12. Dion's Story

134 14 0
                                    

Fira dan Brian kini tengah melihat gedung yang akan mereka gunakan untuk acara pernikahan mereka, dan sejak tadi Brian tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis yang sebentar lagi akan menjadi pendampingnya itu.

"Bri, gimana perkembangan kasus racun kemaren?"

Brian menoleh lalu mengerutkan keningnya. "tumben kamu kepo yang?"

"ya abisnya bikin heboh sih sampe-sampe kamu ikutan masuk TV segala."

"masih diperiksa sih saksinya, aku curiga temen yang ngasih minuman ke korban, tapi menurut pemeriksaan si temennya kemaren gak ada barang bukti yang kuat buat kecurigaan kita, yang." Jelas Brian dan dokter cantik itu hanya mengangguk pelan.

"semangat ya Bri, jaga kesehatan. Aku yakin kamu bisa kok ngungkap siapa pelakunya."

"ututu, makasih sayangku, sini peluk dulu." Brian langusung menarik tubuh mungkin Fira kedalam pelukannya, ia benar-benar merasa bahagia sekarang, bahkan hanya dengan membayangkan dirinya yang kelelahan setelah seharian bekerja dan disambut oleh wanita yang kini dalam dekapannya saja sudah membuat Brian bahagia setengah mati.

Berbanding terbalik dengan sang kakak sulung, Dion justru kini tengah dirundung galau bak anak muda seumurannya. Modal wajah tampan dan kemampuan bernyanyi dan dan menarinya pemuda itu bisa saja mendekati setiap gadis yang mengantri untuk menjadi kekasihnya, namum hatinya sudah terpaku pada satu nama, Rena.

"Ren?"

"kenapa Di?"

"besok ikut yuk ke Surabaya, aku pinjem mobil ayah biar abis lomba langsung pulang."

Gadis manis itu nampak berpikir sejenak lalu melihat kearah Dion yang kebetulan duduk di hadapannya. "tapi kamu yang minta ijin sama mama ya?"

Dion tersenyum lalu mengangguk. "iya, pasti kok. Aku balik ke kelas dulu ya Rena. Sampe ketemu besok." Pamitnya.

Renata Atmajaya, gadis yang dipuja Dion sejak hari pertama masuk ke SMA, memang terdengar klise, tapi itu kenyataannya. Namun Dion hanya bisa menyembunyikan perasaannya dibalik topeng sahabat dengan Rena, ia selalu menempatkan gadis itu setara dengan sang kakak dan bunda.

"Dion." Panggil seseorang ketika melihat sosok Dion berjalan kearahnya.

"kenapa Sil?"

"aku denger Minggu ke Surabaya ya?" Dion menjawab pertanyaan gadis itu dengan anggukan pelan.

"semangat ya, ini buat kamu." Gadis itu menyerahkan sebuah bungkusan kepada Dion.

"eh? Kan udah ku bilang gak perlu repot-repot. Tapi makasih ya Sil." Dion mengangkat bungkusan itu sebagai tanda terima kasihnya pada gadis itu.

"sama-sama Yon, apa sih yang gak buat kamu." Balas gadis itu lalu berjalan meninggalkan Dion.

Hubungan Dion dan Cecilia juga tak kalah seru, bagi Cecil, Dion adalah mataharinya, gadis itu selalu tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh Dion. Ia bahkan rela membolos demi menemani Dion di rumah sakit ketika pemuda itu jatuh sakit.

"lebih baik aku suka kamu diem-diem Yon daripada harus kelihangan kamu sebagai temen." Begitu menurut Cecil, walaupun ia sadar ia pasti akan terluka ketika tahu kalau Dion menaruh hati pada Rena, teman sebangkunya.

"Sil, kamu tau gak tadi Dion kesini dan ngajakin aku ke Surabaya buat nemenin dia." Curhat Rena, senyuman yang sebelumnya ada di wajah Cecil langsung pudar.

"eh? Terus gimana Ren? Kamu terima ajakkan Dion?"

"iya Sil, duh aku harus pake baju apa ya?"

Cecil terdiam sejenak. "pake baju yang nyaman aja, toh kan kamu nemenin Dion lomba dan tau sendiri Surabaya kan panas banget Ren."

[ COMPLETE ] ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang