BASKARA, apa yang terlintas didalam pikiran kita. Saat kita mendengar satu kata tersebut. Sebuah nama dari seorang anak laki-laki? Atau suatu benda yang bersinar?
Kata yang unik dan juga bermakna. Mungkin, kita akan lebih mengenalinya sebagai nama seorang anak laki-laki. Karena tak jarang, dijaman modern seperti ini banyak anak laki-laki yang dinamainya menggunakan kata baskara, yang jikalau diterjemahkan dalam bahasa sansekerta memiliki arti bersinar atau dewa matahari. Sedangkan dalam kamus kbbi bermakna Matahari.
Namun lain hal dengan gadis satu ini, entah mendapat inspirasi darimana, orangtuanya memberikan nama yang begitu berbeda. Ayra Baskara Putri. Entah mengetahui makna dari nama yang diberikan untuk putrinya atau tidak, orangtuanya begitu menyukai nama tersebut saat pertama kali mendengarnya. Tak memperdulikan lagi, jikalau kata baskara sering kali dipakai untuk anak seorang laki-laki.
"Heh, monyet. Aku dong jambunya satu," celetuk an seseorang tersebut, membuat gadis yang sedang bersender diatas pohon jambu itu memicingkan mata- sebal.
Ia mendesis, memaki-maki laki-laki tersebut didalam hatinya. Jikalau saat ini, ia sedang tidak berada diatas pohon. Mungkin, mulutnya sudah ia sumpal dengan plastik yang saat ini menggantung diranting pohon jambu.
"Bagi uy, enak ya. Makan jambu gak bagi-bagi," celetukan seseorang yang lain pun ikut menimbrung.
Ayra mendengus sebal. Sejak dari tadi, dua sosok yang begitu menyebalkan itu tak kunjung pergi dari tempat tersebut. Mereka sibuk sedang bermain game, namun mulutnya terus saja mengoceh. Meminta jambu batu yang tak kunjung-kunjung diberikan oleh Ayra.
"Gak usah berisik bisa nggak sih, nih jambunya. Udah kan, jangan banyak ngomong lagi!" ujarnya dengan ketus sembari melemparkan tiga sampai empat buah jambu batu kebawah dengan asal.
"Heh, hati-hati dong. Kena kepala, bocor nanti," ketusnya saat ia melemparkan beberapa jambu tersebut hampir saja mengenai kepala sang laki-laki.
"Bocor, bocor. emang no drop," gumamnya tidak jelas.
Setelah akhirnya kedua bocah laki-laki tersebut diam, akhirnya Ayra kembali kepada zona nyamannya. Duduk bersender dipohon jambu, sambil memainkan handphonenya. Tak jarang, ia harus bisa menahan keseimbangannya agar tidak terjatuh. Jikalau sedikit saja tubuhnya bergoyang, apalagi banyak bergerak. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya.
Mati terjatuh dari atas pohon jambu bukanlah hal yang masuk diakal, ia tidak ingin hidupnya sia-sia. Apalagi pohonnya begitu lumayan tinggi, butuh banyak pengorbanan untuk ia sampai diatas
Jika tidak karena terpaksa, ia tidak akan pernah mau berlama-lama nengkreng dipohon jambu ini. Hal itu ia lakukan demi mencari sinyal, hidup didaerah pegunungan memang terkadang menyusahkan. Salah satunya sinyal, sinyal disini sangat susah didapatkan. Hanya orang-orang yang beruntung saja yang akan mendapatkannya dengan mudah dan sepertinya Ayra bukanlah salah satu orangnya.
Ia bahkan sampai rela digigiti semut, demi mendapatkan sinyal yang sempurna. Kulitnya gatal-gatal entah terkena ulat atau apapun itu, ia tidak peduli. Yang terpenting ia harus mendapatkan sinyal. Karena ada beberapa tugas yang ingin ia tanyakan kepada teman-temannya, dan hal itu harus segera ia selesaikan. Karena besok senin adalah pengumpulan terakhir dari batas waktu yang telah ditentukan.
***
Malam harinya, sekitar pukul setengah delapan. Ayra sedang menggoreng telur dadar dengan campuran irisan wortel dan juga daun bawang. Sayur kobis yang tadi pagi ia masak sudah habis ludes hanya menyisakan wajannya yang kosong melompong dengan sedikit sisa kuah yang sore tadi telah diceburi anak ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara
غير روائيDidalam perjalanan hidup ini, tumbang dan bangkit adalah hal biasa yang harus Ayra jalani. Takdirnya yang penuh dengan lika-liku menghantarkan dirinya pada sebuah impian besar untuk merubah nasib dirinya dan juga keluarga. Ia yang dibesarkan dengan...