*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
🍁🍁🍁
"Jadi, kamu pacar Senna?"
Radit mengangguk. Sebenarnya Radit sangat ingin menghabisi nyawa laki-laki itu. Seorang pria yang sudah merusak semua kebahagiaannya. Menghancurkan hati ibunya dan menghancurkan hidupnya.
Ini sangat lucu di mata Radit. Mantan Ayahnya itu sama sekali tidak menunjukkan raut bersalah akan masa lalunya, membuat Radit merasa sangat muak. Laki-laki itu lebih memilih untuk memberikan perhatiannya kepada anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Apalagi istri keduanya yang sama sekali tidak bisa memberinya keturunan. Bodoh! Ya, Radit menganggap bahwa mantan Ayahnya begitu bodoh. Lihat saja, sebentar lagi kerusakan besar itu akan terjadi. Ia akan menjadi orang pertama yang menertawakan laki-laki bajingan itu.
"Janga dia, ya. Jangan sakitin dia, karena Om sangat menyayanginya," pinta Ilyas penuh harap. Radit tersenyun, kemudian kembali menganggukkan kepala sebagai respons.
"Om yakin, kamu adalah orang yang tepat untuk menjaga, Senna."
"Tentu, Om. Om bisa pastikan bahwa saya satu-satunya orang yang bisa membuat Senna menjadi wanita paling bahagia. Saya akan membuatnya menjadi seorang ratu."
Ilyas tersenyum bangga, kemudian menepuk pundak Radit bangga. Radit melirik tangan Ilyas yang ada di pundakknya. Sangat tidak rela laki-laki itu menyentuhnya. Tapi, Radit harus bersabar. Ini semua demi kelancaran rencananya.
"Terima kasih, Radit."
"Oh iya, Om. Kata Senna, tante Sarah itu istri kedua Om, kan? Terus dimana istri pertama Om?"
Ilyas hanya tertawa. Membuat Radit merasa tersinggung.
"Senna itu suka ngaur. Om nggak punya istri pertama, kok." Ilyas menjawab santai. Seolah-olah jawaban yang ia berikan itu benar.
"Oh, ya?" tanya Radit penuh selidik. Kebenciannya pada Ilyas semakin memuncak. Laki-laki itu tidak pernah menganggap kehadiran keluarga lamanya.
"Sudalah, itu tidak penting."
Tanpa Ilyas tau, Radit sedang memperhatikannya dengan tatapan menusuk, tidak sabar ingin segera menghancurkan pria bajingan itu.
🍁🍁🍁
Selama tiga hari Rania tidak pulang ke rumah. Ia pikir Ibunya akan menunggu di depan pintu dengan raut khawatir, kemudian menyambutnya dengan penuh suka cita, memeluknya atau bahkan menangis karena terlampau cemas. Tapi, bayangan itu sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Semuanya tetap sama, aktivitas tetap berjalan sesuai dengan porsinya.
Asri tetap pada kesibukannya dan Radit, entalah. Rania belum bertemu lagi dengan kakaknya itu.
"Ya Allah, Non. Bibik itu khawatir banget sama, Non Rani. Kemana aja, Non. Kenapa Non nggak pulang? Non udah bikin bibik cemas setengah mati."
Rania hanya diam saat ada di dalam pelukan Bi Nani. Tapi, air matanya tidak berhenti mengalir. Seandainya Ibunya bisa seperti perempuan ini, mungkin Rania tidak perlu menanggung beban seberat ini.
"Non itu perempuan, gimana kalau terjadi sesuatu sama Non Rani?"
"Maafin aku, Bi."
"Lain kali jangan diulangin lagi ya, Non. Sekarang Non Rani mau makan apa? Biar Bibik masakin. Tapi, setelah ini Non harus cerita sama Bibik. Kamana aja Non selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Surga
Espiritual🍁🍁🍁 "Ayo naik!" "Tapi sepedanya gimana, Kak?" "Nanti kakak balik lagi dan bawa sepeda kamu." Rania pun naik ke punggung Radit. "Makasih, Kak." Radit tidak menjawab, Rania mengeratkan pelukannya. Rania tidak mengerti mengapa kakaknya bisa ada di t...