Part 15

4.6K 236 0
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Sungguh, Allah mengetahui yang gaib (tersembunyi) di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati."

(QS. Fatir :38)

~♥~~♥~~♥~

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Zahra. Setelah pulang sekolah dia harus berlari mengelilingi lapangan yang luas selama tiga kali. Karena dituduh mengambil ponsel milik Bu Asri, padahal Zahra tidak tahu apa-apa dan dia sangat terkejut ketika mendapati ponsel Bu Asri berada di dalam tasnya. Entah siapa yang menaruh ponsel Bu Asri ke dalam tasnya. Zahra sempat mengelak, akan tetapi semua itu sia-sia. Daniar lah yang menuduhnya sebagai pencuri.

"Assalamualaikum, Ma," ucap Zahra ketika ia memasuki pintu rumah.

"Waalaikumsalam warahmatullah."

Zahra mencium punggung tangan kanan Mamanya. Setelah itu Zahra langsung berlari kecil menuju dapur untuk mengambil air minum guna menghilangkan haus di tenggorokan. Fatimah terkejut ketika melihat anak perempuannya meminum air sambil berdiri.

"Zahra, kalau minum duduk, Nak!"

Zahra masih meminum air sembari menyeret kursi makan yang berada di sampingnya lalu mendaratkan pantatnya di kursi tersebut. Segelas air tandas diminum oleh Zahra.

"Alhamdulillah."

"Kamu ini kenapa sih, Ra?" tanya Fatimah heran.

"Zahra lelah Ma. Ya udah Zahra langsung ke kamar dulu ya,"

Zahra langsung pergi ke kamarnya, meninggalkan Mamanya yang sepertinya kepalanya banyak pertanyaan yang akan ditanyakan padanya. Fatimah juga tak menanyakan banyak hal, tahu kondisi anak bungsunya yang tengah kelelahan. Mungkin nanti setelah Zahra sudah terlihat segar.

***

"Boleh nanya nggak?" tanya Fandi tiba-tiba kepada Arsyad.

"Boleh," jawab Arsyad santai sembari membuka buku kitab kuning yang akan ia pelajari.

"Pernah suka nggak sama perempuan?"

"Pernah."

"Terus?"

"Terus gimana?"

"Ya kalau kamu pernah suka, terus kamu apain perempuan itu?"

"Ya Allah Fandi, ya kita tikung dia di sepertiga malam lah. Eh ngomong-ngomong kamu lagi suka sama perempuan ya, Fan?" tanya Arsyad menyelidiki sembari berhenti dari kegiatan menyingkap-nyingkap bukunya.

"Ng-nggak" Fandi berucap gagap.

"Heleh, bohong dosa lho,"

"Eh, udah dzuhur tuh, ke Masjid yuk!" Fandi beranjak dari duduknya, ia tidak mau membahas persoalan hati panjang lebar, cukup dia dan Allah yang tahu akan isi hatinya.

"Ya udah deh."

Setelah itu mereka berdua pergi kembali ke pesantren setelah melaksanakan salat dzuhur di masjid dekat pesantren. Arsyad adalah sahabat Fandi semenjak Arsyad tinggal di pesantren, walaupun tidak satu sekolah. Arsyad adalah anak dari seorang dokter. Arsyad merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya tengah melanjutkan pendidikan S2-nya di Kairo, Mesir. Dan sebentar lagi Kakaknya akan dijodohkan dengan seseorang.

***

Kini Zahra bingung harus apa, di kamar bukannya tidur malah merenung tidak jelas. Dia rindu dengan sang Ayah. Ayah yang selalu menggendongnya ketika ia lelah, Ayah yang selalu mengingatkannya ketika ia lupa akan suatu hal, Ayah yang selalu menceritakan kisah nabi kepadanya ketika ia mau tidur, rindu dengan pelukan sang Ayah, belaian sang Ayah. Zahra rindu semua itu. Andai sang Ayah masih ada, pasti kini mereka tengah asyik mengobrol, menikmati keindahan malam yang dingin sembari meminum teh hangat.

Kebahagiaan untuk Zahra [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang