(Ina) 15.

1.8K 162 11
                                    

Pagi guyzzz!! Eh 01.15 udah pagi kan ya? Haha
Sorry banget udah seminggu lebih baru update. Sibukkk banget! Mau tau ga sibuk ngapain? Gausa kali ya..
Pokoknya kabar gembira untuk kita semua (ga ding, buat gw aja), puji syukur, kemarin tes masuk univ nya, AKU LULUS!!! YEEEYYY!!
Thankyou buat doa dan support nya!
Jadi dari kemarin sibuk ngurus ini-itu buat nanti masuk. Ini aja belum selesai haha!

But let's put that matter aside, and enjoy this one for now!


.

.

.

.

.


Pagi ini sangat rusuh di kamar asrama milik seorang mantan ketua ospek. Pasalnya hari ini akan menjadi hari yang spesial apabila ia berhasil dengan rencananya. Empat orang laki-laki berkumpul dan mengacak-acak apa saja yang bisa diacak di kamar ini. Seorang tambun menjarah lemari pakaian, dua orang berkulit putih sibuk berdebat di depan meja rias berisi aksesoris dan parfum, seorang bertubuh atletis berdiam diri di depan rak sepatu. Arthit masuk ke kamarnya pagi itu seusai membeli sarapan untuk para tamu tak diundangnya, hanya sanggup menggelengkan kepala melihat kamarnya yang sudah tak berbentuk.

"Astaga Arthit! Kenapa lama sekali, sih?! Sudah jam berapa ini? Ayo cepat mandiiii!!!" Lelaki setengah jadi yang sedari tadi sibuk di depan lemari baju meneriaki Arthit sembari melempar handuk merah yang tak jauh dari jangkauannya. Beruntung Arthit dapat menangkapnya tanpa menghamburkan barang bawaannya. Setelah menaruh sembarang sarapan kelimanya, Arthit terburu masuk ke kamar mandi. Empat orang lainnya kembali menyibukkan diri. Kali ini bukan mengacak, tapi merapikan apa yang tadi mereka lempar sembarangan.

Entah setan apa yang merasuki teman-teman Arthit pagi itu, keempatnya datang serempak ke kamarnya saat ia bahkan masih enggan membuka mata. Toota memukulinya brutal dengan salah satu bantalnya, menyuruhnya bangun dan pergi membeli sarapan.

Selama perjalanan Arthit berpikir keras apa yang membuat sahabat-sahabat selama masa kuliahnya itu tiba-tiba muncul seperti hantu terlambat bangun. Masalah Kongpob yang mengajaknya ke taman bermain hari ini tak ada yang mengetahuinya. Ia menyimpan rapat rencananya itu meski mereka sempat melihat apa yang Kongpob lakukan kemarin di depan kelas mereka. Tapi sepertinya berita itu bocor entah dari mana, Arthit tidak peduli lagi.

"Sebenarnya ada apa kalian pagi-pagi buta sudah mengganggu waktu tidurku yang sangat berharga, hah?" Meski sudah tahu, Arthit ingin memastikan sekali lagi kalau dugaannya benar bahwa rencananya sudah bocor ke tiga pemimpin neraka dan satu manusia di hadapannya.

"Pagi buta kau bilang?! Arthit! Saat kami datang jarum pendek jam sudah berada di angka sembilan!" Jawab seorang yang dengan tanpa berdosanya memakan bubur yang dibeli Arthit diatas ranjang.

"Ai'Bright! Turun dari sana sekarang! Aku tidak mau tidur dengan bubur nanti malam!" Komponen api neraka bernama Bright bukannya turun, justru mendekatkan kepalanya ke depan wajah Arthit, "memangnya kau akan tidur disini malam ini?" Toota menyenggolnya, sedang Prem bersiul ke arahnya. 

"Tentu saja aku akan tidur di--!" Arthit berpikir sekali lagi, apa aku akan tidur disini malam ini?

"Dimana? Hm? Apa kau yakin akan menyia-nyiakan kesempatan ini, hah?" Bright menggodanya, mengerlingkan mata, bermain dengan alis sebelah kirinya.

"Ke-kesempatan apa?! Jangan sembarangan, ai'Bright!" Arthit melempar kerupuk di mangkuknya yang sedikit basah terkena bubur. Bright menangkapnya dengan mangkuknya, "Auu! Kau bilang akan tidur disini, kenapa kau berniat mengotorinya? Atau kau memang sudah tidak berniat tidur disini malam ini~" Kali ini tiga teman Bright yang lain ikut bersorak menatap Arthit. Sedangkan yang ditatap mencebikkan bibir dan menukikkan alisnya tajam, "Mai talok!" (tidak lucu!) seketika ia beranjak dari duduknya, menyambar lembaran baju yang disiapkan oleh Toota.

...

Arthit menaruh ponsel dan dompetnya kedalam tas kecil yang akan dibawanya. Keempat temannya duduk berjejer rapi di tepi ranjang, menghadap ke arah balkon kamar seberang. Arthit membalik tubuhnya, menimbulkan suara decitan dari sepatunya. Keempatnya membalik kepala, melihat Arthit siap dengan dandanan ala mereka. Toota menangkupkan tangan, mengangkatnya hingga ke wajah, "Ayo teman-teman kita berdoa untuk kelancaran kencan kembalinya pasangan legend kita!" Ketiga lainnya mengikuti Toota, Arthit tersenyum menahan tawa saat mereka berempat serempak mengatakan "Shadu!~" Arthit mengikut pada akhirnya, mengucap kata yang sama di akhir. 

"Semoga berakhir baik!"

.

.

.

.

.

Berbeda dengan yang terjadi di kamar seberang milik lelaki culun berkacamata segi-delapan. Dua sahabatnya sejak sebelum taman kanak-kanak berdiri bersandar melipat tangan menatap lurus kearah dirinya yang hanya sanggup menunduk. Ketiganya tidak membuka suara. Satu diantaranya karena takut, dua lainnya karena tak habis pikir.

"A-aku janji ini yang terakhir, Joss, Em.." seorang yang duduk di ranjang, yang sedari tadi hanya diam menatap lantai kamarnya, akhirnya berani memecah keheningan yang sejak hampir setengah jam lamanya tercipta. "Joss... Em..." Ia memanggil lirih merasa diabaikan.

Seorang diantara mereka membuang muka, "kau tidak mengerti. Aku hanya tidak mau kau terluka lagi. Aku tidak mau kau hidup terbengkalai lagi, Kong. Aku tidak sanggup melihatnya! Meski hanya dari jauh, aku tetap tahu!" Suaranya naik satu oktaf. Sesuatu yang tak pernah dilakukannya pada pria kesayangannya. Kongpob menunduk semakin dalam, Em tak ingin mengambil resiko dengan mengatakan "cukup" pada Joss. Ia membiarkan sahabatnya itu meluapkan semuanya. Karena sebagian itu juga yang dipikirkan Em.

"Aku minta maaf.. aku salah.. tapi, please.. Aku janji ini akan jadi kesempatan yang kedua dan terakhir untuknya. Ya, Joss?" Saat ia mengangkat kepala, ia tak mendapat balasan mata juga dari yang diajak bicara, Kongpob meminta bantuan pada Em. Seperti mengerti, Em menepuk pundak Joss. Mengode untuk ikut dengannya ke balkon kamar Kongpob.

"Sudah, tidak apa-apa. Aku kan pernah bilang padamu, selama ini perlakuannya sangat baik pada adik kecil kita. Kuakui memang yang kemarin sangat brengsek dan patut mendapat beberapa pukulan, tapi sudahlah, itu sudah terjadi dan terlewat. Siapa tahu kan kedepannya ia akan lebih baik?" Em berusaha meyakinkan Joss sekaligus membantu Kongpob membela Arthit. Joss menghela nafas kasar.

"Baiklah, terakhir." Em tersenyum mendengarnya. Ia mengalihkan pandangan pada Kongpob tanpa melepas senyumnya. Memberi tanda kalau Joss setuju dengan apa yang dilakukan Kongpob. "Tapi bagaimana kalau ia mengulanginya lagi, Em? Bagaimana kalau ia hanya menganggap ini hanya... jalan-jalan biasa.. Bagaimana kalau-- ah Em aku tak tahu lagi!" Nada frustasi dikeluarkan Joss seiring ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai balkon perlahan. 

"Kau masih... menyimpan per--" kata-katanya terputus begitu saja dengan gelengan kepala Joss. Calon pilot itu menengok kearahnya, "tidak lagi, Em. Tidak lagi sejak aku melihat bagaimana jatuhnya ia saat ditinggal Arthit, dan bagaimana matanya sungguh bersinar saat ia bilang akan pergi dengan mantan head hazer kalian itu." Joss berdiri, "aku sudah merelakannya. Ia sahabatku bagaimanapun." Senyum getir yang tercetak di wajah Joss sebenarnya membuat Em iba pada sahabatnya itu. Tapi rasanya tak benar juga jika ia harus memisahkan Kongpob dengan Arthit demi sahabatnya yang lain.

Keduanya kembali ke kamar. Kongpob kembali menundukkan kepalanya, masih terintimidasi dengan tatapan mematikan milik Joss. "Terakhir." Hanya satu kata yang keluar dari bibir Joss yang mampu seketika membalik keadaan wajah Kongpob 180 derajat. 

"Serius Joss?! Kau tidak bercanda kan? Yeeeyy!! Terimakasih Joss, Em! Jangan berubah pikiran, ya? Aku akan pulang malam! Bye~" Setelah memeluk dan mencium pipi keduanya, Kongpob buru-buru menyambar tasnya, dan segera beranjak dari kamarnya sebelum Joss berubah pikiran.

Sesampainya ia di lobby asrama, tanpa diduganya Arthit sudah duduk manis di sofa tunggu, tersenyum kearahnya. Kongpob berhenti tak terlalu dekat dengan tempat Arthit duduk. Arthit menghampirinya, mengulurkan tangannya,

"Shall we go?"


.

.

.

.

.


anddd that's it! Udah kan? Udah kali ya gitu aja endingnya hehe..

✔️ (INA) INNOCENT [KONGPOB x ARTHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang