8. °Butuh Perhatian°

6.9K 787 40
                                    

*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*

⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠

⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠

📖Selamat Membaca📖

🍁🍁🍁

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

🍁🍁🍁

Di dalam ruangan ujian, Rania hanya bisa mendesis. Sesekali perempuan itu menyandarkan punggungnya pada bahu kursi. Bukan karena soal ujian yang membuatnya seperti kesulitan untuk menyelesaikannya. Melainkan karena Radit yang terus melintas di dalam benaknya, membuat Rania sama sekali tidak konsentrasi mengerjakan soal ujian yang tertancap dilayar komputer. Padahan ini adalah ujian UN, seharusnya ia bisa melupakan semua masalah demi memokuskan diri untuk menghadapi ujian. Tapi, lagi-lagi perempuan kemarin begitu menganggu otaknya.

Rania tidak mungkin bisa membiarkan kakaknya lari dari tanggung jawab, bagaimanapun dia juga seorang perempuan, ia bisa mengerti bagaimana dibuang saat sudah tidak dibutuhkan lagi.

Dari ujung ruangan sebelah kiri, Raka terus memperhatikan Rania, benak Raka terus bertanya-tanya, apakah perempuan itu galau karenanya?

Dalam satu menit Rania bisa bergerak sebanyak sebelas kali, ternyata diam-diam, Raka dengan konyol menghitung setiap gerak-gerik mantan pacarnya itu. Ya, meski Raka tidak pernah menganggap Rania mantannya, bagi Raka, Rania tetap pacarnya. Menganggap bahwa mereka saat ini hanya sekedar bertengkar biasa, cemburu sosial.

"Ran, kenapa?" tanya Bianca cemas, kerena kebetulan Rania dan Bianca duduk bersebelahan.

Rania hanya mengelengkan kepalanya sebagai respons. Bianca mengangkat kedua alisnya, meski tahu bahwa temannya itu sedang tidak dalam keadaan baik.

🍁🍁🍁

Rania berjalan menggapai ujung koridor, sejak tadi kepalanya mendadak pusing, bahkan sesekali langkah itu terhenti sejenak. Bianca memandang Rania lagi, ia sudah yakin kalau Rania pasti dalam keadaan tidak baik, apalagi bibir gadis itu sudah pucat pasi.

"Ran, lo sakit?"

"Nggak, aku cuma pusing aja."

"Tapi wajah lo pucet banget, lho." Bianca sangat mencemaskan, Rania.

Tak lama setelah itu tubuh Rania tumbang, Bianca memekik karena kaget. Untung saja ia masih bisa menangkap tubuh Rania agar tidak terempas di atas ubin yang keras.

"Ran, Rania ... Bangun!" Bianca berusaha  menyadarkan Rania, tapi hasilnya nihil, Rania sudah terlanjur jatuh pingsan. Untung sekolah masih cukup ramai, hingga beberapa murid bisa membantu Bianca membawa Rania ke ruangan UKS.

Sementara itu, Raka lewat di tempat yang sama, ia juga melihat tubuh Rania diangkat menujuru UKS, tiba-tiba saja Raka menjadi cemas, ia benar-benar tidak menyangka kalau Rania bisa pingsan. Apakah dia sakit?

Benak Raka terus bertanya-tanya, karena selama pacaran, ia tidak pernah mendengar kabar Rania sakit, bahkan dia terlihat sangat sehat. Tapi, Raka merasa semenjak ia putus dengan Rania, perempuan sering melamun.

Raka menyesal, karena setelah putus dari Rania, ia tidak pernah menemukan pacar seperti Rania  perempuan yang paling pengertian, tidak seperti yang lain, selalu ingin menang sendiri.

Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang