1. Her

1K 42 3
                                    

"mba Mpil!" Suara nyaring milik Dion menggema dari ruang makan padahal waktu baru saja menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. "adek jangan teriak gitu dong, panggil mbaknya yang bener sana!" titah sang bunda dan mau tidak mau pemuda berseragam SMA itu harus mengetuk pintu kamar sang kakak.

"mba!"

Sebuah kepala menyebul dari balik pintu kayu yang baru saja diketuk oleh pemuda itu. "iya bentar dek, Yeyo udah dateng emang?"

"mas Yeyo udah di meja makan sama ayah sama bunda, mba jangan kelamaan dong siap-siapnya." Ujar sang adik lalu kembali ke meja makan. Dan tak lama setelah ia duduk di kursinya, sang kakak perempuan yang sejak tadi ditunggu muncul sambil menenteng tas kerja dan beberapa berkas yang harus ia bawa ke kantor hari ini.

"pagi yah, bun. Pagi adek Yon." Sapanya ramah.

"aku gak disapa nih?" sindir pemuda yang kini tengah mengoleskan selai coklat ke rotinya.

"anda siapa ya? Hehehe gak gak, pagi Yeyo." Gadis itu langsung duduk dan menerima roti yang diberikan oleh Leo.

"lho yah, mas Byan mana?" tanya gadis itu saat menyadari ada satu kursi kosong dimeja makan pagi ini.

"mas mu tadi pagi baru pulang, kayaknya ada kasus yang harus dia selesaiin deh, tadi bunda ke kamarnya dia lagi sibuk gitu sama laptop dia."

"ohh gitu, hm kantor rame nih kayaknya ntar kalo emang ada kasus gitu." Ujarnya.

"semuanya Nyon berangkat ya!" pamit si bungsu lalu mencium tangan ayah dan bundanya lalu sang kakak, dan sahabatnya.

"pamit mas Byan sana!"

"mas Byan! Adek berangkat ya!" dan tidak ada jawaban sampai Dion akhirnya menghilang diikuti suara mesin motor yang keluar dari garasi.

April mengamati penampilan Leo yang terlihat sedikit lebih santai pagi hari ini. "kamu gak ke kampus Yo?"

"ntar, nganterin kamu dulu baru ke kampus absen terus balik lagi ke rumah leyeh-leyeh kelas masih jam 11 kok." Jawab pemuda itu santai sambil menikmati rotinya.

"gimana Yo? Enak jadi dosen?"

"biasa aja sih bun, cuman ya gitu, Yeyo harus belajar mulu tiap hari."

"ya enak lah, dari pada gue Yo, ngurusin rumah sakit dan segala urusannya."

"ya kan beda Mpil, kamu mah enak bisa sambil cuci mata sama dokter ato perawat ganteng. Aku?"

"ye! Kan ada tuh mahasiswi yang pasti seneng sama kamu Yo!"

"apa sih nih berisik?" sosok Brian akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"pagi mas Byan!" sapa April ramah dan mengambil gelas milik sang kakak dan menuangkan air putih untuk sang kakak.

"pagi Mpil, berangkat sama Yeyo?" dan dijawab anggukan oleh sang adik.

"eh udah mau jam 7, ayah, bunda, mas aku berangkat dulu ya! Ayo Yo!" April menarik ujung kemeja Leo setelah menandaskan sarapannya dan meminum susu yang disiapkan oleh sang bunda.

"ya udah kalian hati-hati, Yo anterin Mpil sampe kantor ya, jangan kayak kemaren malah ke Dempo jajan batagor disana, kalo dia mau kemana jangan diturutin Yo!"

"86 mas! Ayah, bunda, mas, berangkat dulu ya."

Motor N-max hitam itu membelah jalanan kota Malang yang macet pagi ini, dalam hati Leo dan April sama-sama menyesali karena tidak berangkat lebih awal, namun karena banyaknya hal yang bisa mereka bicarakan mulai dari pekerjaan mereka masing-masing sampai anak remaja yang tidak sabaran dan mengambil jalanan milik pejalan kaki karena tidak ingin terlambat sekolah.

"salah sendiri sih tau macet juga kenapa masih berangkat telat sih, gak tau waktu banget jadi orang!" oceh April sementara Leo hanya menjadi pendengar setia yang mendengarkan segala ocehan gadis itu. Kalau kalian tanya bagaimana hubungan antara kedua manusia ini, pasti mereka akan menjawab kalau mereka adalah sahabat yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun dan siapapun, mereka bak anak kembar yang sering bersama.

Dan kalau ada omongan yang mengatakan hubungan mereka tidak murni sahabat alias ada perasaan yang lebih dari sahabat diantara kedua makhluk Tuhan itu, jawabannya mungkin tidak ada, mereka benar-benar murni bersahabat, menurut mereka tentunya.

"Yo gue turun di depan RS aja deh biar lu gak muter jauh masuk parkiran." Namun namanya Agatha Leonardo, tidak pernah menuruti apa yang dikatakan April, termasuk menurunkan gadis itu didepan pintu masuk rumah sakit tempat gadis itu mencari rejeki.

Pemuda itu tersenyum sambil mengusak rambut April yang sedikit berantakan karena melepaskan helm bergambar tokoh Minion itu dari kepalanya. "udah jangan manyun gitu, gue balik ya! Semangat kerjanya, sore nanti kabarin kalo mau pulang."

April masih memanyunkan bibirnya. "ya, makasih ya Yo. Ati-ati!" ujarnya sebelum masuk ke pintu kaca dan melihat sosok Leo menghilang dengan motor kesayangannya.

"pagi bu April!" ia menoleh dan mendapati seorang pemuda dengan kemeja biru gelapnya dan sebuah tas kantor ditambah jas putih yang ia tenteng.

"eh? Pagi juga dokter Jevan! Tumben pagi banget dok?" sapanya.

"iya saya berangkat terlalu pagi, takut terjebak macet. Bu April sendiri juga kepagian sepertinya?"

"gak juga dok, saya juga tadi kejebak macet. Mari dok!" pamitnya lalu masuk keruangan absensi sebelum keruangannya di lantai 3 gedung rumah sakit itu.

Baru saja gadis itu duduk di bangku kerjanya ponselnya begetar dari dalam tas.

Dek Yon: mbaaa

Dek Yon: mbaaaakuu

Dek Yon: mbak ku sayangg!!

Mau tidak mau April langsung menekan tombol bergambar telepon sebelum sang adik terus membombardirnya.

"halo mbayukuuu."

"kenapa Yon?"

"mba dimana? Masih dirumah?"

"gak, udah di kantor, kenapa?"

"mba uang jajan Yon ketinggalan di kamar sama dompet, gimana dong?" April rasanya ingin menjitak bocah berusia 16 tahun itu sepulang kerja nanti.

"ya udah nanti mba yang urus! Pulang sekolah ntar gak ada ngelayap! Mba tunggu dirumah!" seru gadis itu sebelum mematikan sambungan teleponnya.

Dan siapa lagi yang akan menjadi pahlawan disaat seperti ini, tentu saja Leonardo.

"kamu tuh ya, untung mas belom ada kelas ck." Ujar pemuda itu setelah menyerahkan benda berwarna hitam itu kepada sang pemilik. Sementara sang pemilik dompet hanya tersenyum bodoh sambil memamerkan deretan giginya yang dipasangi behel. "maaf mas, hihi adek masuk dulu ya mas. Makasih ya mas!"

Bagi Leonardo kehadiran April sudah seperti matahari baginya, ia tidak pernah menolak apapun keinginan gadis itu, meskipun mereka sudah punya kehidupan masing-masing saat beranjak dewasa. April dengan dunianya sendiri dan Leo juga demikian, tapi mereka tetap bersama sebagai sahabat sehidup semati. Tak jarang ada gadis yang tiba-tiba mengirimkan DM ke Instagram April dan memintanya untuk tidak menganggu hubungan mereka dengan Leo, dan pemuda itu tahu hal itu dan seolah tak punya hati, Leo meninggalkan gadis yang berani menganggu April.

"gue kenal April lebih dulu sebelum kenal lu, dan April juga kenal gue lebih dulu dari pada lu. Jadi lu gak ada hak untuk minta dia ngejauhin gue." Begitu kata Leo.

"permisi, bu April." Seorang dengan pakaian perawat masuk ke ruangannya sambil membawakan nampan berisikan segelas susu dan sebuah mangkuk yang tidak diketahui isinya.

"eh?"

"ini dari dokter Jevan bu, saya cuman disuruh nganterin ke ibu. Saya permisi bu." Pamit gadis itu sopan.

'selamat pagi matahariku, semoga hari mu menyenangkan ya'- Jevan.

April tersenyum lalu mulai menikmati sarapan keduanya, semangkuk bubur ayam dari seseorang yang belakangan ini dekat dengannya. 


====

[ COMPLETE ] ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang