Sudah seminggu Leo menetap di Kuala Lumpur untuk kepentingan dinasnya bersama dengan beberapa mahasiswa dan juga dosen lainnya, dan itu artinya juga sudah satu minggu ia terpisah ribuan kilo meter dari April. Pemuda itu mengalihkan pandangannya dari laptop saat ponselnya menunjukkan sebuah notifikasi dari Instagramnya.
Brianrhenrda reply to your story "kalo kangen cepetan balik sini" "kalo kangen diseriusin dong Yo!"
Jantung Leo seakan terlepas dari tempatnya setelah membaca komentar Brian di snapgramnya, ia mengupload foto April yang ia ambil saat mereka menghabiskan waktu di Batu. Dan pesan terakhir dari kakak sulung April itu masih terngiang diotaknya.
"emang dia bakal mau?" gumam pemuda itu.
"kenapa pak Leo?"
"eh? Gak kok bu Nadya, abis ini anak-anak balik ke asrama kan ya?"
Wanita berusia kisaran 40 tahunan lebih itu melihat jurnal yang ada di tangannya. "iya pak, abis ini anak-anak bebas sih, kenapa pak?"
"oh gak bu soalnya setelah ini saya mau jalan-jalan dulu bu, ada yang mau saya cari."
"oalah, gak apa pak Leo jalan-jalan aja dulu pak, anak-anak mah gampang kan sudah pada dewasa juga."
Dan berakhirlah Leo disebuah pusat perbelanjaan elit di Kuala Lumpur, memutarinya sendirian mencari toko perhiasan yang menjual sesuatu yang ia inginkan untuk wanita yang paling ia cintai didunia ini selain ibunya.
"excuse me sir, what kind of ring that you looking for?" tanya pramuniaga sebuah toko perhiasan yang menjual berbagai perhiasan yang indah.
Leo nampak berpikir sejenak. "I want the special one but in a simple way, is there any rings that have a feel like that?" dan tak lama pramuniaga itu menunjukkan sebuah cincin kearah Leo, dan satu kata yang bisa ia sebutkan kala melihat benda itu adalah 'sempurna'.
"okay, I'll take this. Please make it preety."Pramuniaga itu tersenyum sopan lalu mengantarkan Leo ke meja kasir.
"you choose the best one of this month sir, your wife must be happy." Tutur sang kasir.
"Am I? well I wish she will like it." Balasnya dan setelah transaksi itu Leo tidak langsung kembali ke asrama tempat ia menetap ia berkeliling sambil terus mencari sesuatu yang menurutnya harus ia beli untuk April.
"telpon mas Byan gak ya? Telpon gak? Ah telpon aelah ben lego." Leo mengehentikan perjalanannya disebuah café dan kini ponselnya sudah menempel sempurna ditelinganya.
"mas?"
"eh Yo, tumben nelpon, ada apa?"
Jantung Leo berdegup kencang saat mendengar Brian menanyakan tujuannya menelpon polisi penyidik senior itu. "Yo?"
"eh iya mas."
"lapo sih kamu nelpon mas? Ada masalah?"
"eum, itu mas-."
"mas, aku mau ngelamar Mpil." Hening sejenak.
"kamu serius?" nada bicara Brian berubah serius.
"iya mas, aku yakin."
Brian menghembuskan napasnya. "Yo, mas percaya sama kamu, mas yakin kamu bisa buat Mpil bahagia, pesen mas cuman jangan bikin dia sedih itu aja. Mas restuin kamu ngelamar Mpil, Yo." Dengan entengnya Brian memberikan restu pada Leo untuk melamar sang adik, padahal selama ini Brian sangat protektif pada April soal lelaki.