20. Sakit Tak Berdarah

5.7K 733 23
                                    

*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*

⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠

⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠

📖Selamat Membaca📖

   🍁🍁🍁

Kamu bagai senja, yang datang sekejap membawa warna, dan pergi meninggalkan luka.

🍁🍁🍁

Setelah yakin bahwa Radit yang telah menodainya, Senna langsung mendatangi kediaman Radit dengan membawa emosi yang untungnya masih bisa ditahan. Sumpah demi apa pun, dia tidak rela dipermainkan seperti ini.

Diketuknya pintu rumah Radit dengan keras. Namun setelah bermenit-menit dia melakukannya, tidak ada sahutan sama sekali dari dalam.

"Radit! Keluar lo! Gue tau lo ada di dalem! Keluar! Gue butuh bicara sama lo!" teriak Senna yang sudah tak mampu menumpu amarah lagi. "Buka pintunya!"

"Radit! Buka pintunya! Radit! Cowok berengsek! Buka pintunya!"

Tak peduli telapak tangannya terasa sakit, Senna terus memukul permukaan pintu sesuai intensitas  kemurkaannya. Semakin merah pula tangannya.

"Radit!"

Nihil, tidak ada yang merespons.

Setelah capai, Senna berbalik, dan duduk bersandar di pintu. Sekarang ini dia benar-benar kacau, frustrasi, dan hancur berkeping. Sesuatu yang paling berharga dalam diri terenggut secara paksa. Dan itu dilakukan oleh orang yang ia cintai sendiri. Kalian tahu bagaimana rasanya?

Lewat satu jam, akhirnya Senna bisa melihat penampakan Radit yang berdiri tak jauh darinya. Mata Senna setengah tertutup, sebab dia nyaris tertidur di sana. Pandangan mereka bertemu.

Menyadari kedatangan Radit, Senna berusaha berdiri dengan kepala berat, lalu berjalan tertatih-tatih mendekati Radit yang memandangnya tak berekspresi. Tenaga Senna sudah terkuras habis.

Tibalah Senna di hadapan Radit, perempuan itu menatap Radit sendu. Lelaki yang ada di hadapannya kini sudah berubah. Tidak ada Radit yang manis lagi. Tidak ada Radit yang menatapnya penuh cinta dan renjana. Semuanya berubah dalam sekelebat. Dia bagai senja yang datang memberi warna namun pergi begitu saja meninggalkan luka.

Kedua tangan Senna terangkat, lalu diletakkannya telapak tangan di dada Radit, kemudian mencengkeram baju Radit dengan kuat.

"Nikahin gue, Dit."

Kedua bola mata Radit terputar.

"Nikahin gue!"

"Kenapa gue harus nikahin lo?" Radit tertawa sinis.

"Gue tau, lo kan yang udah ngambil sesuatu yang berarti dalam hidup gue?" tanya Senna, menatap mata Radit tajam namun terlihat lemah, dan ia berusaha sabar. Ia hanya ingin hubungannya dengan Radit baik-baik saja. Ia hanya ingin mereka seperti dulu. Ia hanya ingin menjalin kasih seperti pasangan lain yang kisahnya awet hingga ke jenjang pernikahan dan membangun rumah tangga yang harmonis.

Sayangnya, Radit hanya diam. Lelaki itu berlagak tak acuh dan tak peduli. Hati Senna hancur dan patahannya berserakan. Hanya dengan melihat ekspresi, jiwanya hancur tak kurang dari satu detik.

Mata Senna tak sedikit pun beralih pada objek lain. Hanya Radit-lah yang ia tatap. Hanya pada dialah gadis itu berharap.

"Oke. Gue bakalan maafin lo kalau lo emang beneran lakuin itu. Tapi gue minta sama lo untuk tanggung jawab. Nikahin gue, Dit. Kita bisa hidup dengan ikatan yang lebih dalam. Lo mau, kan? Bukannya lo pernah bilang, kalau gue ini segalanya?"

Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang