[8] Anggota Baru

38 16 11
                                    

"Selamat pagi, Mei," sapa Samael selepas menyesap secangkir teh, sementara matanya asyik membaca novel.

"Selamat pagi." Mei duduk di samping lelaki itu. "Tumben sekali bangun pagi. Biasanya jam dua belas siang baru beranjak dari kasur."

"Terima kasih atas pujiannya," gurau Samael.

"Aku nggak lagi memuji, tahu," ketus Mei.

"Ya sudah." Lelaki berkacamata itu menutup bukunya. "Kau melihat Claire akhir-akhir ini?"

"Semenjak gagal membujuk Lazu bergabung, ia terus mengurung diri di kamar. Aku sudah bilang kalau kita masih punya kesempatan, tetapi gadis itu sudah telanjur kecewa."

"Begitu, ya. Bagaimana dengan Cosmo? Reggy?" Samael kembali mencecar pertanyaan. "Mereka masih sedih, ya?"

"Seperti yang kamu bilang. Cosmo sangat terpukul setelah kematian Eien. Dia tidak mau keluar dari kamar, meski sudah kuberitahu kalau Eien telah mewariskan beast-nya kepada seseorang," tutur Mei. "Sementara Reggy, ia bilang ingin menemani Cosmo saja."

"Dasar mereka itu." Samael mendengus pasrah. "Padahal bukan waktunya bersedih-sedih. Bagaimana pun caranya, kita harus mendapatkan kepercayaan Lazu. Hanya dengan begitu, tujuan Red Coda bisa ter—"

Kalimat Samael disela oleh ketukan pintu. Agaknya ada seseorang di luar. Namun, ini bukan kondisi yang lumrah. Markas Red Code terletak di pedalaman hutan, dan mereka ada di masa lalu. Seharusnya tak ada satu pun orang lagi di sana.

"Waspadalah, Mei." Curiga, Samael menarik sebilah pedang dari rak di sudut ruangan.

Sama herannya, Claire dan kedua anggota Red Code yang diam di kamar juga ikut-ikutan keluar. Mereka semakin cemas tatkala mendapati raut wajah Samael yang sedikit gugup.

"Siapa?" Claire bersuara.

"Entahlah. Mari kita pastikan." Samael beringsut dari ruang tengah, berhati-hati menuju pintu depan.

Mei beserta yang lain juga mengekor di belakang. Benar-benar membingungkan, setidaknya bagi mereka. Jika yang datang musuh, mengapa ia harus repot-repot mengetuk pintu? Mau minta izin menyerang dulu?

Sebaliknya, jika yang datang justru Lazu, mungkin agak susah dipercaya. Bagi Mei, meski berkata mereka masih punya kesempatan, tetap sulit rasanya memercayai pemuda keras kepala itu dengan sukarela bergabung ke Red Code. Lalu, dari kedua opsi tersebut, manakah yang benar?

Mimik Samael ketika mengintip dari celah pintu menjadi jawabannya. Sempat terbeliak, akhirnya ia tersenyum tipis. Sebuah gerak-gerik yang mengindikasikan bahwa apa pun yang ada di luar sana bukanlah ancaman.

"Sudah kuduga," ujarnya berseri-seri. "Mungkin kita akan mendapat anggota baru hari ini." Samael menarik gelang-gelang pintu, membiarkan sosok pemuda kurus terpampang di hadapan para anggota Red Code.

"L-Lazu!?" Mei kaget.

"Lazu!" Claire pun sama.

Berbeda reaksi, Cosmo dan Reggy justru bergegas hengkang dari sana, kembali ke kamar mereka. Walau demikian, kedatangan Lazu tetap saja menjadi kejutan terbesar bagi Red Code. Akan tetapi, paras pemuda itu tampak lebih muram daripada biasanya.

"Selamat datang, La—"

"Seseorang bernama Scythe membunuh kakekku. Ia mengaku sebagai anggota Elite," celetuk Lazu, datar.

Pengakuan tersebut sontak membuat Samael dan yang lain tertegun. Mereka tak habis pikir bagaimana kejadian sedemikian buruk bisa menimpa Lazu. Selain itu, merupakan bencana jika Elite sudah mengetahui inang Nemean yang baru.

BEAST: RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang