🍁-Happy Reading-🍁
Rey membuka pintu rumah yang tidak dikunci, dengan cepat ia memasuki kamarnya karena sekarang tubuhnya terasa remuk. Rey mengelilingi pandangannya mencari seseorang, tetapi tidak terlihat batang hidungnya.
"Tuh cewek kemana si? Belum pulang juga, udah sore!" tampak terlihat dari wajah Rey yang terlihat khawatir.
Rey mengetuk keningnya, mengusap wajahnya pelan. Kenapa bisa ia khawatir kepada Rachel? Urusannya sama ia apa sampai memikirkan gadis itu.
Tubuhnya ia baringkan dikasur tanpa membuka seragamnya, memejamkan kedua matanya hingga tertidur. 3 jam berlalu, Rey terbangun dari tidurnya, ia melihat ke jam dinding yang menunjukkan pukul 16.15 WIB. Sampai saat ini juga Rachel belum pulang.
Rey terduduk mengambil handphone dikantong celana sekolahnya. Membuka aplikasi Whatsaap dan mulai mencari kontak seseorang.
Whatsaap
Rachel Crazy Girl🐵
Hari ini 15.08Chel, lo kemana sih kok belum pulang? Gue udah lama nungguin lo ini udah sore. jangan buat gue khawatir! [Delete]
Tidak-tidak. Mana mungkin ia mengirimi chat yang menunjukan bahwa ia sangat khawatir kepada Rachel, yang ada cewek itu akan merasa kegeeran.
Udah sore. Gak niat pulang lo? ✅ 16.18
Hanya ceklis satu, tandanya Rachel sedang off. Rey menghela nafas kasar, entah mengapa ia bisa sangat khawatir dengan Rachel. Tidak mungkin kan kalau ia suka dengan Rachel? Jangan sampai itu terjadi, jangan sampai dia terjebak dengan permainanya.
Suara knop pintu terbuka, Rey langsung mengarahkan pandangannya ke pintu kamar. Terlihat dengan jelas Rachel yang berjalan dengan gontai. Rachel menaruh tasnya dimeja belajar miliknya. Bahkan ia sama sekali tidak melirik kearahnya. Rey mah apa atuh cuman sampah permen suka dilupain.
"Kemana aja lo? Jam segini baru pulang. Seinget gue sekolah pulang udah dari jam 1. Kenapa baru nyampe jam segini?" tanya Rey menuntun.
Rachel menaikkan sebelah alisnya, ada apa dengan cowok tengil ini? Baru pulang udah ditanyain yang nggak penting. Rachel pura-pura tidak mendengar, ia menaiki kasur membaringkan tubuhnya tanpa mengganti seragam yang masih melekat ditubuhnya.
Tak mendapat jawaban Rey ikut menaiki kasur, menyenderkan tubuhnya disenderan ranjang. "kalau ada yang nanya dijawab, bukannya diem aja! Lo kemana aja? Kenapa baru pulang sekarang?" Rey terus menatap Rachel yang memejamkan mata.
Helaan nafas Rachel terdengar jelas. Gadis itu membuka matanya, menatap Rey dengan malas. "Apa sih?! Urusannya sama lo apaan? Gue mau kemana aja terserah gue kali." jawabnya, lalu menutup wajahnya dengan bantal. Rachel paling tidak suka kalau ada orang yang selalu bertanya-tanya hal yang menurutnya tidak penting dalam keadaan ia sedang capek.
"Kenapa lo nanya apa urusannya sama gue? Gue suami lo. Ada hak dong gue buat bertanya sama lo." Rey mengambil bantal yang menutupi wajah Rachel.
Rachel mendengus, kalau membunuh orang tidak dosa ingin rasanya ia membunuh Rey yang mulutnya lemes. Sebelumnya dia akan memotong lidah Rey dulu.
"Gue abis dari toko buku Rey. Udah gue jawab tuh jangan berisik gue mau tidur!" baru saja Rachel mau memejamkan matanya, laki-laki disampingnya menarik kasar tangannya.
"Apalagi sih?! Mau tidur aja susah banget." gerutu Rachel.
"Mandi sana lo! Badan lo bau. Gue nggak mau tidur sama lo kalau lo nggak mandi." ancam Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYRA🍁 [TERBIT]
Ficção Adolescente[SEBAGIAN PART DIHAPUS] "Bisa nggak, sih, lo diem? Sehari aja jangan ganggu gue!" "Lo mulai duluan. Yang kasih kaos kaki ke mulut gue siapa?" "Dih, elo yang kemarin matiin lampu kelas waktu gue lagi piket!" "Lo yang kasih kecoa di sepatu gue!" "Tapi...