Mentari disiang hari ini begitu panas menyengat, membuat siapapun kegerahan penuh dengan keringat. Mungkin memang benar adanya, effek dari rumah kaca begitu terasa sangat jelas dan dampaknya begitu terlihat dengan nyata. Seperti panasnya pada siang hari ini, memiliki campur tangan dari adanya greenhouse.
Bahkan beberapa siswa tak segan untuk melepas jilbabnya tanpa peduli dengan kewajiban yang telah ada sejak dalil berjilbab diturunkan. Seolah-olah tak melakukan kesalahan, mereka begitu santainya mengibas-ngibaskan jilbabnya sebagai kipas.
Sungguh dunia memang sepertinya telah sampai pada akhir zaman, orang-orang bukannya sibuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan namun malah sebaliknya. Apalagi dizaman yang semakin lama menjadi semakin modern ini, begitu banyaknya fitnah. Bahkan bukan hanya kata-kata yang keluar dari seseorang yang dianggap sebagai fitnah, namun hampir sebagian dari beberapa hal yang manusia butuhkan dapat menjadi fitnah.
Contohnya saja, rumah. Orang-orang sibuk bekerja untuk membangun rumah yang begitu diimpikannya, namun dari segala usahanya itu ia melupakan Allah. Ia meninggalkan kewajibannya sebagai hamba Allah, yang tadinya shalat ia tak pernah lagi shalat karena sibuk dengan pekerjaannya. Bukankah hal itu termasuk salah satu fitnah dunia? bukankah tujuan sebenarnya manusia hidup didunia untuk mencari bekal menuju zaman yang kekal?
Selain itu juga ada fashion. Orang-orang kini sibuk, saling berlomba-lomba ingin terlihat keren dan bergaya. Apalagi dizaman milenial yang penuh dengan trend-trend ini, dan salah satu dari semua itu. Perempuanlah yang menjadi bagian terdepan untuk bisa terlihat cantik, menawan dan bisa memikat para lelaki.
Apa yang tampak indah bagi mereka, mereka gunakan tanpa tahu bahkan ingin tahu apakah pakaian tersebut sesuai dengan ketentuan bagi seorang muslim. Jilbab yang dilipat kelehernya dan menampakkan bentuk lekuk tubuhnya adalah hal biasa dan telah dianggap keren.
Maka sudah tak asing lagi, dizaman ini perempuan yang memakai pakaian tertutup dianggap jadul dan tak memiliki pesona.
Agama tak lagi menjadi pedoman, karena apa yang dunia pikir benar maka bagi umat manusia akan menjadi benar. Orang yang sedang belajar untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya dianggap asing, seolah-olah apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan dan hal yang tidak wajar.
Jilbab panjang terulur, baju panjang dan rok, serta kaos kaki menjadi momok untuk para manusia yang mencintai dunia. Mereka sama-sama muslim, namun identitas muslim itu sendiri mereka tidak tahu dan bahkan tak ingin mencari tahu. Asalkan telah melaksanakan shalat, maka sah sudah mereka dalam menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Lalu, bagai mana kabar dunia ini? Sungguh penuh kejutan dan begitu juga menyeramkan.
"Hai, ngalamun aja sih,"
Teguran seseorang membuat Ayra kaget,
"Astaghfirullahal'adzim, kaget tahu," ujarnya mendelik tajam kepada Tiska
"Hehehe, sorry. Salah sendiri daritadi aku panggil gak nyahut-nyahut, lihatin apa sih," tanyanya sembari melihat kesana kemari.
"Enggak, nggak lihat apa-apa," bohongnya
Sebenarnya Ayra tadi tak sengaja melihat dua orang perempuan berboncengan dengan pakaiannya yang memperlihatkan lekuk tubuhnya serta jilbab yang diikat dilehernya sehingga menampakkan bagian dadanya begitu jelas. Membuat pikirannya berkelana tentang zaman yang semakin hari semakin gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara
NonfiksiDidalam perjalanan hidup ini, tumbang dan bangkit adalah hal biasa yang harus Ayra jalani. Takdirnya yang penuh dengan lika-liku menghantarkan dirinya pada sebuah impian besar untuk merubah nasib dirinya dan juga keluarga. Ia yang dibesarkan dengan...