Sasuke ingat sekarang sudah seminggu sejak ibunya pergi dari rumah diam - diam. Selama seminggu itu Sasuke lebih suka duduk di depan pintu rumah, menunggu dan berharap wanita itu pulang. Ibunya bukan sosok ideal seorang ibu seperti dalam dongeng, tapi setidaknya wanita itu selalu memasak untuk Sasuke dan ayahnya, membersihkan rumah meski sambil mengomel dan bertengkar dengan suaminya. Kadang, saat ayahnya pulang dalam keadaan mabuk, ibunya akan menyiramkan segayung air ke kepala ayahnya dan akhirnya mereka bertengkar.
Saat orang tuanya bertengkar, Sasuke akan masuk ke kamar, berbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya berharap suara teriakan kedua orang tua itu tidak masuk ke pendengarannya, meski nyatanya tidak mungkin. Sasuke masih mendengar suara mereka dan yang dilakukan Sasuke hanyalah membuka mata di balik selimutnya. Mengamati fabrik kain usang dengan cahaya lampu yang berusaha menembusnya.
Sasuke mencoret - coret tanah di depan rumah dengan sebatang ranting kecil, membuat pola - pola tulisan namanya dengan huruf kanji. Ayahnya belum pulang dan matahari sudah turun ke barat. Dia lapar, tapi tak ada makanan yang bisa dimakan. Persediaan ramen instan di lemari sudah habis dua hari yang lalu. Sasuke hanya meminum air putih untuk sekedar mengisi perutnya. Sepertinya ayahnya akan pulang malam lagi. Sasuke menghembuskan napas keras, menghasilkan uap putih dari mulutnya. Memilih untuk tidak lagi duduk di depan pintu karena udara semakin dingin. Lebih baik menunggu ayahnya pulang di dalam saja. Dengan langkah sedikit di seret, Sasuke menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Bunyi derit tangga cukup mengerikan terdengar saat harus menahan beban meski hanya bocah kecil berusia delapan tahun seperti dirinya yang menaiki. Sasuke melempar tubuhnya ke tempat tidur sempit. Meringis sakit. Lupa jika kasur miliknya tidaklah seempuk bayangannya.
Rasa lapar membuatnya sulit tidur, tapi jika bisa tidur itu lebih baik karena tidak lagi merasa lapar. Sasuke memejamkan mata, berharap saat dia terbangun nanti ayahnya sudah pulang dan membawa makanan untuknya.
Sasuke tidak tahu berapa lama dia tertidur. Telinganya sedikit mendengar derit suara tangga, antara sadar dan tidak karena masih mengantuk. Matanya kembali terpejam rapat hingga tidak mengetahui pintu kamarnya terbuka dari luar.
Ayahnya masuk dengan langkah gontai sedikit sempoyongan. Pandangannya tidak fokus saat menatap Sasuke yang tengah tertidur. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringai kejam.
Sasuke merasa sesak saat menarik napas di tambah lagi aroma alkohol masuk ke penciumannya membuat perut kosongnya bergejolak ingin muntah. Rasa basah di area wajah dan lehernya membuatnya tidak nyaman. Sasuke pikir mungkin hujan dan rumahnya bocor, tapi saat bocah itu membuka mata yang didapatinya adalah sosok ayahnya yang tengah menindih tubuhnya.
Dia tidak bisa melihat ekspresi pria tua itu karena ayahnya tengah menyusupkan kepalanya ke leher miliknya, memberikan rasa geli dan basah dan Sasuke tidak menyukainya. Sekuat tenaga Sasuke berusaha mendorong ayahnya agar menjauh darinya tapi tenaganya kalah kuat. Pria tua itu mencekal kedua tangannya, menahannya di atas kepala sambil memandang Sasuke dengan tatapan marah.
Sasuke melihat mata ayahnya memerah. Efek terlalu banyak meminum alkohol. Pandangannya bengis membuatnya bergidig.
"Ayah... berhenti!'' Pintanya saat pria tua itu kembali bermain dengan lidahnya di leher putih miliknya. Sasuke mendesis sakit saat merasa ayahnya menggigit lehernya, sepertinya berdarah karena Sasuke juga merasa perih.
"Diam kau anak sial!'' Desis ayahnya kejam. Napasnya beraroma alkohol itu terhirup oleh Sasuke, membuatnya kembali ingin muntah ''Kau memang anak sial. Karena itu ibumu pergi. Jadi kau diam saja dan buat dirimu berguna''.
Sasuke ketakuatan. Sangat ketakutan. Air matanya mengalir deras. Dia tidak bisa berbuat apa - apa atau melawan semua perlakuan ayahnya padanya. Dia hanya berharap semua berakhir dan pria tua itu segera pergi meninggalkannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKNESS OF HEART
FanfictionSasuke harus berkejaran dengan waktu untuk menemukan pembunuh gila yang berkeliaran di kotanya. Belum lagi hidupnya yang mendadak harus direcoki seorang Uzumaki Naruto yang mendadak selalu ditemuinya. Sasuke yakin pria itu sebenarnya penguntit. A N...