(Ina) 2.

4.4K 356 19
                                    

Greeting ur morning with some cuteness!

How are u peraya? Still alive? Dari kemarin aku sudah mengambang di permukaan laut cinta SK wqwq
Semoga kalian masih sanggup utk hari ini, ya!

Before that, enjoy this one!

.
.
.
.
.

Kenapa semua orang menganggap hanya aku yang mesum?

I mean.. look at him.

Dengan tampang sok innocent-nya, ia seakan menciptakan teori bila suatu hari nanti terjadi sesuatu yang buruk padanya, itu semua karena aku.

Padahal jika saja semua orang tak ada, maka ia tak segan menunjukkan sisi gelapnya.

"P'Arthit, aku tak bisa mengerjakan yang ini. Kenapa sulit sekali, sih?" Seperti sekarang ini contohnya, dengan santainya si bocah culun berkacamata-ku ini menggaruk bagian belakang kepalanya dengan pena sambil mengerucutkan bibirnya maksimal menatap lurus ke arah buku di atas meja belajarku.

"Aku dapat yang lebih sulit dari itu dulu kalau kamu mau tau," aku tak mau menatapnya lagi. Lihatlah! Bahkan sekarang ia menggodaku dengan matanya yang sengaja dibelalakkan!

"Ajari aku~~~" itu, saudara-saudara! ITU! Katakan padaku, bagaimana caranya agar aku dapat menahan diri untuk tidak menerkamnya right here right now?!

"Heuh.. Baiklah, bawa kesini," aku menepuk sisi kosong di seberangku dengan kaki. For your information, aku duduk di atas kasur dengan laptop menyala di atas meja lipat.

Tidak, aku tidak sebodoh itu. Dia masih ada disini. Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

Matanya mengerjap beberapa kali dibalik lensa bening itu, sepertinya senang sekali. Sesulit itu ya soal yang kubuat? Tapi aku dapat menemukan jawabannya dengan mudah kok. Berarti tidak terlalu sulit, kan?

...seharusnya.

"Sudah mengerti?" Aku mengangkat kepalaku menghadap kearahnya.

Dan ia tertidur.

Dengan kepala bertopangkan pada lengan, mata bulatnya yang biasa selalu menatapku dengan penuh kilatan cahaya, kini tertutup rapat dengan sedikit lipatan diantara kedua alisnya menghiasi. Sepertinya ia sangat lelah.

Tanpa berpikir panjang, kupindahkan tubuhnya ke sisi kiri ranjangku dengan perlahan. Tak ada reaksi berarti yang ditunjukkannya. Hanya gumaman pelan sekali, lalu sudah. Ku lepaskan perlahan kacamata yang masih menggantung, sementara menaruhnya di sela kaus ku; kutarik selimut agar menutupi tubuhnya hingga bawah dagu, kemudian beralih mengecup keningnya, hidung, kedua pipi, terakhir bibirnya.

Yaampun dia imut sekali!!

Setelah melihatnya semakin menenggelamkan diri dalam selimut dan mengulas senyum tipis dalam tidurnya, aku beranjak merapikan bukunya, juga meletakkan kacamatanya di atas buku. Tak sengaja kulihat jam di meja, jelas saja Kongpob dengan mudahnya tertidur, ini hampir tengah malam rupanya.

Masih kusibuk memandanginya dari belakang meja, ponselku bergetar, layarnya menyala, membuat atensiku teralihkan sedikit.

Sial! Aku lupa game-nya masih on!

"Iya, Bright. Sorry, aku habis dari kamar mandi," bohongku sedikit, langsung memutus sambungan telepon dan memulai kembali game. Hingga puluhan menit kedepan fokus mataku hanya pada layar, jari-jariku bergerak lincah terlatih diatas keyboard dan mouse, telingaku tersumbat, sesekali menengok ke samping, takut-takut ia terbangun. Hingga lirikan yang entah keberapa, kulihat surai tipisnya yang lembut turun menutupi dahi, kurapikan, agar tak mengganggu nafasnya. Pasalnya, rambut bagian depannya sudah terlalu panjang hingga hampir menutupi mata.

Ingatkan aku mengajaknya ke pangkas rambut akhir pekan nanti.

Puluhan menit lagi berlalu. Aku bahkan sudah lupa aku berada dimana. Game-ku sudah selesai, kami memutuskan beradu satu ronde lagi. Bright sedang mengumpulkan teman, aku membuka ponsel. Ah, tak ada yang menarik. Hanya beberapa personal chat menanyakan tentang hazing dan tugas. Juga beberapa teman setingkat Kongpob yang menanyai keberadaannya maupun meminta diajari tentang tugas mereka. Beberapa yang penting sudah terjawab, dan teman-teman Kongpob sudah kukirimi jawaban miliknya. Aku kembali menatap layar, kami masih butuh 2 orang lagi untuk bermain imbang, masih membuka room. Beberapa kalimat terlihat di chat room game. Aku membacanya satu persatu, sesekali menimpali.

Hingga aku merasa hangat seketika.

Selimut tebal yang dapat memuat lebih dari dua orang didalamnya itu memang hanya kupakaikan pada Kongpob, karena aku masih bermain game. Jadi yang seharusnya kurasakan adalah dingin, bukan hangat.

Tapi karena penasaran, aku menengok ke samping, dimana Kongpob tidur.

Kedua tangannya melingkari pinggangku dengan erat, salah satu kakinya melilit satu kakiku —dan menggesek-gesekkannya, kepalanya bergerak-gerak mencari sudut yang nyaman di celah pinggangku dan kasur, dengkuran halusnya terdengar. Senyumnya semakin merekah, kerutan di dahinya menipis, hidungnya tertancap sempurna di pinggangku.

Aku membelai lagi rambut hitam legam miliknya. Sedikit tersadar, ia merenggangkan sedikit lengannya. Bahkan kaki meja lipat pun tak dapat mengganggu aktivitasnya memelukku.

Melihatnya begitu damai dalam tidur aku tak kuasa ingin segera menyusulnya. Sedikit terburu aku mematikan laptop, pamit pada Bright yang masih setia mencari kawan dan lawan, berpesan padanya kalau besok ada kelas pagi, ia harus bangun. Setelahnya aku mematikan lampu yang berada di atas meja belajar. Berusaha sekuat tenaga meloloskan diri dari gelungan Kongpob tanpa membangunkannya, dan menyusulnya ke alam mimpi. Namun belum semenit aku berhasil lolos, ia kembali memelukku; kali ini lebih ekstrim, seperti koala. Kakinya masih di posisi yang sama, begitu pun dengan tangannya, hanya saja kini kepalanya beralih ke ceruk leherku.

Kiranya Kau menguatkan aku hingga besok pagi. Aku belum mau menerkamnya.

Apalagi dalam keadaannya yang masih tertidur.

Apa sekarang kalian masih menganggapnya polos?

Masih menganggap hanya aku yang berpikiran dan berkelakuan kotor?

Come think about it again.

✔️ (INA) INNOCENT [KONGPOB x ARTHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang