Part 36

3.7K 210 1
                                    

Kehilangan cintanya itu tidak seberapa sakitnya, tapi kehilangan cintaNya itu adalah sebuah masalah terbesar dan akan membuat dirimu lebih sakit lagi.

~Kebahagiaan Untuk Zahra~

««•••»»

"Zahra minta maaf sama semuanya," Ucap Zahra dengan menunduk.

Setelah perjalanan dengan Arsyad tadi, tiba-tiba Arsyad langsung mengumpulkan keluarga Zahra dan keluarganya untuk berkumpul di kediaman Zahra. Dan dengan santainya Arsyad berkata kepada banyak orang jika ia membatalkan pernikahannya dengan Zahra. Hingga kini semua keluarga tidak bisa berkata-kata, hanya kekecewaan yang terlihat dari raut wajah mereka masing-masing. Tidak mungkin kan jika mereka harus memaksa? Dan keluarga pun meminta penjelasan mengapa bisa sepasang calon pengantin yang besok akan menikah malah membatalkan pernikahan begitu saja.

"Ini semua salah Arsyad. Harusnya Arsyad tahu ini adalah ketidakmungkinan bagi Arsyad, Zahra lebih cocok untuk bersanding dengan pria lain. Maafkan aku, Zahra."

"Dan Arsyad akan mengajak Zahra terbang ke Jerman, Arsyad mohon, izinkan Arsyad pergi dengan Zahra menuju Jerman." Ucapnya lagi dengan penuh permohonan.

"Jerman?" Fatimah membeo.

"Untuk apa? Lagian kalian belum mahram, tidak baik pergi berduaan." Ucap Abi Arsyad.

"Nggak kok, Bi. Ada teman Arsyad namanya Farah. Dia yang akan menemani Zahra. Dan disana Farah punya keluarga, nanti kita bisa tinggal bersama disana." Jelasnya dengan penuh keyakinan.

"Tidak! Mama nggak ngizinin. Kalian tidak boleh pergi. Ini bahaya!" Larang Fatimah tiba-tiba. Sontak mereka mengarah ke Fatimah.

"Zahra mohon, Ma. Zahra akan menjaga diri baik-baik. Teman Zahra disana sakit, Ma. Kasihan tidak ada keluarganya yang menjenguknya," Gantian Zahra yang berbicara setelah lama ia membisu.

Fatimah menimang-nimang permintaan putrinya. Ada rasa takut jika anaknya kenapa-kenapa, lagian Zahra untuk pertama kalinya pergi ke luar negeri sendiri, bagaimana jika sampai terjadi apa-apa dengan anaknya? Mungkin dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Zahra yang melihat raut khawatir dari Mamanya mencoba untuk meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja.

"Ma, Zahra akan baik-baik saja. Mama tidak perlu khawatir, ada Allah yang menjaga Zahra, apa Mama ragu dengan keselamatan yang Allah berikan kepada Zahra?" Tanyanya sambil merangkul pundak sang Mama.

Fatimah menghela nafas panjang, setelah dirinya yakin dengan sebuah keputusan yang berat ini. Dia akan mencoba untuk mengizinkan Zahra ke Jerman.

"Baiklah, Mama izinkan jika hanya ini yang membuat kamu bahagia. Tapi, kamu harus jaga diri baik-baik." Akhirnya setelah lama menimang-nimang, Fatimah mengikhlaskan Zahra pergi ke Jerman.

"Siap Ma." Jawab Zahra dengan penuh semangat.

Reza tidak bisa apa-apa, selain mendoakan yang terbaik untuk adik kesayangannya. Dan Reza percaya kepada Arsyad jika dia laki-laki yang baik, bahkan ia rela jika pernikahan ini batal.

"Terimakasih banyak, Syad. Abang percaya kamu bisa menghadapi ujian ini. Semoga Allah memberikan ganti yang terbaik untukmu, dan Abang mohon jaga Zahra ya? Maafkan dia," ucap Reza sambil menepuk-nepuk pundak Arsyad.

"Iya Bang, tidak apa-apa. Makasih juga buat doanya." Katanya dengan raut wajah yang semula sedih memperlihatkan senyuman.

"Iya pasti. Abang dan kakakmu akan mendoakan yang terbaik buat adik-adiknya." Ucap Reza tersenyum.

Arsyad mengangguk mengiyakan ucapan Reza. Semoga inilah yang terbaik, dia ikhlas jika akhirnya Zahra akan bersanding dengan pria lain. Dan dia berjanji akan menjaga Zahra selama mereka berada di Jerman.

Kebahagiaan untuk Zahra [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang