11

2K 224 14
                                    

Naruto keluar dari mobil milik Sasuke dengan langkah sedikit pincang. Sasuke sempat menendang tulang keringnya begitu tahu Naruto beralasan tengah mencari cincin pertunangan mereka pada sekuriti di gedung agensi, pantas saja dua sekuriti itu sempat melirik mereka berdua dengan tatapan aneh. Tapi seharusnya itu bukan hal besar, Sasuke saja yang terlalu terbawa emosi hingga melakukan tindak kekerasan pada pria pirang yang tetap saja tersenyum lebar meski sambil menahan sakit.

Sasuke melihat mobil yang sejak tadi dicarinya terparkir di pinggir jalan. Pria raven itu tidak peduli dengan keberadaannya, hanya meliriknya sekilas. Dia lebih tertarik melihat sebuah bangunan tidak jauh dari situ. Sebebarnya ada beberapa bangunan lain di sekitar situ, tapi kebanyakan sudah tidak layak huni jadi kemungkinan orang yang dicari tidak ada disana. Daerah ini merupakan area kosong yang ditinggalkan penduduknya beberapa tahun yang lalu dan sepertinya sudah dibeli oleh seseorang untuk dijadikan pusat perbelanjaan. Sasuke melihat papan besar yang tertulis rencana pembangunan akan dimulai awal tahun depan, dan otomatis sekarang area ini kosong. 

Mereka berhenti di depan bangunan tingkat dua yang tampak lebih baik dibanding bangunan yang lainnya. Bangunan yang tidak terlalu besar, mungkin sebuah ruko dulunya. Sedikit terhalangi oleh bangunan lain.

Tiga orang pria itu bergerak cepat menghampiri bangunan, mencari pintu masuk.

Sasuke meraba senjata yang ada di balik jaketnya, menggelengkan kepala pada Kiba, memberi isyarat agar membuka pintu bangunan itu.

Tangan Kiba sedikit berkeringat saat menyentuh gagang pintu. Mendorongnya pelan, suara derit engsel membuat mereka was - was. Sasuke langsung mengacungkan senjatanya saat pintu sudah terbuka, tapi hanya mendapati ruangan kosong dan berdebu.

Sasuke memimpin jalan, menyuruh Kiba mengikutinya, tapi matanya mendelik saat melihat Naruto juga ikut masuk. Sasuke memberi isyarat agar pria itu keluar. Dia tidak mungkin melibatkan orang biasa saat akan menangkap penjahat kan. Naruto sendiri hanya mengangkat bahu menanggapi perintah Sasuke. Dia tidak akan pergi dan membiarkan Sasuke melakukan sesuatu yang menurutnya berbahaya sendirian. Mungkin Naruto lupa kalau Sasuke itu polisi yang sudah pasti pekerjaannya berhubungan dengan sesuatu yang berbahaya.

Sasuke mendelik tajam, kesal karena tidak bisa memaki pria itu sekarang. Dia tidak mau ambil resiko membuat keributan yang akan membuat buruannya kabur lagi.

Akhirnya meski terpaksa, Sasuke membiarkan saja pria pirang itu untuk mengikutinya. Dengan senjata tergenggam di tangan, tiga pria itu berjalan menaiki tangga yang penuh debu. Meski begitu Sasuke masih bisa melihat tanda - tanda jika tempat ini pernah didatangi orang.

Lantai dua keadaannya lebih bersih, debu tidak terlalu tebal, meski udara masih terasa pengap. Sasuke waspada saat mendekati satu - satunya kamar yang pintunya sedikit terbuka. Kelima jarinya mendorong pelan pintu itu hingga terbuka lebar.

Pemandangan di dalam ruangan itu membuat Sasuke mengetatkan rahangnya. Di atas satu - satunya tempat tidur kayu yang penuh debu, sosok Koyuki terikat. Darah masih mengalir dari pergelangan tangan, membasahi tempat tidur dan tubuh wanita itu sendiri. Sasuke memeriksa nadi di leher wanita itu.

"Lepas ikatannya cepat! Dia masih hidup'' Kiba bergerak cepat melepas semua tali yang mengikat tangan dan kaki Koyuki.

"Dia ada disana''

Sasuke hampir berlari mendekati Naruto yang berdiri di dekat jendela di kamar itu, menatap keluar. Tampak seseorang berusaha kabur melewati jalanan kecil yang tidak terawat. Beberapa tanaman yang seharusnya terlihat indah jika saja ditata dengan rapi tampak menghalangi langkahnya. Juga beberapa barang rongsokan dan material bangunan berserak di jalan, sedikit menghambat usahanya untuk kabur.

THE DARKNESS OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang