[4] Dewa, Manusia, dan Monster

72 24 17
                                    

Ribuan tahu yang lalu, manusia hidup di antara berkat dewa dan teror para monster. Layaknya legenda masa lalu, kehidupan di dunia senantiasa berada dalam cengkeraman kejahatan. Kemudian, kekuatan dewa muncul, menghapus segala kegelapan yang meracuni bumi.

Damai tidak bertahan lama, sebab baik dan jahat merupakan dua elemen yang tak terpisahkan. Kejahatan baru muncul, dan lagi-lagi berhasil diredam. Kejadian ini tentu menimbulkan paradoks yang entah sampai kapan habisnya.

Namun, ada alasan konkret mengenai fenomena yang terjadi. Bertunasnya hitam dan mekarnya putih merupakan cara dunia untuk menanamkan keyakinan pada umat manusia bahwa mereka punya pelindung.

Rasa percaya umat manusia yang tinggi berperan sebagai pasokan energi bagi para dewa untuk menghalau serangan para monster. Lalu, apa jadinya jika rasa percaya itu pudar?

Zaman terus berkembang, penemuan demi penemuan dipamerkan. Manusia tumbuh menjadi makhluk yang hidup dengan jalannya sendiri. Mereka yang semula selalu mengemis-ngemis kepada dewa, kini menjelma bak pahlawan terkuat.

Berbagai senjata canggih dibuat untuk melindungi bumi. Para monster mulai bertumbangan di mana-mana. Menyaksikan hal tersebut, manusia seantero dunia lantas berlomba-lomba menciptakan teknologi yang lebih maju. Sayangnya, perlombaan ini menjadikan mereka lengah.

Kian hari, kian sedikit orang yang menyisakan waktunya untuk melakukan pemujaan. Para dewa sekarat, takhta di langit goyah. Bukannya menyesal atas tingkah mereka, manusia justru semakin lupa diri. Setelah berhasil membasmi setengah populasi monster, penduduk bumi saling berperang demi sebuah dominasi.

Pertempuran pecah di setiap tempat, merusak apa pun yang dulu pernah megah. Kebencian yang menjangkiti hati umat manusia ternyata menarik seluruh energi negatif dari alam selayaknya magnet raksasa. Bangsa monster yang hidup dari energi tersebut sontak ikut-ikutan sekarat seperti musuh bebuyutan mereka dulu, para dewa.

Dalam sekejap, manusia didaulat menjadi makhluk paling barbar seantero alam semesta. Para dewa yang masih menyimpan dendam sepakat menggabungkan sisa energi mereka untuk mengirim ratusan bencana ke bumi, sebelum terkubur dalam pusara-pusara suci.

Alhasil, bumi porak-poranda akibat kemarahan penguasa langit. Gunung-gunung erupsi serentak, lautan naik ke darat, langit meleleh bagaikan tetesan logam. Selama seratus hari, kemalangan menimpa umat manusia. Peradaban mereka lesap seketika. Tidak ada lagi teknologi canggih, tidak ada lagi kesombongan.

Kala itu, manusia yang tersisa memohon bantuan dewa agar memperbaiki kehidupan mereka. Sayangnya, semua bencana yang datang adalah hadiah terakhir dari para dewa sebelum mereka mati. Langit telah kosong.

Murka di hati manusia kian berkobar manakala doa mereka tak kunjung dijawab. Akibatnya, energi negatif di seluruh alam habis tersedot. Kejadian ini menimbulkan kegemparan di kalangan monster. Mereka tentu tidak ingin bernasib sama seperti para dewa. Akhirnya, dibuatlah sebuah muslihat.

Bangsa monster menjalin kesepakatan dengan segelintir manusia. Dengan embel-embel kekuatan besar, manusia rela tubuhnya dijadikan inang bagi para monster.

Siasat culas tersebut awalnya berjalan lancar. Begitu banyak manusia super yang muncul di bumi. Mereka kembali menghidupkan persaingan di masa lalu dengan peperangan demi peperangan. Sebaliknya, para monster mendulang asupan energi dari kebencian yang tumbuh di hati manusia. Sungguh simbiosis yang penuh akan kelicikan.

Akan tetapi, rupanya ada beberapa manusia yang punya anomali di dalam dirinya. Satu hal yang tidak diketahui para monster; bahwa hati manusia memiliki mekanisme pembersihan yang unik. Mekanisme itu bernama penyesalan.

Hati yang begitu pekat tiba-tiba bersinar karena tumbuhnya rasa jenuh terhadap kekacauan yang terjadi. Oleh karena itu, muncul tipe manusia super yang menginginkan perubahan. Mereka bertempur bukan sekadar mencari kemenangan, tetapi juga tekad untuk mengembalikan bumi ke masa-masa jayanya.

BEAST: RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang