Tuhan menciptakan dua insan berbeda jenis untuk saling mencintai bukan menyakiti. - REYRA'18.
****
🍁-Happy Reading-🍁
Selama satu minggu Rachel di rawat di rumah sakit. Untungnya tadi malam ia sudah diizinkan untuk pulang. Luka sayatan di pipinya juga sudah mulai mengering, walaupun harus menerima nasib tidak secantik dulu lagi.
Dua insan berbeda jenis itu menikmati liburan di rumah saja. Iya, setelah melaksanakan ujian semester mereka di beri libur dua minggu sekalian dengan bergantinya tahun.
Tetapi setelah itu mereka tidak bisa santai-santai lagi, karena akan ada try out, uprak, USBN, UN, yang menanti mereka. Membayangkan itu semua membuat mereka berdua ngeri.
Walaupun hanya berlibur diatas kasur, tetapi sudah membuat mereka bahagia. Tidak perlu mengeluarkan uang, tidak perlu capek-capek, tiduran dan bermain handphone saja sudah cukup.
"Udah nyiapin baju buat nginep di rumah bunda?" tanya laki-laki yang tiduran tepat di sampingnya.
Rachel menggeleng, rasanya malas untuk beranjak dari kasur. Kakinya tidak ingin menyentuh lantai yang terlalu dingin. "Belum,"
"Siapin sana, jam dua kita berangkat ke rumah bunda Chel." perintah Rey.
Decakan lidah Rachel terdengar jelas. Rachel menolehkan wajahnya pada Rey. "kenapa nyuruh-nyuruh gue? Lo aja belum nyiapin kan? Tapi udah nyuruh orang!" cibir Rachel.
Sabar. Mungkin hanya kalimat itu yang berada di hati Rey. Sebenarnya Rachel itu istri macam apa sih? Pemalas, tidak penurut, pembakang, menyebalkan. Seberapa beratkah dosa Rey sehingga dijodohkan dengan gadis seperti itu.
"Gue itu contoh suami yang baik, anjay. Siapin baju dulu biar nanti nggak ribet. Sono...hush...hush!" Rey tersenyum menyeringai, sebelah tangannya mendorong-dorong badan Rachel.
"Gue bukan kucing ya! Songong banget lo!"
"Iya. Bukan kucing tapi harimau." kekeh Rey.
Cubitan pedas Rachel berikan di paha kanan Rey, biar rasa dia. Berani sekali macam-macam dengannya, ini masih tahap awal. Cubitan tidak sebanding dengan tonjokannya.
"Awsss...Wah KDRT ya lo! Gue aduin komnas Ham." Rey mengelus-ngelus pahanya, ia mengintip sedikit. Untungnya ia memakai celana levis selutut, jadi bisa melihat bekas cubitan pedas istrinya.
Bukannya meminta maaf tapi Rachel malah menjambak kencang rambut Rey, saat ia membuka tangannya ada beberapa helai rambut Rey yang tercabut. "Yah, maaf nggak sengaja." Rachel memasang wajah sedihnya.
"Lo ya! Pasti bakal gue laporin komnas Ham tentang perlindungan anak. Nggak bisa diginiin gue, umur masih 17 tahun udah di siksa. Berasa tinggal sama emak tiri gue tuh!" Rey terlalu mendaramalisir ucapannya, tangannya tak henti-henti memegang rambutnya yang tadi terkena jambakan maut.
"Dih, komnas Ham nggak akan mau nerima laporan dari lo, sampai sono paling lo di usir."
"Ckck. Omongan lo tuh nyelekit banget, nyesek dihati, sakit dikepala, merinding di jiwa."
Rachel menjitak kepala Rey kuat-kuat. "Lo bener udah gila ya? Jangan sampai nanti anak gue sikapnya kayak lo!"
Perkataan Rachel membuat Rey tersenyum penuh arti, bibirnya semakin menyeringai.
"Ouh, jadi lo mau punya anak dari gue? Mau kapan? Sekarang? Hayuk udah siap nih." goda Rey, tangannya tak henti-henti mencolek-colek dagu Rachel.
"Demi ketek Leo yang bau itu, najis senajis najisnya orang najis! Mimpi banget lo gue punya anak dari lo!" pekik Rachel yang merasa risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYRA🍁 [TERBIT]
Novela Juvenil[SEBAGIAN PART DIHAPUS] "Bisa nggak, sih, lo diem? Sehari aja jangan ganggu gue!" "Lo mulai duluan. Yang kasih kaos kaki ke mulut gue siapa?" "Dih, elo yang kemarin matiin lampu kelas waktu gue lagi piket!" "Lo yang kasih kecoa di sepatu gue!" "Tapi...