(Ina) 1.

6.6K 405 30
                                    

Arthit mengusak kepalanya frustasi. Tak peduli seberapa banyak helai rambut yang sudah terjatuh sejak ia menduduki kursi kantin. Siang ini panas, tapi tidak sewajarnya Arthit mengusak kepalanya seperti tidak mandi seminggu begitu.

"Kau kenapa Ai'Arthit?" Bright terganggu. Jelas saja, beberapa helai rambut Arthit bahkan menyebrang hingga ke atas buku Bright yang sedang ia tulisi catatan dari Knott.

"Ia tertangkap basah sedang masturbasi." Jawab Knott sembari terus membaca buku mesin yang ada ditangannya—sangat santai. Kepala Arthit seperti hendak dipatahkan, ia menengok ke arah Knott, "Ai'shia Knott!" Bright sudah terpingkal-pingkal di seberang keduanya, tak tahan melihat tingkah temannya yang satu itu.

Setelah puas menertawakan sahabatnya dan mulai berhenti, ia baru bisa bertanya, "denganmu, Knott?" dan masih dengan wajahnya yang santai Knott melihat Bright sekilas sebelum kembali membaca, "kalau itu aku, ia mungkin tak akan mau lagi bertemu denganku hingga wisuda." Bright kembali terpingkal. Kedua teman mereka yang lain sampai tak perlu mencari keberadaan ketiganya saat membawa nampan makanan. "Lalu siapa?" Bright lanjut bertanya. "Kalau bukan kita dan pacarnya, siapa lagi yang punya kunci kamarnya?" Untuk ketiga kalinya siang itu, Bright terbahak tak mempedulikan sekitaran mereka dan wajah Arthit yang semakin stress.

Kedua yang lain—Prem dan Toota, yang memang sudah dekat dengan meja mereka mendengar kalimat terakhir Knott, "jadi benar kau ketahuan onani sama Kongpob?" Prem menaruh nampannya yang penuh dengan pesanan ketiga temannya yang hanya duduk saja sedari tadi. Arthit meremat kertas terdekat dan melemparnya tepat ke wajah Prem, "Ai'Prem! Bisakan tidak kau perjelas begitu?!" Toota menganga, ia baru tahu berita ini. Dan ini HOT NEWS! "Jadi, setelah ketahuan apa yang kau perbuat dengannya?!" Toota mengguncang-guncang tubuh Arthit yang masih dilanda stress. "Aku tidak melakukan apapun, dasar gila!" Arthit mendorong teman tambunnya itu. Ia kembali menutup wajahnya, merasa malu.

"Kalian tahu? Tadi pagi saat aku sedang sarapan dengan Wad, pacarnya mendatangi mejaku," Prem memulai ceritanya, menunjuk ke arah Arthit sambil terus melihat ketiga teman lainnya bergantian. "Kongpob bilang, semalam saat ia membawa makan untuk ai'Arthit, dia sedang menonton di atas kasur, sesekali menggeram. Setelah Kongpob selesai menyiapkan makanan dan mengetuk jari ai'Arthit, si sialan ini justru membanting layar laptopnya dan memaki Kongpob. Hah.. malang sekali nasib adik kecilku yang manis itu." Prem memegang dadanya dengan kedua tangan—mendramatisir keadaan.

Knott hanya mampu menggeleng, Bright dan Toota yang menghimpit Prem terpingkal-pingkal hingga ketiganya hampir terjatuh dari kursi. Arthit seketika mengangkat kepalanya, menatap tajam kearah Prem yang menyeruput minumannya dengan damai. Ia berdiri membanting meja dengan kesal, membuat Bright dan Toota berhenti seketika, namun kembali tertawa keras. Ia memutari meja, mendatangi Prem, "APA KAU BILANG TADI?! MANIS?! SEKALI LAGI KAU MENGATAKANNYA AKU AKAN MEMB—"

"P'Arthit!" Suara seseorang dari kejauhan menghentikan kegiatan kelimanya. Satu meja itu kompak menengokkan kepala mereka ke sumber suara yang tidak lain tidak bukan adalah seorang lelaki tan berparas manis dengan kacamata bulat, poni menutupi dahi, ransel hitam di punggung, dan tiga buah buku besar di tangannya.

"Kenapa p'Arthit melakukan itu pada p'Prem? Jangan jahat, p'Arthit." Wajahnya ingin menampilkan kesan tegas dan serius, tapi gagal. Ia justru terlihat semakin imut dengan tampilan itu.

Arthit terkesima, seketika melepas Prem layaknya terhipnotis dengan tatapan itu. Prem yang merasa sudah bebas mencari perlindungan di belakang Kongpob. Ia mengadu, "Lihatlah, nong'Kongpob! Ia memiting leherku hingga merah. Ini sungguh sakit! Lihatlah!" Arthit hanya bisa pasrah melihatnya. Setelah ini, ia akan dimarahi seperti apa lagi oleh Kongpob? Sedang tiga lainnya hanya menggeleng kepala menahan tawa melihat drama menjijikan didepan mata mereka.

"Tuh kan, p'Arthit! Minta maaflah pada p'Prem, p'!"

"Tapi Kong, dia hanya akt—"

"Minta maaf, atau aku yang akan marah padamu!"

"Baiklah.. tapi—"

"Tidak ada tapi-tapian p'Arthit."

Arthit beralih melihat Prem, aku akan membunuhmu setelah ini ai'Prem! Begitulah kira-kira arti pandangannya sebelum ia meminta maaf dengan setengah hati dan kembali duduk di tempatnya.

"P'Arthit," Kongpob memanggilnya setelah keadaan mereda, Arthit hanya menjawab dengan gumaman. "Tentang semalam—"

"Aku minta maaf Kong, aku tak bermaksud mengatakan hal itu padamu. Maafkan mulutku yang kasar ini. Jangan dibahas lagi, oke?" Ia mengusak kepala Kongpob.

Kongpob mengangguk, "tapi bukan itu maksudku, p'." Arthit memandangnya lagi dengan tatapan tanya, "tadi aku bercerita pada temanku, dan ia bilang kalau semalam p'Arthit butuh bantuanku. Jadi, p'Arthit butuh bantuan apa semalam?" Kongpob memiringkan lagi kepalanya seperti semalam. Bright menyembur cola, Toota tersedak udang, Prem berpura-pura tak mendengar, sedangkan Knott hanya berekspresi datar.

"Ai'Prem! Apa yang kau katakan pada Kongpob, hah?!" Arthit menjambak rambut Prem yang tak berdosa, "aku tidak mengatakan apapun, sumpah! Wad yang mengatakannya!" Melihat drama masih saja berlanjut, Toota dan Bright bertepuk tangan merayakannya. Kongpob berusaha menahan pacarnya agar tak terus melakukan kekerasan pada temannya. "Aish! Sudah, Kongpob, jangan dibahas lagi! Kau belum makan, kan? Lebih baik ayo pergi makan denganku!" Arthit menarik tangannya dan membawa tiga buku teks besar yang tadi dibawa Kongpob.

Keduanya menjauh dari sana, dengan Arthit yang setengah kesal, dan Kongpob yang masih penuh dengan kebingungan dan pertanyaan.

✔️ (INA) INNOCENT [KONGPOB x ARTHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang