1. °Tidak Seperti Mereka°

13.2K 1.2K 60
                                    


*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*

⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠

⚠Jangan judge suatu cerita, sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠

📖Selamat Membaca📖

🍁🍁🍁

Segala sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah-gulana, maupun duri yang mengenainya adalah ujian baginya. Dengan ujian itu, Allah mengampuni dosa-dosanya.

(Muttafaq'alaih)

🍁🍁🍁

Rania baru saja pulang dari sekolah. Saat tiba di dalam rumah, tidak ada yang pernah berubah, semuanya kosong tanpa ada suara yang memecahkan keheningan. Setiap hari, Rania selalu merasakan ini, hidup di tengah-tengah keluarga yang tidak utuh amat menyakitkan.

Sekarang, ia sudah tumbuh menjadi gadis remaja, banyak hal yang harus diceritakan kepada orang yang dia panggil ibu. Sayangnya angan itu sudah pupus sejak lama. Kesibukan Asri membuat Rania merasa sama sekali tidak punya ibu. Pekerjaan di luar sana sudah merenggut segelanya, kesibukan sudah menyita semua waktu yang Asri punya.

Rania mendesah resah, entah apa yang harus dia lakukan untuk menyatukan keadaan yang sudah retak. Rania seolah merasa menjadi wanita paling menyedihkan, ayahnya sudah lama meninggalkannya, sementara Radit; kakanya, selalu menyalahkannya atas keadaan yang sudah ada.

Bagi Radit, semenjak kehadiran Rania, semuanya menjadi kacau balau, ayahnya memilih untuk pergi meninggalkan ibunya. Radit merasa malu, tidak mau terus-terusan hidup dalam dunia kaku seperti di rumahnya. Hidup bebas di luar rumah dan mendapatkan kesenangan adalah obat yang bisa menenangkan pikiran.

"Non Rania sudah pulang? Bibi ambilin minum ya, non?" Bi Nani menawarkan nona mudanya itu, Rania hanya tersenyum sambil menganggukan kepala sebagai respons. Sejak dulu, Rania dirawat perempuan paruh baya itu, wanita yang menggantikan posisi sang ibu.

Tidak lama setelah itu, Bi Nani kembali membawa segelas air putih dia atas nampan, ia mengihdangkan air putih itu di atas meja.

"Bik, kak Radit udah pulang?"

"Setau bibik belum, non."

"Kak Radit selalu bikin aku khawatir, aku itu nggak mau dia terus-terusan kayak gini."

"Ya mesti gimana, Non. Den Radit itu orangnya keras kepala, percuma non Rania nasehatin dia."

"Tapi aku yakin, Bik. Kak Radit pasti bakalan berubah kok."

Bi Nani ikut sedih melihat keadaan rumah ini, tuan mudanya selalu pulang dalam keadaan tidak sadar, menurutnya kegiatan seperti itu mampu menghilangkan beban hidup yang menguasai pikirannya. Sementara Asri, sudah terlalu sibuk berbisnis, meninggalkan Rania yang  masih sangat membutuhkannya.

"Yaudah, bik. Aku mau ganti baju dulu, kayaknya aku harus cari kak Radit."

Baru saja Rania ingin melangkah, tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar, seperti ditendang dari luar. Setelah itu, muncul sosok laki-laki dengan tampang arogan, rambutnya pun juga kusut masai.

"Kak Radit!"

Rania memekik, kemudian berlari ke arah Radit yang berjalan tertatih-tatih, Rania membuang nafas masam, mencium aroma meyengat dari mulut Radit. Lagi-lagi kakaknya pulang dalam kondisi mabuk seperti ini.

Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang