MENYUSURI daerah yang tak terlalu jauh dari sekolah, setidaknya mampu untuk membuat para siswa tersenyum simpul serta bercanda ria dengan beberapa temannya.
Sudah lama pula, sekolah tidak mengadakan acara jalan santai. Maka saat salah satu guru mengumumkan bahwa kegiatan senam yang dilakukan pada setiap hari Jum'at diganti dengan jalan santai para siswa menyambutnya dengan kegembiraan.
Yach, walaupun lokasi jalan santainya hanya dekat. Namun setidaknya kegiatan tersebut dapat mengurangi kepenatan entah untuk para siswa maupun guru-guru lainnya.
"Innalilahi, ternyata kegiatan ini membuatku tersadar Ay," celetuk Tiska disela-sela perjalanan mereka.
Ayra paham atas perkataan yang sedang dimaksud Tiska, namun ia memilih bungkam. Biarkan ia menilainya terlebih dahulu, biarkan orang-orang yang sama sekali tak pernah peduli tersadar atas apa yang mereka perbuat saat dengan mata kepalanya sendiri melihat kondisi seseorang yang begitu memprihatikan. Kemudian diwaktu yang tepat, Ayra tak akan pernah kembali diam.
Sungguh, orang jikalau sudah berada diatas awan ia lupa akan daratan yang menantinya. Baru setelah ia terjatuh, penyesalanlah yang terus ia ucapkan berkali-kali. Ayra benar-benar tak paham dengan jalan pikiran orang-orang seperti itu, etika dan hati nurani mereka nol. Mereka mempunya mata yang sempurna namun buta sepenuhnya, tak ingin melihat beberapa kenyataan memilukan yang orang lain sedang alami.
"Makasih nak, terimakasih banyak. Semoga jalannya dipermudahkan," ujar kakek tersebut.
"Itu uang jajan kamu kan Ay? Dikasih semua? Uang jajan kamu habis dong?" celetuk Tiska, membuatku harus menyenggol lengannya agar berbicara dengan pelan. Ia hanya tidak enak hati jikalau harus didengar oleh kakek tersebut.
"Udah, ssst. Gakpapa, mereka lebih membutuhkan daripada aku," jawabku
Tiska hanya manggut-manggut, ia sungguh salut dengan sahabatnya itu. Hatinya begitu luas, walau hidup dengan kesederhanaan ia masih saja memikirkan orang lain. Tak peduli akan dirinya sendiri, berbeda seratus derajat dengan orang-orang yang hidupnya berkecukupan.
Memang benar ternyata, orang kaya itu miskin etika. Apalagi orang yang hidupnya berkecukupan namun mengaku-ngaku tidak mempunyai apa-apa, coba saja kalian lihat. Bagaimana korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, bukankah mereka orang kaya? Namun begitu gamblangnya mencuri hak-hak rakyat? Karena apa? Karena etika dan hati nurani mereka nol.
Mereka tidak pernah merasakan menjadi orang-orang miskin yang hidupnya masih terlontang-lantung tidak jelas, pandangan serta diskriminatif terhadap orang-orang kecil, bahkan terkadang orang miskin dilarang memiliki cita-cita dan impian yang begitu tinggi, begitu tak adilnya bukan? Namun mereka tidak pernah merasakan hal itu semua, serta tidak ingin menerima kepahitan akan perjuangan mereka yang begitu bersusah payah. Yang mereka pedulikan hanya diri mereka sendiri!
"Wiss, kaya ya," ujar seseorang yang tiba-tiba saja mendekat kepada Ayra dan Tiska, kemungkinan besar ia melihat apa yang dilakukan Ayra tadi.
"Hanya untuk bersedekah gak perlu nunggu kaya kan?" jawab Ayra malas
Sungguh, Ia benar-benar malas meladeni Vino yang sombongnya minta ampun.
"Hmmm, betul juga sih," jawabnya meremehkan jawaban dari Ayra.
"Apa sih loe, ganggu aja. Pergi sana!" usir Tiska menaikkan nada beberapa oktaf, membuat para siswa menoleh kepadanya.
"Idih, sombongnya. Mentang-mentang orang kaya, seenaknya aja usir orang yang gak berdaya kayak gue,"
Mendengar hal tersebut mulut Tiska ternganga, tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini. Sungguh, Vino benar-benar tak pernah bersyukur.
"Kurang bersyukur sekali kamu ya No, kamu punya rumah yang layak, kendaraan yang layak, uang jajan nyukup. Pakaian yang bagus, bisa main, jalan-jalan kemanapun tanpa pikir panjang, lalu kamu menganggap diri kamu- miskin?" ujar Ayra tiba-tiba sembari tertawa membuat Tiska dan Vino mengernyit.
"Definisi kayamu itu gimana No? Harus punya mobil Mercedes dulu? Atau rumah bertingkat seribu? Atau kendaraan motor mobil berpuluh-puluh? Jadi emang bener ya, orang kaya itu miskin etika. Orang kalau tentang dunia mandangnya keatas gak akan pernah cukup,"
"Loe bicara nga-" ujar Vino terpotong
"Loe nggak lihat ya, banyak orang yang gak seberuntung kamu. Loe seharusnya belajar bersyukur No, diluar sana masih banyak orang yang terlontang-lantung, berjuang mati-matian hanya untuk menghidupi keluarganya. Walau nggak punya rumah yang mewah, hanya sekedar gubuk berpagar bambu, untuk makan sehari-hari aja mereka sangat bersyukur. Sedangkan loe? Hahahaha, sangat tidak bersyukur sama sekali,"
Tiska terkejut mendapati Ayra sebegitu gamblangnya berkata demikian kepada Vino, dibalik lontaran demi lontaran kalimatnya serta tawanya yang terdengar begitu pahit. Membuat hatinya bersedih, ada begitu banyak beban dipundaknya, namun Ayra selalu enggan untuk bercerita kepadanya.
Memang benar apa yang dikatakan Ayra tentang Vino, dan juga Tiska pernah melihat kakaknya yang memakai perhiasan begitu banyaknya. Cincin diseluruh jarinya, gelang, bahkan gelang kakipun dipakainya. Sungguh benar-benar tidak bersyukur jikalau Vino berkata demikian, apalagi motor yang selalu dikendarainya. Tak semua orang bisa memilikinya, karena harganya yang bisa dibilang tidak murah
"Idih, iya-iya ustadzah," jawabnya kemudian langsung berjalan lebih cepat menyusul teman-temannya
Ayra menghembuskan nafasnya dengan kasar, lega sudah saat apa yang ingin ia katakan terlontar begitu tiba-tiba. Dengan raut wajah yang dibuatnya sebiasa mungkin, ia kemudian mengajak Tiska untuk berjalan kembali setelah tadi sempat beristirahat sejenak.
"Kamu nggak papa kan Ay?" tanya Tiska tiba-tiba.
Pertanyaan Tiska hanya mendapatkan gelengan dari Ayra, untuk saat ini moodnya sedang berubah drastis.
***
Update !!!
Jangan lupa vote dan komentarnya :)
Follow juga
![](https://img.wattpad.com/cover/163202761-288-k929984.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara
NonfiksiDidalam perjalanan hidup ini, tumbang dan bangkit adalah hal biasa yang harus Ayra jalani. Takdirnya yang penuh dengan lika-liku menghantarkan dirinya pada sebuah impian besar untuk merubah nasib dirinya dan juga keluarga. Ia yang dibesarkan dengan...