"Sekarang kita harus bagaimana, Kak Samael?"
"Entahlah. Aku masih memikirkan cara membujuknya bergabung dengan kita. Asal tahu saja, sifat anak itu sangat bertolak belakang dengan Eien. Dia pendiam, penakut, mudah gugup, kik—"
"Apakah ada kesamaannya?"
"Ya, mungkin mereka sama-sama keras kepala."
"Syukurlah. Setidaknya, sifat Kak Eien masih hidup, walaupun aku belum yakin dia sudah tiada."
"Kau tahu, Claire? Seandainya bisa, aku ingin menipu diriku sendiri soal kematian Eien. Akan tetapi, bagaimana mungkin? Aku sendiri yang melihat tubuhnya terkelupas menjadi abu, sedikit demi sedikit."
"Aku rindu Kak Eien."
"Aku juga."
Samael, bersetelan hoodie putih dan celana jins tampak berjalan berdampingan dengan seseorang. Namanya Claire, gadis yang kelihatannya salah satu anggota Red Code. Ia mengenakan sweter krim, berpadu dengan rok biru selutut.
(Ilustrasi Claire)
Tatkala berlalu di pinggir jalan, mata beriris ungu Claire hanya menunduk lesu. Bahkan, rambut marun selehernya juga ikut tergerai ke bawah, menutupi paras elok gadis tujuh belas tahun itu.
Kendati rembulan telah kokoh di puncak, dan jalanan mulai sepi, keduanya seolah tak peduli. Mereka terus melangkah, entah ke mana ujungnya.
"Aku jadi ragu bisa menghentikan Elite. Mereka semakin kuat setiap waktu. Jika Danzell bisa membunuh Eien seorang diri, maka siapa lagi yang sanggup menghentikan mereka?" Samael bersuara, terdengar pesimis.
Claire yang berjalan di depan tiba-tiba berhenti. Kedua tangan kecilnya mengepal, lebih kuat dari yang bisa dibayangkan dirinya sendiri.
"K-kita masih punya kesempatan, 'kan? Kak Mei, Cosmo, Reggy, mereka akan terus ada untuk membela Red Code. Selain itu, Elite juga belum berhasil merebut Nemean. Untuk melahirkan dewa baru, mereka setidaknya butuh tiga belas beast terkuat. Jika Nemean masih di luar sana, mustahil kita kalah." Gadis berbibir tipis itu berusaha menguatkan diri.
"Kupikir kau ada benarnya, Claire." Samael tersenyum. "Namun, pertama-tama, kita harus membawa Nemean kembali ke Red Code sebelum Elite tahu kalau Danzell berhasil menuntaskan tugasnya."
*****
"Kumohon, berhenti bicara di kepalaku," protes Lazu. Pemuda itu berbaring di kasur, menindih wajahnya dengan bantal. "Aku tidak bisa begini terus."
"Kau ini memang aneh, Bocah. Aku cuma ingin memberitahu kalau durasi hidupmu semakin menipis. Kemungkinan besar malam ini waktu terkutuk akan muncul. Kita harus mendekati aurora untuk menyerap energinya." Ocehan Nemean menggema di kepala Lazu.
"Aku tidak mau."
"Hoy! Kau mau mati, ya?!"
"Terserah saja," ketusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST: Revenge
FantasíaUpdate satu chapter per minggu. Main Genre: Fantasy-Action. Sub-Genre: Supernatural, Gore, Slice of Life, Minor-Romance. Cover by Yogatrisna. BLURB: Lazu tidak lagi bisa hidup normal setelah seorang pria bernama Eien memasukkan monster ke dalam...