*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
🍁🍁🍁
Satu-satunya obat untuk menutupi segala kekurangan adalah rasa syukur.
🍁🍁🍁
Memasuki pub, Radit berjalan dengan tampang angkuhnya. Kemudian dia duduk di salah satu sofa, memandangi orang-orang yang sedang menari dengan lihainya mengikuti dentuman musik. Sesekali dia tertawa kecut. Betapa bahagianya mereka menikmati dunia malam itu. Radit juga ikut senang, sebab berkat tempat ini dan orang-orang seperti mereka, dia bisa menikmati hidup tanpa dibebani kemelut masalah yang sedang terjadi. Ternyata hidup sesukanya itu lebih enak.
Tak lama kemudian, seorang perempuan duduk di sebelahnya dengan tampang cemberut. Radit mengalihkan pandangan ke samping, ternyata dia Senna, sang kekasih yang baru ia pacari beberapa hari lalu.
"Lho, kamu kenapa, Sayang? Kok mukanya cemberut gitu?" tanya Radit khas seorang pacar yang perhatian pada wanitanya. Entah asli atau memang hanya berakting.
"Sebel banget, sih! Aku tuh kalau di rumah selalu aja diomelin Tante! Apa-apa dimarahin, apa-apa dimarahin. Masa ya, aku cuma minta uang sedikit aja diomelin. Padahal kan aku itu tanggung jawab dia! Aku bosen hidup kayak gini, aku bosen!" Senna mengacak rambutnya frustrasi. Di rumah dia diperlakukan seperti benalu.
"Tenang, jangan marah-marah, nanti kecantikan kamu ilang. Inget, kamu ini kan udah punya pacar. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu tinggal hubungin aku. Aku siap kasih semuanya." Radit mengalungkan tangan di bahu Senna.
Wajah Senna langsung berubah. Binar bahagia terpancar dari netranya. "Kamu serius mau ngasih aku apa aja?"
"Serius dong, apa sih yang enggak buat kamu." Tangan satunya lagi ia pakai untuk membelai halus pipi Senna. Interaksi mereka berdua semakin dekat saja.
Seorang wanita yang entah dari mana menghampiri Radit. "Heey kak Radit!" sapa Bianca dengan riangnya. "Kebetulan kita ketemu di sini."
"Sayang, dia siapa? Jangan bilang dia pacar kamu? Oh, no!" ucap Senna mulai panik.
Radit memandang Bianca penuh perhitungan. "Dia temen adik aku. Sebentar."
Bianca memasang raut pilon kala melihat tatapan tajam yang melayang dari mata Radit. Aneh.
Tiba-tiba saja Radit menggenggam tangannya dengan erat sampai Bianca merasakan sakit luar biasa. Gadis itu ditarik paksa ke tempat lain. Senna hanya bisa menjangkau kepergian mereka dengan raut penasaran. Mencurigakan.
"Akhirnya lo muncul juga di hadapan gue. Gue mau ngomong sesuatu."
Bianca berusaha melepaskan tangan Radit yang semakin melilitnya. "Ada apaan, sih, Kak? Kok kasar banget?!" Sumpah, Bianca kesakitan.
"Gue minta sama lo, jangan sampai lo ngajak-ngajak adek gue lagi ke sini. Kalau sampai gue mergokin Rania ada di sini, lo bakalan abis! Gue nggak akan pernah pandang bulu. Mau lo cewek sekalipun, gue nggak peduli."
Bianca membesarkan bola matanya. Sedangkan Radit masih menatapnya dengan tajam, cengkeraman tangannya pun semakim kuat. Bianca semakin terintimidasi. "Jangan sampai juga lo bilang sama Rania kalau gue ngomong gini ke lo. Inget, ancaman gue nggak pernah main-main." Dengan kasar Radit melepaskan tangan Bianca, gadis itu mendesis menahan nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Surga
Espiritual🍁🍁🍁 "Ayo naik!" "Tapi sepedanya gimana, Kak?" "Nanti kakak balik lagi dan bawa sepeda kamu." Rania pun naik ke punggung Radit. "Makasih, Kak." Radit tidak menjawab, Rania mengeratkan pelukannya. Rania tidak mengerti mengapa kakaknya bisa ada di t...