(Ina) 14.

1.8K 176 11
                                    

Arthit tak mengharap banyak mulai sekarang. Hanya Kongpob-nya bisa bahagia saja cukup baginya. Beberapa minggu terakhir rasanya sudah cukup untuk membuktian bahwa tanpa dirinya pun, Kongpob sanggup menemukan bahagianya. Banyak langkah yang sudah ditempuh Arthit untuk menarik kembali Kongpob ke dalam pelukannya. Namun semua seperti sia-sia saat dengan tatapan dingin Kongpob selalu pergi dari hadapannya, menolak dan membantah semua perkataan Arthit. Puncak dari pembenaran semua pemikiran Arthit adalah malam ulang tahun pemuda culun kesayangannya itu. 

Meski disana ada Em, tak menutup mata Arthit dari bagaimana besar perhatian dan afeksi yang ditimbulkan Joss terhadap Kongpob. Tatapan yang keduanya lempar, seakan menampar Arthit kepada kenyataan, bahwa sekarang sudah bukan dirinyalah yang ada di mata pemuda itu. Posisinya terganti, tertutup sudah pintu untuknya.

Sekali lagi bayangan itu lewat di depan matanya. Bayangan dimana pemuda jangkung yang belum lama pernah hampir terlibat baku hantam dengannya mengusap lembut surai hitam yang dulu hanya dirinyalah yang bisa dengan bebas membelainya. Kemudian rangkulan di pinggang Kongpob saat ketiganya akan masuk ke dalam kamar. Juga seusai ketiganya berpesta, lelaki itu juga yang mengecek keadaan kamar dan balkon Kongpob sebelum tidur, seperti yang selalu dilakukan Arthit saat keduanya masih bersama.

Semua bayangan kejadian itu membuatnya tersenyum, membayangkan betapa bahagianya lelaki kesayangannya sekarang dengan calon pilot itu. Meski tak bisa dipungkiri rasa menusuk yang ada di hatinya lebih dominan dan menimbulkan emosi yang tak tertahan. Ia ingin hanya dirinyalah yang bisa menyentuh Kongpob seperti itu. Hanya dirinyalah yang bisa memberikan Kongpob efek menyengat yang selalu membuatnya mengeluarkan berbagai macam ekspresi. Hanya dirinyalah yang seharusnya ditatap Kongpob dengan mata yang berbinar dan bulat sempurna seperti itu. 

Itulah mengapa, malam itu ia memutuskan untuk sekali lagi berjuang mendapatkan kembali apa yang pernah menjadi miliknya. Meski sudah ribuan kali rasanya ia ditolak. Meski jalannya sudah setengah hancur, Arthit masih dengan berani mengantar tart buatannya dan dua lembar tiket taman bermain sebagai hadiah. Ia berharap, jika cukup beruntung, Kongpob akan mengajaknya kesana.

.

.

.

.

.

Apa sebenarnya maksud dan tujuan Arthit memberinya kue coklat dan dua tiket taman bermain? Kongpob tidak tahu pasti. Setelah menggantung hubungannya dengan menghilang bak ditelan bumi, kemudian dengan tanpa berdosanya mengajaknya bertemu dan memutuskan hubungan keduanya. Setelahnya menghilang lagi, dan tiba-tiba muncul bagai pahlawan kesiangan yang sombong dan berlagak membantunya, memberinya ini itu seperti tak ingin dirinya lepas dari genggamannya.

 Yang jelas, semua perlakuan memuakkan Arthit, tanpa disadari dan diminta, membuat dinding pertahanan yang telah susah payah dibangun Kongpob, perlahan-lahan mengikis dan runtuh. Sedari awal memang dinding itu dibuat tak kokoh dan tak tahan banting. Sedari awal memang Kongpob masih menyimpan rasa yang sama untuk seniornya itu. Meskipun ia berusaha membuka mata dan hatinya terhadap sahabatnya yang belum lama diketahuinya menyimpan sebuah rasa padanya, tetapi usahanya sia-sia sejak mantan head hazer-nya itu dengan tidak tahu malu muncul lagi dihadapannya dengan bertanya, "apakah kamu baik-baik saja?"

Puncak keruntuhan dinding pertahanan Kongpob yang tipis dan berbahan murahan itu adalah ditemukannya sebuah kotak di depan pintu kamarnya tepat pada hari ulang tahunnya. Kongpob menangis sesenggukan di kamar mandi setelah menerima pemberian sang mantan. Kue yang cukup besar itu juga dihabiskannya sendirian kurang dari 24 jam. Setelah tenang dan sendirian, Kongpob kembali berpikir, apakah aku harus menerimanya lagi?

.

.

.

.

✔️ (INA) INNOCENT [KONGPOB x ARTHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang