Part 14

4.5K 222 1
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

~♥~~♥~~♥~

Saat ini Zahra, Zabrina, dan Aisyah tengah duduk di kursi tunggu dengan wajah yang sangat khawatir. Apalagi dengan Kayla yang sedari tadi mondar-mandir dan tak henti-hentinya menangis. Saat ini juga mereka berada di rumah sakit untuk menunggu hasil pemeriksaan Kinan. Kinan dibawa ke ruang UGD karena luka yang cukup parah.

Flashback on.

Kinan berlari keluar kelas dengan bercucuran air mata yang sedari tadi ia tahan. Dia tidak ingin menangis di depan teman-temannya. Kinan termasuk kriteria gadis tomboy, dia pasti akan sangat malu jika menangis. Selama ini jika dia menangis hanya dirinya sendiri yang tahu.

"Kinan tunggu Kinan! Jangan lari kenceng-kenceng!" teriak Zabrina, dia sangat lelah mengejar Kinan yang sangat cepat ketika berlari, hingga tak sengaja Kinan tersandung dan jatuh. Hidung Kinan mengeluarkan banyak cairan kental berwarna merah.

Semua murid tertuju kearah Kinan. Zabrina dan Aisyah langsung berlari kearah Kinan. Para guru langsung membawa Kinan ke rumah sakit karena luka yang parah.

Flashback off.

Pintu ruang UGD terbuka menampilkan seorang dokter membuat mereka menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi khawatir tak karuan. Lalu mereka bertiga mendekat ke arah dokter tersebut berharap tidak terjadi apa-apa.

"Bagaimana, Dokter?" tanya Zahra dengan khawatir. Zabrina dan Aisyah juga menampilkan wajahnya yang khawatir, dokter tak kunjung memberikan jawaban membuat ketiganya semakin cemas.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi Tuhan berkehendak lain, teman anda tidak bisa terselamatkan karena benturan di kepalanya yang sangat keras hingga membuat saraf di otaknya tidak bisa berfungsi lagi," ujar dokter tersebut.

Apa yang dikatakan dokter tersebut membuat diri mereka seakan membuat jantungnya berhenti. Mereka berempat tidak percaya jika akan berakhir seperti ini, cairan bening mengalir deras di pipi mereka masing-masing. Setelah itu mereka langsung masuk menuju ke dalam ruangan, disana terlihat sahabat mereka, Kinan. Matanya tertutup rapat, wajahnya pucat sekali dan seluruh tubuhnya telah tertutup dengan kain putih.

"Kinan Hiks kenapa kamu ninggalin aku hiks," tangis Kayla sembari memeluk tubuh Kinan yang terbujur kaku.

"Aku hiks nggak nyangka hiks kalo hiks," Zahra sudah tidak bisa berbicara lagi.

Mereka berempat menangis tersedu-sedu melihat sahabatnya meninggalkan mereka secepat itu. Pintu ruangan terbuka lebar menampilkan pria dan wanita paruh baya yang langsung memeluk Kinan.

"Ya Allah Nak! hiks kenapa kamu bisa seperti hiks ini?!" jerit wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Kinan.

"Sudah Bu, Qodarullah. Ini semua sudah takdir Allah, Allah sangat menyayangi Kinan. Maka dari itu Allah lebih cepat mengambil Kinan, istighfar Ibu," Zahra mencoba menenangkan ibu Kinan, tapi hanya kata menyakitkanlah yang didapatkan oleh Zahra.

"Diam kamu! Yang sudah melakukan ini semua hiks hingga anak saya sekarat! Pergi! Saya tidak ingin hiks melihatmu!" Zahra terkejut mendengarnya begitupun dengan teman-teman nya. Sang suami mencoba menenangkan ibunya Kinan.

"Tapi Bu—"

"PERGI!Apa kamu tidak punya telinga?!" Bentak sang ibu.

Zahra tak kuasa menahan air mata yang siap meluncur deras di pipinya lagi. Zahra keluar dari ruangan. Zabrina dan Aisyah yang juga sedih melihat Zahra dituduh seperti itu, mereka keluar dari ruangan. Kayla tidak ikut keluar karena Zabrina menyuruhnya untuk menenangkan ibu Kinan.

Saat keluar dari ruangan, Aisyah dan Zabrina melihat Zahra yang terduduk lemas di atas dinginnya lantai dengan menggelamkan wajahnya di atas kedua kaki yang ditekuknya dengan berurai air mata.

"Zahra, sudah jangan menangis, mungkin ibu Kinan belum tau kejadiannya," ucap Zabrina berharap Zahra mengerti. Aisyah yang berada disamping Zahra juga mengangguk, mengiyakan ucapan Zabrina.

"Tidak!" tolak Zahra. "Ini semua memang salah aku, aku lah penyebab semua ini, andai waktu itu aku nggak ke kelas mereka, pasti sekarang Kinan masih tertawa lepas bersama kita, andai wak—"

"Zahra, stop! Qodarullah Zahra, ini semua sudah takdir Allah. Janganlah kamu berandai-andai sesungguhnya itu semua adalah perbuatan setan, Ra!" Aisyah memotong ucapan Zahra.

Saat pemakaman, Zahra hanya bisa melihat jasad sahabatnya di kubur dari jauh, dia tidak ingin menambah masalah dengan kehadirannya. Saat mereka semua sudah pulang, dengan langkah kaki yang lemas dan bunga yang ada di keranjang tangan kanannya, Zahra mulai mendekat ke arah gundukan tanah basah tersebut. Air mata sedari tadi tak mau berhenti meluncur, tangisnya pecah saat ia duduk lemas di depan makam Kinan. Berulang kali kata maaf terucap dari bibirnya.

"Maafin aku hiks Kinan maaf hiks," suaranya terdengar pilu, seakan-akan Zahra tak bisa berbicara lagi, dadanya sangat sesak seperti dihantam oleh ribuan ton batu.

Zahra mulai membacakan doa dan tak lupa ia menaburkan kelopak-kelopak bunga yang dibawanya.

***

Pagi harinya saat di sekolah, banyak sekali siswa yang membicarakan tentang kematian Kinan. Banyak sekali yang mengatakan bahwa Zahra lah penyebab semua ini. Padahal Zahra tidak tahu apa-apa.

"Lihat tuh! Ada si pembunuh," ucap salah satu murid kepada temannya saat melihat Zahra melewati mereka. Zahra tak merespon ucapan mereka sama sekali. Percuma jika harus dilawan dengan mulut, biarkan saja, toh mereka tidak tahu apa-apa. Bisanya cuma menggosip hal-hal yang belum pasti, entah siapa yang menyebarkan desas-desus bahwa Zahra pembunuh Kinan.

Zahra langsung masuk ke dalam kelas, tak terasa cairan bening keluar dari pelupuk matanya. Zabrina dan Aisyah langsung mendekati Zahra.

"Kamu kenapa, Ra? Kok nangis?" tanya Zabrina khawatir.

"Apakah hiks aku pembu hiks nuh?" Tiba-tiba Zahra menanyakan hal seperti itu membuat Zabrina dan Aisyah saling bertatapan.

"Siapa yang bilang, Ra? Mending nggak usah diladenin mereka, mereka semua nggak tahu penyebabnya. Padahal sebenarnya Kinan kan jatuh saat dia sedang lari kan?"

"Mendingan kita cari tau siapa yang menyebarkan gosip nggak jelas ini," celetuk Zabrina.

***

"Haha! Rasain tuh, semakin bagus kalau peristiwa ini sampai terdengar ke telinga para guru, biar dia kena hukuman hahaha," ucap seorang perempuan sembari tertawa.

"Iya, aku setuju banget tuh," timpal teman di sampingnya menyetujui ucapan temannya.

"Kira-kira bakal diapain ya dia?"

"Semoga aja langsung dikeluarin dari sekolah,"

"Hahahaha!" Mereka tertawa seakan-akan tak peduli lagi dengan dosa yang mereka perbuat. Menyebarkan gosip yang tidak jelas.

"Eh, masuk yuk! Nanti kena marah sama guru lagi,"

"Ya udah ayuk,"

Mereka berdua berjalan memasuki ruang kelas setelah puas menghabiskan uang mereka untuk membeli makanan dan menggosip tidak jelas.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum teman-teman.
Saya menagih vote dari kalian hehe. ❤

Jazakumullahu ya khair.

Kebahagiaan untuk Zahra [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang