26. °Makna Hijab°

6K 803 67
                                    

*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*

⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠

⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠

📖Selamat Membaca📖

🍁🍁🍁

Hidayah hanya datang pada mereka yang mau membuka hati.
Jadi jika kamu merasa tidak mendapat hidayah, itu bukan salah Allah. Tanyakan pada hatimu, sudahkah kamu membukanya?

🍁🍁🍁

Hari ini Rania pulang lebih sore. Dia berdiri di depan halte menunggu taksi. Tapi sekumpulan lelaki yang ada di belakangnya membuat dia sedikit risi. Rania memohon agar taksi bisa cepat lewat dan membawanya pergi dari tempat ini.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Bukan taksi, melainkan mobil pribadi. Kaca mobil terbuka dari dalam.

"Assalamualaikum...."

Rania tercenung.

"Kamu mau pulang?"

"Em, wa ... waalaikumussalam."

Bagaimana Rania tidak gugup, sebab orang yang kini mengajaknya bicara adalah lelaki yang dulu melihat kebodohannya yang mau bunuh diri.

"Kamu mau pulang, kan?" ulangnya lagi.

"I ... iya. Iya, Pak."

"Ayo naik, biar saya antar."

"Eng...."

"Udah, naik aja. Daripada diganggu sama mereka." Yusuf melempar pandangan ke belakang Rania.

Rania masih ragu, jujur dia malu.

"Ayo."

Mau tak mau Rania pun mengangguk. Dia masuk ke mobil milik dosennya yang memiliki nama Yusuf. Kalau tidak kepepet, Rania tidak akan pernah mau menerima tawarannya.

Sampai sekarang Rania masih bertanya-tanya, apakah lelaki itu masih mengingatnya atau tidak?

"Kamu tau tidak kenapa orang-orang tadi ganggu kamu?"

"Mereka emang gitu, kan? Semua cewek yang lewat pasti digoda."

"Enggak, lah. Tergantung ceweknya," jawab Yusuf dengan santainya.

"Maksud Bapak?"

"Coba kalau aurat kamu tertutup, pasti mereka nggak akan berani ganggu kamu."

Rania terdiam sejenak. Mencerna kalimat Yusuf baik-baik. Apa itu memang benar?

"Kamu perempuan yang waktu itu mau bunuh diri di jembatan, kan?"

Mata Rania praktis membulat.

"Saya masih inget, kok. Alhamdulillah, ternyata nggak jadi bunuh dirinya dan nerusin untuk kuliah." Cara bicara Yusuf santai seakan tidak terjadi apa-apa. Dia lebih fokus menyetir mobil. "Rumah kamu di mana?"

"Di jalan Mawar nomor tiga."

"Ooh...."

"Bapak masih inget saya?"

"Memangnya kamu ingat saya?"

"Hmm, inget lah, Pak."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Keduanya diam. Rania sendiri gugup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang