Hidup itu nggak kayak kupu-kupu yang berterbangan tanpa arah. Hidup kita itu beda salah jalan dikit aja pasti tersesat tanpa tau jalan pulang. - REYRA'18.
🍁-Happy Reading-🍁
Hari minggu ini Rey tidak berniat untuk pergi kemana-mana. Rasa malasnya sudah mengalahi semuanya. Rey keluar dari kamarnya dengan langkah yang lambat. Menjelajahi pasar malam kemarin membuat kakinya pegal-pegal.
Rey menyipitkan matanya melihat kearah ruang tamu. Rachel sedang duduk disofa dengan asiknya menonton kartun di televisi, tangannya tak henti-henti mencomot kripik singkong.
Dengan gerakan cepat Rey ikut duduk disamping Rachel. Ia juga mengambil kripik singkong di meja dan berakhir masuk kedalam mulutnya. Ketika ingin mengambilnya lagi Rachel langsung menjauhkan darinya, seolah-olah kripik itu hanya untuknya.
"Bagi-bagi lah. Nggak boleh pelit. Sini!" gerutu Rey, tangannya masih berusaha mengambil kripik singkong ditangan Rachel.
Rachel menggeleng. "enggak! Ini punya gue."
"Bagi dikit aja, nanti sore gue pergi ke minimarket beliin lagi cemilan yang banyak buat lo."
Rachel menaikan sebelah alisnya, dari gerakannya Rey tau kalau gadis di sampingnya tidak percaya.
"Janji gue beliin buat lo. Terserah kalau lo nggak mau percaya."
Lagi dan lagi Rachel menatap bola mata Rey mencari sebuah kejujuran. Rachel mengangguk, meletakan kembali kripik singkong tadi ke atas meja.
"Awas aja lo bohong, gue pastiin mulut lo nggak bisa ngomong lagi!" ancam Rachel.
Rey mengangguk setuju. Jari tengah dan jari telunjuknya ia angkat membentuk 'peace'. Tanpa lama tangannya terus memasukan kripik singkong tadi kemulutnya.
Entah mengapa Rey merasa lehernya sakit, ia menyenderkan kepalanya dibahu Rachel. Tidak peduli respon terkejut dari sang empu.
"Ish, lo ngapain sih nyender-nyender? Berat nih!" sinis Rachel, bahunya terus diangkat-angkat agar Rey tidak lagi menyender pada bahunya.
Tapi Rey hanya berdecak. Rey berfikir dirinya itu seperti virus, Rachel tidak mau disentuh ataupun berdekatan dengannya. Apa salahnya coba??
"Leher gue sakit, bentar doang elah pinjem bahu lo."
Ikhlas tidak ikhlas Rachel mengalah. Biarkan saja bahunya terkena virus Rey, tolong ingatkan ia nanti sore harus mandi kembang tujuh rupa untuk menghilangkan virus Rey agar tidak menyebar.
Rachel berdeham. "lo masih pacaran sama Nanda?" tanyanya tiba-tiba. Matanya masih diarahkan pada televisi.
"Lo kata siapa?"
Satu hal yang paling Rachel benci saat bertanya malah ditanya balik. "kata Nanda. Kenapa nggak lo akuin aja kalo Nanda balikan sama lo? Kasian dia sakit hati tuh." cibir Rachel saat ini matanya sudah beralih pada Rey.
Sedangkan Rey membelalak tak percaya. Isu murahan apa ini. Rey akui dulu waktu ia masih kelas 10, ia merasa khilaf berpacaran dengan Nanda.
"Najis! Gue balikan sama Nanda. Kapan Nanda bilang itu ke lo?"
"Kemarin lusa, waktu gue lagi di taman." jawab Rachel, sedikit kesal melihat kripik singkongnya habis tak tersisa. Tapi tidak apa nanti sore ia akan dibelikan lagi.
Aneh. Rey memincingkan matanya, tetap posisinya masih menyenderkan kepalanya dibahu Rachel. "lo dilabrak sama Nanda?"
"Enggak! Kuker banget Nanda labrak gue, lagian gue nggak pernah takut sama dia. Sekali tiup bedaknya luntur." Rachel tertawa terbahak-bahak, bahkan matanya semakin menyipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYRA🍁 [TERBIT]
Novela Juvenil[SEBAGIAN PART DIHAPUS] "Bisa nggak, sih, lo diem? Sehari aja jangan ganggu gue!" "Lo mulai duluan. Yang kasih kaos kaki ke mulut gue siapa?" "Dih, elo yang kemarin matiin lampu kelas waktu gue lagi piket!" "Lo yang kasih kecoa di sepatu gue!" "Tapi...