Part 43

4.5K 205 21
                                    

Kehilangan adalah sebuah proses mendapatkan dan begitu pula sebaliknya.

Kebahagiaan untuk Zahra

««•••••»»

"Sayang!!!" teriak Fandi dari bawah tak membuat Zahra untuk bergegas cepat menuruni anak tangga.

Sudah sepuluh menit Fandi menunggu Zahra, akan tetapi Zahra belum juga turun, ntah apa yang kini istrinya itu lakukan hingga membuat Fandi harus mengeluarkan banyak kesabaran. Karena penasaran, akhirnya Fandi naik ke atas tangga menuju kamar untuk melihat sebenarnya apa yang kini dilakukan oleh Zahra.

Tanpa ba bi bu, Fandi langsung membuka pintu kamar, "Sayang, dari tadi aku nunggu kamu, tapi ka—" ucapan Fandi terpotong tatkala melihat Zahra duduk ditepi ranjang sembari menutup kedua wajahnya dengan telapak tangannya.

Tentu saja Fandi terkaget dan langsung menghampiri istrinya itu. "Ya Allah kamu kenapa? Apa yang terjadi, Zahra?" tanya Fandi dengan nada begitu cemas.

Karena tak kunjung menjawab pertanyaan Fandi dan Zahra hanya menangis terus, akhirnya Fandi meraih tubuh bergetar Zahra dan memeluknya. Dengan lembut, Fandi mengelus punggung Zahra dan menciumi pucuk kepala Zahra. Satu menit kemudian, akhirnya Zahra berhenti dari tangisnya.

"Apa yang terjadi, sayang?" tanya Fandi saat Zahra sudah berhenti menangis.

Zahra mengelap air matanya sejenak, "A—aku kehilangan dompet sama tas ku, aku lupa menaruhnya, namun saat kembali aku mengingat, aku ingat dompet dan tasku aku letakkan di masjid saat kamu mengajakku untuk pergi ke kajian. Padahal di dalam tas itu ada banyak kartu atm dan uang, termasuk ponsel aku." Zahra menjelaskan semuanya masih dengan air mata yang mengalir.

Kemarin, Fandi mengajaknya untuk ikut acara kajian di Bandung. Saat itu, Fandi lah yang mengisi acara kajian itu. Pada saat adzan maghrib, Zahra pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil, lalu dia taruh tas itu di kapstok dan akhirnya dia lupa untuk mengambilnya. Bahkan dia baru sadar saat ini jika tas sudah tidak ada dengannya. Sungguh sangat ceroboh sekali dia.

Akhirnya Fandi menunda untuk pergi ke pesantren dikarenakan Zahra yang seperti ini. Fandi merangkul Zahra dan mengucapkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Tenanglah, tidak perlu menangisi harta benda yang sudah menghilang, itu semua hanya titipan Allah, kalaupun memang hilang dan tidak kembali, mungkin itu bukan rezeki kita. Jadi jangan bersedih, insyaa Allah jika kamu mengikhlaskan semuanya, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Kehilangan selalu diwakilkan oleh kata ‘musibah’. Maka dengan berprasangka baik pada Allah, gantilah perkataan itu dengan kata manis seperti  sebutan ‘rahmat’ atau teguran Allah yang unik untuk mengingatkan hambanya atas kesalahan atau maksiat.

Dengan sebuah kehilangan, dan diiringi dengan berprasangka kepada Allah, kesemua itu akan berubah dengan menjadi sebuah ‘keampunan’. Kehilangan adalah sebuah proses mendapatkan dan begitu pula sebaliknya. Mendapatkan adalah sebagian dari kehilangan. Proses ini mengajarkan kita agar tidak tamak pada realiti dan menyadari hakikat diri sebagai manusia yang memiliki titik noktah pada suatu masa nanti."

Zahra menatap wajah Fandi, Fandi bisa menangkap mata Zahra yang begitu bersedih. "Tapi Mas, kalung yang kau berikan padaku juga terletak disana." Zahra berucap dengan pelan.

Fandi tidak menjawab dan itu membuat Zahra semakin takut dan merasa bersalah.

"Kehilangan  pernah menimpa Nabi Ayyub. Baginda kehilangan kekayaan, dan orang orang yang disayanginya. Tidak hanya itu saja, baginda juga menderita penyakit yang menjangkiti seluruh tubuhnya. Sehingga baginda berdoa, “Ya Allah, penyakit ini boleh jadi menjangkiti seluruh tubuhku. Tetapi ya Rabb, jangan sehingga penyakit ini juga menjangkiti hati dan mulutku, biarlah aku masih mampu berzikir kepada-Mu.” Begitulah ketabahan Nabi Ayyub. Baginda ikhlas atas kehilangan kesehatan dan penyakit yang dihadapi yang menyebabkan semua orang jijik melihatnya. Kesabaran dan keikhlasan selalu akan membahagiakan."

Kebahagiaan untuk Zahra [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang