"Tachi!"
Sejurus ucapannya, sebilah pisau daging besar pun menyeruak di hadapan Samael, terlihat mantap manakala jatuh ke genggaman kedua tangannya. Lelaki itu sudah siap.
Di sisi lain, Lazu yang sempat tertimbun tanah berhasil merangsek keluar. Ia menghujam tiap bongkahan batu dengan ekornya hingga remuk menjadi kerikil. Agaknya serangan kejutan Samael barusan tidak berefek apa-apa.
"Berikan aku kebencian! Aku sangat lapar!" Ia menggeram, seiring ekor hitamnya yang mengacung ke atas.
"Pergilah, Cosmo," ujar Samael.
"Eh?"
"Pertarungan ini akan jadi sedikit berantakan."
"Cih! Dasar sombong."
"Kalau mati jangan salahkan aku, ya?" Samael menyunggingkan senyum, khas dirinya.
DRASHHH!
Cosmo sontak terbeliak. Tepat di depan matanya—terlampau cepat—ekor Lazu memelesat dan menubruk ujung pisau Samael. Dorongan udara tercipta, menyapu segala yang tegak di sekitar mereka.
"Sudah kubilang, 'kan!" kata Samael, berkutat dengan pisau besarnya.
"K-kau benar. S-sebaiknya aku tidak di sini." Cosmo bersicepat minggat dari tempat pertarungan. Netranya masih kosong, kalut termakan syok.
"Baiklah, Lazu. Mari kita lihat seberapa tangguh Mavro-mu itu." Sedikit sentakan, Samael sukses mendorong sang lawan beberapa langkah, juga mendaratkan sejumlah tebasan mematikan.
Percikan api terlontar setiap kali kedua senjata itu terbentur. Ekor Lazu berkelit dari sergapan Samael, secepat kilat coba menghujam sang musuh. Namun, penanggung Tengu itu bukan lawan yang mudah.
"Kena kau!"
Ekor kristal yang nyaris menggores wajah Samael tersebut tiba-tiba melambat, seolah ada sesuatu yang menyekatnya. Tak bisa dipungkiri bahwa seteru Lazu kali ini adalah seorang pengendali angin. Ia mampu memanipulasi udara sekehendaknya. Memperbesar tekanan, atau justru menciptakan topan raksasa, tentu bukanlah perkara sulit.
Merasa unggul, Samael memelesat ke dekat Lazu, melewati ekor yang sangat panjang. Lima belas langkah ke depan, barulah ia bertatap muka dengan si biang masalah.
GROOOAAHHH!
Baru hendak menggempur, rupa-rupanya Lazu sudah berhasil menerobos permainan udara yang membelenggu ekornya. Alhasil, monster itu kembali leluasa mengamuk.
"Sial!" Samael mengepakkan sayap, terbang menjauh.
"Berikan kebencianmu!"
Ekor Lazu meluncur cepat, bersanding dengan tepisan tachi. Denting besi bergema, serta-merta membawa deruan angin. Belum menyerah, Lazu terus menyerbu lawannya itu tanpa ampun.
Dari kiri, kanan, depan, bahkan ekornya juga melingkar ke belakang Samael. Akan tetapi, berkat kemampuan manipulasi anginnya, penanggung beast itu selalu sukses berkelit.
"Jadi kau sudah puas, Lazu?" Pertanyaan Samael terlontar mantap, "kau sudah puas dengan segala kebencian itu?"
Lazu bergeming, tak kuasa membalas apa pun. Sesuatu di dalam hatinya bergejolak, seolah hendak keluar. Namun, ada lapisan hitam yang menahannya, tak ingin memberi secuil pun ruang.
"Siapa aku?" Pandangan Lazu mengawang.
"Lazu, sang penanggung Nemean, anggota Red Code, teman kami semua." Samael menyahut seraya merendahkan posisinya, "tetapi sekarang kau bukanlah dirimu. Itu faktanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST: Revenge
FantasyUpdate satu chapter per minggu. Main Genre: Fantasy-Action. Sub-Genre: Supernatural, Gore, Slice of Life, Minor-Romance. Cover by Yogatrisna. BLURB: Lazu tidak lagi bisa hidup normal setelah seorang pria bernama Eien memasukkan monster ke dalam...