Part 33

3.8K 218 14
                                    

Ingatlah, setelah mendung pasti ada sebuah pelangi yang muncul. Allah akan mendatangkan sebuah kebahagiaan setelah Allah memberikanmu kesedihan, selalu berprasangka baiklah kepadaNya.

~Kebahagiaan Untuk Zahra~

««•••»»

Awan terlihat hitam. Setitik demi setitik air membasahi permukaan bumi. Air hujan menjadi saksi bahwa kini banyak orang yang berduka atas kepergian seseorang yang mereka cintai. Air mata terus mengalir deras di pipi Zahra, begitupun dengan kerabat almarhumah. Zahra sungguh tidak menyangka jika ini semua akan terjadi dengan begitu cepat. Zabrina yang kemarin baru saja membuka matanya, kini harus menutup mata kembali. Zabrina yang kemarin baru saja tertawa dan berceloteh dengannya, kini semua sudah tiada dan tidak akan pernah terjadi kembali.

Tubuh Zabrina sudah terbalut dengan kain putih. Zabrina sudah menemukan tempat yang terbaik dan dia tidak akan merasakan sakit lagi.

"Zab... Kamu bilang kita akan berfoto bersama saat kelulusan wisuda, tapi kenapa kamu malah pergi, kamu bilang kamu akan selalu bersamaku, tapi kamu malah ninggalin aku. Zabrina... Hiks..." Zahra berkata tepat disamping Zabrina dengan senyuman sumbang, kemudian ia menangis.

"Sudah... Qodarullah, ini sudah takdir, Ra. Kita harus mengikhlaskan kepergian Zabrina." Ucap Aisyah sambil menahan tangisnya.

Semua teman-teman kuliah berada disana untuk berduka cita atas meninggalnya Zabrina, para tetangga juga banyak yang berdatangan untuk membacakan doa-doa kepada almarhumah.

Saat keranda Zabrina akan diangkat, tangis Zahra pecah dan ibu Zabrina pingsan. Di pemakaman Zahra tidak tega melihat sahabatnya dikubur dalam tanah, memang semua orang pasti akan kembali ke tanah dan kembali kepada Sang Pencipta, tapi Zahra tidak sanggup jika harus kehilangan sahabatnya ini. Setiap manusia pasti akan mati, kematian tidak mengenal usia baik itu muda ataupun tua. Karena kematian itu datangnya tiba-tiba.

Didepan gundukan tanah yang masih basah, ditambah dengan guyuran air hujan yang membuat tanah itu semakin basah, Zahra menangis sembari menaburkan kelopak-kelopak bunga. Semua orang sudah pulang, termasuk orangtua Zabrina, karena ibu Zabrina yang pingsan. Disini Zahra bersama Aisyah masih berada di pemakaman. Menaburkan bunga dan sesekali Zahra berbicara dengan makam itu. Dan akhirnya Zahra akan menangis tiba-tiba. Aisyah tidak bisa melihat Zahra terus-menerus seperti ini, dia harus membawa Zahra pulang, karena hujan turun semakin lebat. Zahra tidak memakai payung, ia biarkan bajunya basah kuyup.

"Zahra, kita harus ikhlas, jika kamu seperti ini, Zabrina tidak akan tenang disana." Ucap Aisyah mengelus punggung Zahra.

"Mengapa Allah mengambil Zabrina secepat ini, Syah? Padahal aku masih ingin bersama Zabrina... Hiks..."

"Karena ini sudah menjadi takdir yang ditetapkan oleh Allah kepada Zabrina."

"Zabrina... Aku pulang dulu ya, aku akan selalu mendoakan kamu agar kamu bisa menemukan tempat terbaik di sisi Allah. Dan saat wisuda nanti, aku berjanji akan kembali kesini. Hiks..." Zahra menangis sembari memegang papan kayu yang bertuliskan nama, tanggal lahir dan tanggal kematian Zabrina.

Zahra dibantu Aisyah beranjak dari duduknya, bajunya basah semua dan kotor karena terkena tanah. Saat Zahra sudah mulai melangkahkan kakinya, ia kembali berlari ke makam Zabrina dan menangis disana.

Aisyah ikut mendekat kearah Zahra, dan berusaha untuk membuat Zahra tenang. Aisyah juga sedih kehilangan sosok Zabrina yang penyayang, Aisyah juga sedih kehilangan sang sahabat secepat ini. Tapi dia tidak mau larut dalam kesedihan. Karena sesungguhnya La Tahzan Innallaha ma'ana. Janganlah engkau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.

Kebahagiaan untuk Zahra [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang