Nama Abyan Wicaksana adalah nama yang paling Agatha Leonardo benci dalam hidupnya, bagaimana tidak ia menginggalkan gadis yang ia sayangi ketika gadis itu tengah benar-benar mencintainya sebagai seorang pria dan sempat membuat gadis itu terpuruk.
"kenapa gue harus ketemu sama lu lagi sih By?" gumam April ketika ia kembali ke taman rumah sakit.
"hayoloh pasti lagi ngegalauin Abyan ya?" Damar tiba-tiba muncul dengan senyuman cerahnya lalu duduk disamping April.
"gak kok! Enak aja kuping lu kali yang salah denger!" Damar menggeleng tidak percaya dengan apa yang barusaha diutarakan teman SMA nya itu.
"halah, dasar lu, eh iya apakabar Leo? Gue denger dia jadi dosen di UB."
April mengangguk mengiyakan ucapan Damar soal Leo.
"lu gak ada niatan gitu pacaran sama Leo?"
April menggeleng pelan. "gak ada Dam, gue sama Leo sahabatan dari kecil gak mungkinlah gue suka sama dia. Toh Leo udah punya pacar."
"he? Sapa pacarnya? Wah gila-gila emang si Leo ya gak cerita ke gue!"
"namanya Meta Kalila." Bola mata Damar membelalak ketika April menyebutkan nama itu.
"udah berapa lama Pril?"
"eum beberapa bulan lalu mungkin, kenapa emang Dam?" Damar langung gelagapan dan menggeleng keras.
"gak kok gak kenapa-napa. Eh iya gue nyusulin kakak lu dulu ya, sampe ketemu lagi ya!"
--
Damar
Gue kaget setelah denger ucapan April barusan soal siapa nama pacar Leo, Meta Kalila, gadis dengan wajah yang cantik dan ayu yang bisa memikat hati siapa pun yang melihat senyumannya. Dan dia mantan pacar sehabat gue dan sekarang tengah menjalin hubungan dengan dua orang yang ada dilingkaran yang sama dengan gue, Agatha Leonardo si mantan ketua kelas yang tampan dan disegani banyak orang, dan Abyan Wicaksana, si pendiam yang digilai banyak wanita karena terlalu cerdas.
"Dam!" panggil seseorang dan bikin gue hampir aja ngejatohin kamera gue pas mau dimasukin ke tas.
"eh Abyan, tumben banget lu manggil gue? Udah kelar investigasinya?" dia geleng pelan dan itu artinya gue gagal dapet berita hari ini.
"terus kenapa lu manggil gue dah?"
Abyan menarik gue ke warung kopi yang gak jauh dari TKP, dia ngeluarin sebungkus rokok mentol dari saku celana dia. "mau gak lu?" gue geleng pelan, emang semenjak gue punya pacar gue gak pernah lagi bersentuhan sama lintingan kertas berisikan tembakau itu.
"kenapa dah?"
"gue lagi ribut sama Meta." Nah kan bener, insting gue bilang kalo nih anak ngerokok kalo ada masalah doang.
"napa lagi sih kalian bedua?"
"gak tau tuh, dia belakangan ini kayak suka cari masalah sama gue, selalu ngambek kalo gue cuekkin gara-gara kerjaan, padahalkan dia juga gue biayain dari kerjaan gue Dam." Tutur cowok yang barusan mengembuskan asep rokoknya ke udara.
"maksud lu?"
"Meta sama gue tinggal sama-sama sejak kita lulus kuliah, dan dia bakal punya anak dari gue." Mata gue hampir keluar dari tempatnya setelah denger omongan Abyan barusan, kenapa semua ini jadi makin ribet sih! Gue takutnya Leo yang jadi sasaran Meta, gue takut sohib gue si Leo yang harus tanggung jawab karena dia gak tau kalo Meta lagi hamil anak Abyan.
"wah lu ya! Kelamaan tinggal diluar negeri nih begini jadi bebas aja mait nanem benih lu!"
"gue gak sengaja Dam beneran, waktu itu gue lagi mabok berat dan yah bisa dibilang gue nidurin Meta."