh Puput untuk pergi dari tempat tersebut.

Tinggallah Arkhan, Badrud dan Kabol yang menyerang geng Budi saat jauh dua kali lipat lebih banyak darinya. Arkhan menyerang lima anak buah Budi sekaligus juga Kabol. Badrud dengan sigap menyerang Budi yang masih setia dengan pertahanannya.

Beberapa tangkisan Arkhan lakukan untuk menghindari serangan. Perkelahian kali ini bisa dibilang gila. Sebuah pukulan mengenai ujung bibir Arkhan hingga menyebabkannya berdarah.

Napas Arkhan tersengal, tubuhnya limbung. Ia pasrah bila takdirnya harus berakhir hari ini, sedangkan Kabol hanya bisa melihat Arkhan yang hampir terjatuh saat serangan bertubi-tubi membuatnya tidak bisa membantu Arkhan. Namun, untung saja cowok tersebut masih tetap bertahan.

Mocca (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang